Malam itu Alvin berusaha untuk menurunkan egonya. Meski ia sangat marah dengan apa yang sudah Cordelia lakukan padanya, ia tidak bisa melupakan begitu saja kebaikan yang sudah Cordelia berikan padanya saat mereka masih kecil.
Alvin menghampiri Cordelia di depan pagar rumahnya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.
Cordeliapun dengan senang hati melangkahkan kakinya mengikuti Alvin lalu duduk di sofa ruang tamu.
"Apa kau sudah memaafkanku Alvin?" tanya Cordelia pada Alvin.
"Asalkan kau berjanji untuk tidak mengulangi perbuatanmu lagi," jawab Alvin.
"Tentu saja, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan aku akan menggantinya dengan ikan lain yang kau inginkan," ucap Cordelia.
"Tidak perlu, kau hanya harus membenahi sikapmu agar lebih baik lagi," ucap Alvin.
"Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan mengganggu ikan ikanmu lagi, kau percaya padaku kan?"
Alvin hanya menganggukkan kepalanya menjawab Cordelia.
Cordelia pun bersorak senang lalu memeluk Alvin.
"Aku sangat beruntung bisa mengenalmu Alvin," ucap Cordelia.
"Sekarang pulanglah, ini sudah sangat larut," ucap Alvin dengan melepaskan dirinya dari pelukan Cordelia.
"Apa kau tidak akan mengantarkanku pulang?" tanya Cordelia.
"Apa kau tidak membawa mobil?" tanya Alvin yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Cordelia.
"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang," ucap Alvin lalu beranjak dari duduknya.
Alvinpun mengantarkan Cordelia pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, ia bertemu dengan Ricky yang juga baru saja masuk ke dalam rumah.
"Darimana saja kau Delia?" Tanya Ricky pada Cordelia.
"Bukan urusanmu," jawab Cordelia.
"Kalian berdua memang cocok, sama sama bermuka dua," ucap Ricky dengan membawa pandangannya pada Cordelia dan Alvin bergantian.
"Iiiihhh, dasar.... kau......"
"Biarkan saja Delia, masuklah, aku akan pulang sekarang!" ucap Alvin menenangkan emosi Cordelia.
Cordelia lalu memeluk Alvin sebelum ia masuk ke kamarnya. Sedangkan Alvin segera pergi meninggalkan rumah Cordelia sebelum emosinya naik karena sikap Ricky padanya.
Alvin lalu mengendarai mobilnya ke arah pantai. Tiba tiba saja ia memikirkan gadis cantik yang ia temui di pantai.
"dia belum menghubungiku, siapa sebenarnya dia? Kenapa dia berendam di pantai malam malam seperti itu?" Batin Alvin bertanya.
Seperti biasa, sesampainya disana, Alvin melepas sepatunya dan membiarkan kakinya menyentuh secara langsung butiran pasir halus di tepi pantai.
Alvin berjalan menyusuri tepi pantai berharap akan bertemu dengan Nerissa lagi. Namun sudah beberapa lama Alvin berjalan, ia tidak bertemu siapapun.
Ia pun naik ke atas karang besar dan menatap gulungan ombak yang menghantam karang di bawahnya.
Ia memejamkan matanya, menikmati belaian angin malam yang menyentuh wajahnya. Perlahan bayangan gadis cantik dengan rambut coklat terangnya terlihat dalam gelap pandang Alvin.
Alvin tersenyum tipis saat mengingat setiap detik pertemuan pertamanya dengan Nerissa. Entah kenapa pertemuan singkat itu menyisakan kebahagiaan yang ia rasakan saat ia mengingatnya.
**
Di Seabert.
Nerissa sedang berada di ruang baca sebelum seorang pelayan memanggilnya agar menemui sang ratu.
Nerissapun keluar dari ruang baca dan menemui sang ratu di kamarnya.
"Kesinilah sayang, mendekatlah pada bunda," ucap ratu saat melihat Nerissa datang.
"Bagiamana keadaan bunda? Apakah sudah membaik?" Tanya Nerissa saat ia sudah duduk di dekat sang bunda.
"Bunda sudah membaik sayang, berkat ramuan yang Cadassi berikan pada bunda," jawab bunda ratu.
"Syukurlah kalau begitu, Nerissa senang mendengarnya," ucap Nerissa dengan tersenyum senang.
Ratu Nagisa lalu menarik tangan Nerissa ke dalam genggamannya. Ia menatap anak satu satunya itu dengan raut wajah penuh pengharapan.
"Apa kau masih tidak ingin menikah sayang?" Tanya ratu pada Nerissa.
"Nerissa belum memikirkan hal itu bunda, bukankah sekarang tanda kebangkitan Ran sudah berhenti? Jadi apa yang mengharuskan Nerissa untuk segera menikah?"
"Apa kau akan membiarkan tahta kerajaan kita kosong Nerissa? Kita membutuhkan pengganti ayahmu untuk memimpin kerajaan ini."
"Nerissa yakin bunda bisa menggantikan ayah, jadi......"
"Permisi," ucap Cadassi yang tiba tiba datang.
"Cadassi, masuklah!" Balas ratu Nagisa.
Cadassi lalu masuk dan menundukkan kepalanya memberi hormat pada ratu Nagisa sebelum mengucapkan maksud tujuannya mendatangi kamar ratu.
"Maaf ratu, saya datang membawa kabar buruk tentang keadaan istana kita," ucap Cadassi yang membuat ratu Nagisa dan Nerissa cukup terkejut.
"Kabar buruk apa yang kau maksud Cadassi?" Tanya ratu Nagisa.
"Saya mendapat banyak laporan bahwa di beberapa tempat semakin banyak tanaman yang menghitam ratu, bahkan di beberapa tempat lainnya mereka harus meninggalkan rumah mereka karena keadaan udara yang buruk," jawab Cadassi menjelaskan.
Ratu Nagisa yang mendengar hal itu lalu membawa pandangannya pada Nerissa. Ia benar benar berharap jika Nerissa mau menikah dengan pangeran Merville agar Nerissa bisa mendapatkan kekuatan dari mutiara sang ayah.
Kekuatan mutiara itu hanya bisa digunakan saat Nerissa sudah menikah dan dengan kekuatan itu, Nerissa dan pangeran Merville bisa mengalahkan Ran.
"Kau dengar sendiri sayang, kebangkitan Ran semakin dekat dan kau masih menolak untuk menikah dengan pangeran Merville?"
Nerissa terdiam mendengar penjelasan Cadassi dan pertanyaan sang bunda padanya.
Ia tidak mengerti kenapa Ran masih bisa melanjutkan kebangkitannya, sedangkan Nerissa tidak pernah lagi menggunakan kekuatannya.
"apa yang sebenarnya membuat kebangkitan Ran terjadi? Bukankah aku tidak pernah menggunakan kekuatanku?" Batin Nerissa bertanya tanya.
"Tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh putri, istana akan hancur dengan perlahan jika kau tidak segera menikah dengan pangeran Merville," ucap Cadassi pada Nerissa.
"Benar apa yang Cadassi katakan sayang, kau satu satunya harapan bagi istana ini, bunda sangat berharap kau bisa menerima apa yang sudah menjadi takdir untukmu sayang," ucap bunda ratu.
"Tapi bunda....."
"Tolong lakukan pernikahan itu demi istana dan penghuni Seabert putri," ucap Cadassi memotong ucapan Nerissa.
Nerissa hanya diam dan merasa terpojok dengan situasi saat itu. Bagaimanapun juga ia tidak mungkin membiarkan Seabert hancur begitu saja, namun ia juga tidak mungkin menikah dengan pangeran Merville.
"Nerissa akan memikirkannya bunda, tolong beri Nerissa waktu," ucap Nerissa lalu beranjak dari ranjang sang bunda.
"Tidak ada waktu untuk berpikir putri Nerissa, kehancuran semakin dekat!" Ucap Cadassi setengah berteriak.
Nerissa hanya menatap Cadassi tanpa berucap apapun. Ia semakin kesal karena Cadassi yang terus menerus memaksanya untuk segera menikah dengan pangeran Merville.
"Biarkan dia berpikir lebih jernih Cadassi, bagiamanapun juga ini bukan keputusan yang mudah untuknya," ucap Ratu Nagisa pada Cadassi.
"Maafkan saya ratu," ucap Cadassi dengan menundukkan kepalanya.
"Kembalilah ke tempatmu, aku ingin beristirahat dengan tenang!" Ucap ratu Nagisa yang membuat Cadassi segera keluar dari kamar sang ratu.
Cadassi meninggalkan kamar ratu dengan senyum di wajahnya. Ia yakin tak akan lama lagi rencananya akan berjalan dengan lancar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Natsya Natnat
ulah cadasi klau gk pngran mngkn
2022-08-20
1
Good Time
knpa tnman menghitam?
2022-07-07
1
Diana Putrii
harusnya kan ydh nggk ada tanaman hitam lagi kan
2022-03-21
1