Seperti biasanya ketika Alvaro hendak keluar kota, Aleena yang selalu mempersiapkan keperluannya. Hari ini Aleena bangun pagi dan bersiap menggunakan pakaian formal yaitu kemeja berwarna pink dipadupadankan dengan rok dan Blazer yang senada berwarna pink fanta.
Setelah memoleskan riasan natural di wajahnya, Aleena pun bergegas menuju apartemen kekasihnya. Ini memang bukan yang pertama kali Alena mengunjungi apartemen kekasih nya. Dalam satu minggu ia bisa mengunjungi Alvaro 2 atau 3 kali dengan tujuan selain mempersiapkan berkas, sekedar liburan atau ada momen-momen tertentu yang tidak bisa dikerjakan di kantor seperti saat ini ia harus menyiapkan semua perlengkapan sang direktur untuk dinas luar kotanya.
Sekilas memang layaknya suami istri, namun ya sekedar itu saja yang bisa dilakukan Aleena. Sekedar mengurusi kebutuhan rumah tangga, menyiapkan sarapan, merapikan pakaian dan mengecek kebutuhan keseharian Alvaro. Tapi kalau berhubungan fisik, Aleena harus memikirnya beribu-ribu kali, karena tak ingin merugikan diri sendiri. Ia masih menggunakan logikanya untuk mencerna itu semua.
Tiba di depan pintu Apartemen Alvaro, Alena berinisiatif untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Bukan karena Alena tidak tahu passwordnya. Apartemen yang terbilang mewah di tengah kota itu memiliki keamanan yang sangat canggih sehingga dilengkapi oleh password yang tidak lain adalah tanggal jadian mereka sebagai passwordnya. Namun sebagai wanita baik-baik Alena selalu berusaha untuk menjaga privasi pasangannya.
Pintu pun terbuka, Aleena dapat melihat wajah cerah kekasihnya menyambut kedatangan gadis kesayangannya itu.
"Morning honey.." Sapa Alvaro dengan senyum yang mengembang
"Morning Mas, sudah lama juga ya aku nggak datang ke apartemen ini" Jawab Alena sambil melangkahkan kakinya memasuki area apartemen yang minimalis namun tertata sangat rapi.
Pandangannya mengitari apartemen dengan 2 kamar yang di tengahnya dipisahkan oleh wardrobe room. Masih dengan tatanan yang sama walaupun Aleena Sudah lama tak berkunjung. Di sebelah kanan langsung mengarah ke dapur dengan meja makan 6 kursi. Disampingnya terlihat mesin cuci dan sedikit taman terbuka, biasanya Aleena gunakan untuk tempat menjemur. Di sebelah kiri tersedia sofa panjang yang yang bisa dirubah menjadi kasur sewaktu-waktu menghadap ke sebuah TV layar besar ukuran 32 inci. Jendela yang besar dan langsung menampakan pemandangan kota dari ketinggian 25 lantai. Karena ini merupakan apartemen elit sehingga memang secara kebersihan sangat sangat terjaga dengan baik, petugas kebersihan di sini selalu datang setiap hari untuk mengecek apartemen jika memang diizinkan sang pemilik dengan aturan yang ketat tentunya ketika hendak memasuki apartemen orang lain.
"Mas, sudah siap-siap? Apa yang bisa aku bantu mas? pesawat Mas berangkat pukul jam 11 ya"
"Aku belum mempersiapkan apa-apa honey, Bisakah kamu membantuku untuk mempersiapkan semuanya?"
"Baiklah dengan senang hati kekasih direktur ku" Berusaha bersikap manis seperti biasanya.
"Mas sudah sarapan belum nih?" Lanjut Aleena lagi.
"Aku belum sempet, semalam aku menyelesaikan berkas-berkas sampai larut dan pulang langsung istirahat, sebenarnya masih lelah tapi ini semua demi kamu." Ucapan itu membuat pipi Aleena merona bersemu merah, membuat Alvaro gemas saat melihatnya.
"Ya udah aku buatin sarapan dulu ya, abis itu aku baru nyiapin perlengkapan kamu selama di sana"
"Kamu nggak mau sarapan bareng?" tawar Alvaro.
"Aku udah sarapan Mas, Tapi kan kamu tahu sendiri aku nggak biasa sarapan pagi dan sarapan banyak jadi Aku cuma minum coklat panas aja".
"Pantas saja kamu bisa menjaga berat badanmu dengan baik, kalau gitu aku mandi dulu ya honey." sebelum beranjak ke kamar mandi Alvaro mengecup kening Alena dengan penuh sayang.
Ketika pintu kamar mandi sudah tertutup Alena pun bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan seadanya. Ia membuka kulkas dan mengecek persediaan makanan yang ada. Melihat isi kulkasnya Alena tersenyum karena ternyata kekasihnya itu menjaga pola makan dengan baik terbukti dengan banyaknya sayur dan buah yang tersedia di kulkas.
Aleena memutuskan untuk membuatkan salad spesial khas Indonesia yaitu pecel. Karena praktis hanya tinggal cemplang cemplung sayuran ke dalam air panas kemudian membuat bumbu yang memang sudah tersedia di kulkas, tinggal di siram air panas jadi deh sarapan sederhana penuh cinta, sehat dan berkualitas. Secara garis besar pola hidup Alvaro memang kebarat-baratan terutama gaya hidupnya. Tapi kalau soal makanan, Alvaro tidak terlalu pilih-pilih apalagi tau kalau makanan itu hand made dan berisi sayur mayur. Aleena juga membuatkan secangkir kopi susu dan menyiapkan segelas air putih.
Aleena menata dengan rapi di meja makan, Ia juga mengiris beberapa buah dan menyajikannya secara bersamaan. Setelah dirasa sarapannya sudah lengkap, Ia merapikan dapur yang sempat berantakan saat masak kemudian bergegas menuju Wadrobe room untuk mempersiapkan beberapa pakaian yang perlu dibawa Alvaro dinas di luar kota nanti.
Alena menarik koper berwarna biru tua di bawah rak jam tangan kemudian membukanya. Ia susun satu persatu pakaian pakaian formal yang yang pantas digunakan saat bertemu klien nya nanti dan beberapa kaos serta celana training untuk digunakan Alvaro saat waktu senggang nya. Alena juga sudah terbiasa menyiapkan pakaian dalam untuk Alvaro tanpa merasa risih. Tak lupa pula memasukkan beberapa berkas yang pastinya dibutuhkan kan untuk menjalin kerjasama ataupun menyelesaikan pekerjaan di sana.
Tiba-tiba pandangannya tertuju pada secarik kain dari bawah lemari yang bermotif dan berenda. pelan-pelan Alena mendekati benda itu kemudian meraihnya. Namun ketika diraih ternyata benda itu itu tidak hanya secarik kain melainkan kan sebuah bra wanita. Alena sangat terkejut melihatnya, iapun membolak-balik Bra tersebut dan mengingat-ingat apakah ini miliknya? tapi setahu Aleena dia tidak pernah menginap di rumah Alvaro dan tidak pernah meninggalkan benda itu di sini.
Kalau dilihat dari bahan, sudah pasti ini barang mahal dan Alena Harus berpikir dua kali kalau harus membeli bra dengan harga yang mahal. Ketika sedang menerka-nerka terdengar suara pintu hendak dibuka dari kamar Alvaro yang terletak persis di sebelah wadrobe. Aleena langsung melemparkan benda tersebut ke tempat semula dan bahkan tak terlihat saat ini.
Alvaro keluar dari kamar sudah dengan menggunakan pakaian yang rapi, kemeja biru tua dipadupadankan dengan dasi berwarna biru langit menambah kesan terang yang sudah pastinya disiapkan oleh Alena. Hal ini lah yang membuat Aleena tak mudah berpaling dari Alvaro, karena aura ketampanannya yang memabukkan.
Dalam berpakaian Aleena sangat memperhatikan warna, kesesuaian antara bentuk tubuh dan model baju yang dipakai, sehingga Alvaro selalu merasa cocok dengan baju yang disiapkan Aleena. Entah karena memang pakaiannya atau karena tubuh atletisnya atau juga mungkin karena pemilihan warna yang tepat sehingga terkesan Alvaro selalu terlihat rapi, berkelas dan menarik.
"Aku tuh selalu suka dengan pemilihan warna dan mode yang kamu persiapkan untukku seperti pakaian saat ini dan ketika aku merasa nyaman aku sangat percaya diri menghadapi klien-klienku" ucap Alvaro dengan wajah berbinar.
"Nggak juga Mas, itu bisa juga kan karena memang badan kamu yang pas dengan warnanya, aku hanya bantu memadupadankan saja sedangkan secara kualitas baju kamu kan memang high Quality karena kita akan selalu mempersiapkan kain yang terbaik" Aleena balik melempar pujian.
"Itulah yang aku suka dari gadis manisku ini, tidak sombong dan selalu tersenyum"
"Udah ah cepat dimakan sarapannya, kita cuman punya waktu 1 jam lagi untuk menuju ke bandara"
"Oh ya hari ini aku jadi ya dengan tim Harisson collection untuk hunting kain ke pabrik kita yang ada di daerah Tangerang, Jadi kalau kamu udah sampai terus menghubungi aku aku nggak langsung respon tandanya aku masih bersama mereka ya Mas, tapi mas harus tetap ngabarin ya".
"Ini nih yang pasti aku rindukan kalau kamu jauh, sarapan sehat dan berkualitas seperti ini yang aku butuhkan setiap harinya" ucapnya sambil menyantap lahan menu sarapannya hari ini.
"Lah emang Mas ga bosan makan beginian terus tiap hari".
"Iya bukan menunya honey tapi lebih ke nilai cinta itu loh yang tersalurkan melalui makanan ini"
"Ih mas pagi-pagi udah bucin, Ayo Mas fokuslah sarapannya" Aleena berusaha menutupi salah tingkahnya.
"Kenapa sih Kok kayaknya kamu pengen buru-buru aku pergi deh"
"Bukan gitu Mas kalau kamu ketinggalan pesawat itu perusahaan yang rugi karena harus beli tiket pesawat yang baru lagi"
"Oh ya Mas Apa benar Mas gak apa-apa pergi sendiri?"
"Ini kan bukan pertama kalinya Honey... kenapa? takut kamu kangen ya?"
"Iiih apaan sih.. oh iya tapi kan nanti disana juga ad staff yang akan stand by buat mas"
"Aku juga sudah booking hotel, aku kirimkan bukti booking dan nama hotelnya ya. Sama nanti di bandara mas dijemput saya Pak Jaya, aku juga udah kirimkan kontaknya ya mas, Terus nanti........" Pembicaraan terputus karena tiba-tiba Alvaro mengecup singkat bibirnya.
Alena langsung diam dan terperanjat ini memang bukan pertama kalinya karena Alvaro sering melakukan hal manis seperti ini, tiba-tiba ia teringat akan benda yang ditemukannya. Apakah mungkin lelaki yang romatis ini berselingkuh? Ingin sekali Alena menanyakan perihal hal tersebut kepada kekasihnya namun ia tak memiliki keberanian untuk mengutarakannya ada banyak pertimbangan yang berkecamuk dalam pikiran Alena.
"Ayo Mas segera selesaikan sarapanmu. Aku... Aku mau mengecek yang lain dulu ya Mas" Alvaro hanya tersenyum melihat kekasihnya yang lagi-lagi salah tingkah.
Aleena mengeluarkan koper dan menyiapkan sepatu yang akan digunakan Alvaro. Ia mengecek jendela kemudian menutup tirai Apartemen tersebut sehingga aman untuk ditinggalkan, namun ketika Aleena tengah menutup hordeng tiba-tiba ia merasakan ada 2 tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Honey aku akan merindukanmu... " Alvaro menopangkan dagunya di bahu Alena.
Sejenak Aleena terdiam dan tersentak, tetapi kemudian ia berbalik badan dan mengalungkan tangannya ke leher Alvaro sehingga mereka begitu dekat berpandangan.
Aleena memberanikan diri untuk mendekati dan mencium bibir Alvaro, tak dapat dipungkiri Aleena pun merasa rindu dengan sentuhan lips by lips, apalagi Alvaro memang pandai dalam memberikan rangsangan untuk mengalirkan sensasi tersengat listrik pada Aleena.
Dengan senyum penuh kemenangan Alvaro ******* dalam dan lama bibir Aleena menggunakan bibirnya. Semakin lama, semakin dalam, semakin terasa panas.
Pertemuan kedua bibir itu pun selesai ketika keduanya sudah terengah-engah. Walaupun Alvaro terlihat masih berharap, Aleena menolaknya karena terdesak oleh waktu. Mau tak mau Alvaro menghentikannya dan mengikuti apa yang sekertarisnya itu katakan. Mereka pun melesat menuju bandara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments