Alvin masih berada di tepi pantai. Ia duduk di atas batu karang besar, menatap jauh menembus kegelapan malam.
Sesekali ia melemparkan batu batu kecil ke arah tengah laut. Melepaskan semua penat dan kekesalan yang ia rasakan hari itu.
Tiba tiba Alvin berdiri dari duduknya. Samar samar ia mendengar suara perempuan tak jauh dari tempatnya berdiri.
Alvin membawa pandangannya ke segala arah, mencari sumber suara yang tadi ia dengar. Namun ia tidak menemukan siapapun di sana kecuali dirinya bersama suara deburan ombak yang menabrak karang.
"Aku yakin mendengar suara perempuan tadi, tapi dimana?" tanya Alvin lalu segera turun dari atas batu karang.
Alvin berjalan ke tepi pantai, mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya namun ia tidak melihat siapapun di sana.
"Mungkin aku terlalu lama di sini, membuatku menjadi berhalusinasi," batin Alvin dalam hati.
Namun bukannya pergi, Alvin masih tetap berdiri di tempatnya, membiarkan sapuan ombak menyentuh kakinya.
Bulan purnama di tengah hamparan langit gelap membuat malam itu semakin sempurna untuk Alvin nikmati.
Ia ingin lebih lama berada di sana bersama kilau air laut yang terkena cahaya bulan purnama yang indah.
Di bawah batu karang besar, Nerissa dan Marin masih bersembunyi dengan berusaha untuk tidak membuat suara apapun.
Berbeda dengan Marin yang saat itu ketakutan, Nerissa justru menikmati apa yang sedang ia lihat.
Laki laki tampan yang bermandikan cahaya bulan purnama itu membuatnya terpana, membuatnya tanpa sadar menatap tanpa berkedip beberapa lama.
Ada rasa dalam hatinya yang membuatnya ingin menemui laki laki itu, namun akal sehatnya masih bisa menahannya untuk tidak melakukan hal bodoh itu.
Menyadari ada yang tidak beres dengan Nerissa, Marin mencubit kecil tangan Nerissa.
"Aaawww!!" pekik Nerissa yang membuat Alvin segera membawa pandangannya ke arah tempat persembunyian Nerissa dan Marin.
Mengetahui Alvin yang melihat ke arahnya, Marin segera menggeser posisinya untuk masuk ke dalam celah batu karang yang cukup besar.
Sedangkan Nerissa masih terdiam menatap wajah tampan yang melihat ke arahnya.
"Siapa di sana?" tanya Alvin dengan memfokuskan matanya ke arah sumber suara yang baru saja ia dengar.
Ia memang tidak melihat siapapun di sana, namun ia yakin ada seseorang yang berada di bawah batu karang besar itu.
Dengan perlahan Alvin berjalan ke arah tempat persembunyian Nerissa. Sedangkan Marin masih berusaha untuk menarik ekor Nerissa agar bersembunyi lebih jauh.
Biiiiiipppp biiiipppp biiiiippp
Ponsel Alvin berdering, membuat Alvin segera mengambil ponsel dari saku celananya sambil berjalan menjauh dari tempat persembunyian Nerissa.
"Halo, ada apa?"
"Bersiaplah Alvin, kau akan mendapatkan masalah besar besok!" ucap Daniel.
"Masalah besar apa maksudmu Daniel?" tanya Alvin tak mengerti.
"Berita tentang Cordelia yang dibawa polisi sudah menyebar di internet, besok kau pasti akan jadi incaran para wartawan karena membuat Cordelia ditahan di penjara!"
"Aku tidak yakin dia benar benar ditahan di penjara," balas Alvin santai.
"Dia memang hanya ditahan selama beberapa jam, tapi semua media sudah mengetahuinya dan besok Cordelia akan melakukan konferensi pers, bersiaplah Alvin, kau akan habis di tangan netizen kita hahaha....."
"Aku tidak peduli," balas Alvin singkat.
"Waahhh waaahh, kau memang manusia paling santai yang pernah ku kenal, ya sudah semoga besok tidak ada hal buruk yang terjadi padamu, meski aku meragukannya hahaha...."
Panggilan berakhir, Alvin lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan kembali berjalan ke arah batu karang besar.
Kalau bukan karena panggilan dari Daniel, ia pasti sudah mengetahui siapa yang ada di balik batu besar itu.
Namun saat Alvin kesana, ia tidak menemukan apapun dan siapapun.
"Mungkin aku memang harus pergi dari sini," ucap Alvin lalu berbalik untuk meninggalkan pantai.
Tiba tiba matanya tertuju pada benda berkilau yang berada tak jauh dari bibir pantai. Alvin pun mendekatinya dan melihat sebuah mahkota indah yang berkilau.
Alvin membawa pandangannya ke sekelilingnya namun tidak melihat siapapun, ia pun memutuskan untuk membawa mahkota itu pulang bersamanya.
Di sisi lain, Nerissa dan Marin sudah berhasil menjauh dari Alvin. Jika bukan karena Marin yang memaksa Nerissa pergi, mungkin Nerissa akan tetap berada di tempatnya dan bertatap mata secara langsung dengan Alvin.
"Kita pastikan dulu dia sudah pergi, setelah itu kita kembali untuk mengambil mahkota milikmu," ucap Marin pada Nerissa.
"Ya, terserah kau saja," balas Nerissa kesal.
"Apa kau marah padaku?" tanya Marin.
"Tidak, aku hanya kesal karena kau memaksa ku untuk pergi!" jawab Nerissa.
"Kalau aku tidak memaksamu, aku yakin dia akan melihatmu putri, kau mau manusia itu menangkapmu?"
"Dia sama sekali tidak terlihat seperti manusia jahat Marin, apa kau tidak melihat wajahnya yang tampan tadi? mana mungkin dia berniat jahat kepadaku!"
"Kau memang terlalu polos putri Nerissa, kau bahkan belum mengenalnya tapi kau sudah bisa menilainya," balas Marin.
Nerissa hanya tersenyum, bayang bayang wajah Alvin masih memenuhi kepalanya.
"Dia sudah pergi putri, ayo kita cari mahkotamu!"
Nerissa dan Marin pun kembali berenang ke arah tepi pantai untuk mencari mahkota. Namun sampai mereka lelah, mereka tidak juga menemukan mahkota itu.
"Aku yakin tadi ada di sini Marin," ucap Nerissa yang saat itu sudah berada di atas pasir.
"Apa mungkin ombak membawanya kembali ke laut?" tanya Marin.
"Entahlah, aku tidak mungkin pulang sebelum menemukan mahkota itu!" jawab Nerissa.
Waktu berlalu, Nerissa dan Marin masih berada di sekitar pantai. Nerissa duduk terdiam merasakan sapuan ombak yang menyentuh ekornya.
Tangannya meremas pasir pantai yang berkilau karena cahaya bulan purnama malam itu. Ia menyukai tempat itu, namun ia merasa sedih karena kehilangan mahkota pemberian ayah dan bundanya.
"Kita harus kembali ke Seabert putri, ratu pasti sangat menghawatirkanmu jika kita tidak segera kembali," ucap Marin.
"Tidak Marin, aku harus menemukan mahkota ku!" balas Nerissa.
"Ini sudah hampir pagi putri, orang orang akan datang ke pantai dan melihat kita di sini, kita harus pergi sekarang!"
"Tapi Marin...."
"Aku akan membantumu untuk mencarinya besok, sekarang kita harus kembali ke istana putri!"
"Baiklah, aku akan kembali ke istana dan melihat bunda yang marah padaku karena aku sudah menghilangkan mahkota yang berharga itu!" balas Nerissa tak bersemangat.
"Tenanglah putri, aku akan membantumu menjelaskan pada ratu apa yang sebenarnya terjadi!"
"Jangan, biar aku saja yang memberi tahu bunda, kau tau bunda dan ayah selalu melarangku untuk mendekati daratan kan?"
"Aahh iya, aku hampir saja lupa!"
"Kau diamlah saja Marin, biarkan aku yang mencari alasan untuk bunda," ucap Nerissa.
"Baik putri," balas Marin.
Nerissa dan Marinpun meninggalkan tepi pantai dan kembali ke Seabert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Pino Kio
Daniel ganggu 😅
2022-08-04
1
Sinta Putri
cinta pada pandangan prtma ya
2022-06-28
1
Duwita Sari
blh tbak nggk Thor? mngkn nnti Nerissa ktmu Alvin krna Alvin yg temuin mahkota Nerissa 🙏
2022-06-11
1