Nerissa, Story Of Mermaid
Gulungan ombak menyapu pantai meninggalkan buih putih yang berkilau. Saat itu adalah waktu bagi laut untuk menunjukkan kekuasaannya, gelombang tinggi seolah siap melahap apapun yang ada di hadapannya.
Ya laut mulai pasang, musim bagi Chubasca untuk bermain sepuasnya di seluruh area laut, tak ada lagi laut tenang di bawah sinar rembulan, hanya ada badai dan gelombang tinggi akibat dari permainan Chubasca.
Saat itu tidak ada kapal yang berani berlayar, tidak akan ada nelayan yang mencari ikan, mereka semua tahu jika Chubasca sedang bermain, nyawa mereka menjadi taruhannya.
Namun di bawah kerlip bintang di langit, sebuah kapal yang diklaim tidak akan kalah oleh badai dan gelombang sedang berlayar menuju ke pulau lain.
Hampir 100 orang di dalam kapal itu dengan sombongnya menantang kekuatan laut yang membuat Chubasca geram dan dengan seketika membalikkan kapal itu.
**
Pagi telah tiba, mentari bersinar dengan teriknya. Tampak patahan kayu dan benda-benda kapal terombang-ambing di lautan, beberapa dari mereka sudah menyerah pada nasib buruk yang menimpa mereka, namun beberapa lagi masih bertahan memperjuangkan hidup mereka.
Di salah satu pecahan kayu yang jauh dari lainnya, tampak seorang anak laki-laki yang masih kecil dengan wajah yang sangat pucat dan seluruh badannya tampak membiru, tak akan lama lagi anak itu dipastikan akan meninggal.
Tiba tiba ratu Nagisa datang dan membawa anak itu ke tepi pantai yang sepi, ia lalu menarik 1 butir mutiara berwarna biru dari kalung yang dipakainya lalu memasukkannya ke dalam mulut si anak kecil itu dan pergi setelah memastikan jika anak kecil itu sudah baik-baik saja.
Tak lama setelah menelan mutiara biru, anak kecil itu bangun dan melihat seorang perempuan cantik dengan ekor berwarna merah muda yang berkilau berenang dengan anggunnya menjauh dari tepi pantai. Ia berpikir jika saat itu ia sudah meninggal, karena melihat makhluk yang selama ini hanya ia dengar melalui dongeng.
**
Di sebuah istana bawah laut yang bernama Seabert.
Aula istana pagi itu tampak ramai, terlihat raja Zale dan ratu Nagisa duduk di singgasana mereka, di hadapan mereka sudah ada Chubasca dan Cadassi.
"Apa pendapatmu Cadassi? Tolong sampaikan dengan bijak meski Chubasca adalah anakmu!" Ucap Raja Zale pada Cadassi, penasihat istana yang sangat dipercaya oleh raja Zale.
"Chubasca memang bersalah Yang Mulia, tapi para manusia itu juga bersalah karena menentang kehendak alam," ucap Cadassi.
"Kau tau Cadassi, tindakan anakmu itu bukanlah yang pertama kali, entah sudah berapa kali Chubasca menenggelamkan kapal-kapal manusia yang melintas saat bulan pasang dan itu membuat manusia semakin membenci lautan, membuat mereka semakin merusak lautan yang kita tinggali ini!"
"Saya mohon maaf Yang Mulia, hukuman akan tetap dijatuhkan untuk Chubasca, namun akan sedikit berlebihan jika ia harus dikurung di penjara kegelapan karena hal ini, karena pada kenyataannya bulan ini adalah waktu bagi Chubasca untuk bermain dan melampiaskan kekuatan yang selalu ia pendam berbulan-bulan tapi dengan angkuhnya manusia-manusia itu datang dan menentang Chubasca," jelas Cadassi.
Di sudut aula itu tampak seorang putri duyung cantik dengan ekor berwarna merah muda sedang berbincang dengan sahabatnya, Marin.
"Kau lihat Marin, ayahmu sangat bijaksana!" Ucap Nerissa berbisik pada Marin.
"Ya, dia adalah ayah kebanggaanku tapi laki-laki di sampingnya itu sungguh benar-benar membuatku malu!" Balas Marin yang juga berbisik.
"Hei, dia adalah kakakmu Marin!" ucap Nerissa sambil menepuk punggung Marin.
"Aku tau, tapi perbuatannya selalu membuatku malu," balas Marin.
Akhirnya raja Zale memerintahkan Morgan, prajurit istana laut untuk membawa Chubasca ke ruangan isolasi sebagai hukuman atas apa yang dilakukannya pada manusia.
**
20 tahun kemudian.
"Morning honey!" sapa seorang gadis cantik sambil mendaratkan ciumannya di pipi seorang laki-laki tampan.
"Morning Delia, ini masih pagi dan kau sudah berada di sini?"
"Tentu saja, aku akan belajar menjadi istri yang baik untukmu karena aku akan menjadi nyonya Alvin Anggara," jawab Cordelia penuh percaya diri.
"Aku harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, jadi tolong bantu bibi membersihkan akuarium di rumahku!" ucap Alvin.
"Akuarium yang mana honey, bukankah rumahmu ini penuh dengan akuarium?"
"Ya, kau harus membantu bibi membersihkan semua akuarium di rumah ini, oke?"
"Baiklah, kau cepat berangkat dan selesaikan pekerjaanmu dengan cepat, aku akan menyiapkan makan malam!"
"Thanks Delia," ucap Alvin lalu berangkat ke kantor.
**
Di Seabert.
"Apakah kau akan menghabiskan waktumu untuk berdandan sayang?" tanya ratu Nagisa.
"Tidak bunda ratu, aku bahkan tidak menyukai perjodohan ini!" jawab Nerissa tak bersemangat.
"Ini bukan perjodohan sayang, kau hanya akan dikenalkan agar lebih dekat dengannya," ucap ratu beralasan.
"Bukankah itu terdengar sama saja Marin?" tanya Nerissa pada Marin.
"Iya, itu adalah dua hal yang sama namun dijelaskan secara berbeda!" jawab Marin.
"Sudahlah cepat keluar, pangeran Merville sudah menunggumu di luar!"
"Baik bunda," balas Nerissa malas.
"Ayolah Putri Nerissa, tak ada yang buruk dari perjodohan dengan pangeran tampan, semangatlah!" ucap Marin memberi dukungan.
"Kau sama saja seperti ayah dan bunda," balas Nerissa mencibir, membuat Marin terkekeh melihatnya.
Waktu berlalu, Nerissa sudah menghabiskan setengah harinya bersama pangeran Merville. Pangeran dengan ekor biru kehijauan itu sama sekali tidak menarik perhatian Nerissa, membuat Nerissa sangat bosan.
"Ayah, Nerissa tidak mau bertemu pangeran Merville lagi, Nerissa bosan mendengar semua ceritanya," ucap Nerissa merajuk pada sang raja.
"Nerissa putriku, Merville adalah pangeran yang baik untukmu, Cadassi yang membawanya ke sini dan ayah sangat menyukai kepribadiannya," balas sang raja.
"Benar sayangku, cobalah untuk mengenalnya lebih dekat kau pasti akan menyukainya seperti kami menyukainya," sahut bunda ratu.
"Harus ada yang memimpin istana ini setelah ayah nanti Nerissa dan ayah pikir Merville adalah pangeran yang pantas menjadi raja di Seabert!" ucap raja.
Nerissa hanya terdiam dengan memanyunkan bibirnya mendengar penjelasan ayah dan bundanya, ia lalu masuk ke ruang baca dan mengambil salah satu buku milik Marin.
"Kenapa kau suka menulis buku-buku ini Marin?" tanya Nerissa.
"Apakah kau tak tahu Putri, kehidupan di daratan sangat mengagumkan aku selalu ingin pergi kesana!"
"Bukankah kau sering pergi ke daratan bersama Cadassi?"
"Betul sekali dan aku sengaja menulisnya agar aku tak pernah melupakan semengagumkan apa kehidupan manusia di daratan," jawab Marin.
"Aku bawa satu, akan aku kembalikan setelah aku selesai membacanya!" ucap Nerissa lalu keluar dari kamar Marin dengan membawa buku milik Marin.
"Sejak kapan kau suka membaca Putri pemalas!" ledek Marin yang tak didengar oleh Nerissa.
Marin adalah anak kedua Cadassi dan teman baik Nerissa. Marin sering mengikuti ayahnya pergi ke daratan untuk mencari obat sang raja, karena tanpa Nerissa tau, sang Raja tengah mengalami sakit yang membuat tenaganya semakin berkurang setiap harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
shin wo
ahkirnya nemu cerita yg beda 🥰 semangat author
2023-05-10
0
Nia Sayarifa
ternyt dia dalangnya kalo ada kapal ilang
2023-01-09
0
Pino Kio
mampir krna trtarik sama mermaid
2022-06-23
1