Di Seabert.
Nerissa sedang berada di Orton untuk menemui pangeran Merville, bukan karena ia sudah memberikan hatinya pada pangeran itu, namun ia ingin mengetahui lebih jauh tentang siapa sebenarnya pangeran Merville.
"Akhirnya kau datang putri, aku sudah lama menunggumu!" ucap pangeran Merville.
"Maaf sudah membuatmu menunggu pangeran," balas Nerissa.
"Jadi, apa kau sekarang sudah mengetahui tentang kekuatan yang kau punya putri?"
Nerissa menggelengkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan pangeran Merville.
"Sebenarnya apa yang membuatmu menerima perjodohan ini pangeran? kau sangat tampan, pasti banyak putri yang menunggu kedatanganmu di istana mereka!"
"Hahaha.... apa kau sekarang sedang memujiku putri? kau membuatku tersanjung saja!" balas pangeran Merville yang membuat Nerissa menyesal karena sudah menyebut pangeran di hadapannya itu tampan.
"Sebenarnya aku sudah lama mendengar tentangmu melalui Cadassi, setelah mengumpulkan keberanian aku berniat menemui raja dan ratu untuk menyampaikan niat baik ku padamu putri Nerissa!"
"Niat baik apa yang kau maksud pangeran?"
"Tentu saja melamarmu putri, aku akan menjadikan kau istriku dan kita akan bersama sama memimpin Seabert dengan baik dan tentu saja mengalahkan Ran yang bisa datang sewaktu waktu!"
"bersama sama memimpin Seabert? mimpi saja kau pangeran menyebalkan!" batin Nerissa dalam hati.
"Tolong jangan salah paham pangeran, walaupun bunda dan ayah menerima mu dengan baik, bukan berarti aku juga bisa menerimamu, sejauh ini aku belum memikirkan tentang pernikahan yang kau maksud itu!" ucap Nerissa.
"Tak apa putri, aku akan memberikanmu waktu sampai kau siap," balas Pangeran Merville.
Nerissa hanya tersenyum tipis lalu segera berbalik dan meninggalkan pangeran Merville.
"Ayah dan bunda harus tau tentang ini, pangeran ingin menikahi ku bukan karena dia mencintaiku, tapi karena dia ingin menggantikan ayah memimpin Seabert!" ucap Nerissa kesal.
"Putri!" panggil Marin dengan raut wajah yang begitu panik.
"Ada apa Marin? kenapa kau terengah engah seperti itu?" tanya Nerissa pada Marin.
"Aku sudah mencarimu dari tadi Putri, kau harus segera ke istana sekarang, cepatlah!"
"Ada apa Marin? tolong jelaskan dulu padaku!"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya putri, kau harus cepat ke istana atau.... atau semuanya akan terlambat!" ucap Marin lalu menarik tangan Nerissa dengan paksa.
Sesampainya mereka di istana, Nerissa segera masuk ke ruangan raja dan ratu.
Dilihatnya sang ratu sedang menangis di samping sang raja yang terbaring dengan memejamkan matanya.
Seketika mata Nerissa tertuju pada ekor sang Raja yang tampak kaku, bahkan seluruh badan raja tampak kaku dan keras.
"Bunda, apa yang terjadi?" tanya Nerissa pada sang ratu.
"Kemarilah sayang, ayahmu sudah berusaha menunggumu, tapi takdir telah menjemput ayahmu sebelum kau datang," ucap ratu Nagisa dengan air mata berlinang.
"Apa yang terjadi dengan ayah bunda? tolong jelaskan pada Nerissa!"
Ratu Nagisa pun menjelaskan pada Nerissa jika selama beberapa bulan belakangan, Raja menderita penyakit yang susah untuk disembuhkan.
Raja memang terlihat sehat, namun setiap hari badannya semakin lemah. Raja memutuskan untuk menyimpan kekuatan terbesar miliknya ke dalam sebuah kalung mutiara yang ia simpan di kamarnya.
Hilangnya kekuatan dalam diri raja membuat Raja semakin kehilangan kemampuannya dengan baik. Cadassi sudah memberikannya ramuan yang dipercaya bisa menyembuhkan raja, namun karena parahnya penyakit yang di derita raja, ramuan itu tidak memberikan banyak perubahan pada penyakit raja.
Pada akhirnya raja Zale menyerah, ia telah menutup matanya untuk selamanya, meninggalkan kekuatannya untuk Nerissa saat Nerissa sudah layak untuk mendapatkan kekuatan itu.
Nerissa tumbang mendengar cerita sang bunda, ia tidak percaya akan kehilangan sang ayah dengan tiba tiba.
Semua penghuni Seabert berduka, raja yang sangat mereka hormati telah meninggalkan mereka selamanya.
"Ratu, sudah saatnya putri Nerissa menikah agar suaminya nanti bisa menggantikan tahta raja Zale," ucap Cadassi pada Ratu Nagisa.
"Iya, kau benar Cadassi, singgasana itu tidak boleh terlalu lama dibiarkan kosong," balas ratu Nagisa.
"Pelayan, panggilkan putri Nerissa agar menemuiku di sini!" perintah ratu pada pelayannya.
"Baik ratu," balas si pelayan.
Tak lama kemudian Putri Nerissa datang dengan raut wajah yang masih diliputi kesedihan.
"Kemarilah sayang, ada yang harus bunda bicarakan denganmu!"
Nerissa lalu mendekat ke arah sang bunda.
"Seperti yang kau tau sayang, ayahmu sebagai raja telah meninggalkan kita, istana tidak bisa dibiarkan berdiri tanpa raja di singgasananya, ini waktumu untuk segera menikah dengan pangeran Merville Nerissa!"
"Apakah tidak bisa bunda saja yang menggantikan ayah di sini? Nerissa yakin bunda bisa memimpin Seabert dengan baik seperti ayah," balas Nerissa.
"Memimpin istana tidak semudah yang kau bayangkan Nerissa, kau harus menikah dengan pangeran Merville," sahut Cadassi.
"Kau tau aku baru saja kehilangan ayah sekaligus raja di sini Cadassi, bagaimana bisa aku melangsungkan pernikahan disaat aku masih diliputi kesedihan, tolong pikirkan perasaanku juga!" balas Nerissa dengan mata berkaca kaca.
"Maafkan saya putri, saya hanya...."
"Bunda, Nerissa akan menikah, tapi bukan dalam waktu dekat ini dan yang pasti bukan dengan pangeran Merville," ucap Nerissa dengan membawa pandangannya pada Cadassi di akhir kalimatnya.
"Nerissa permisi bunda," ucap Nerissa lalu pergi ke kamarnya.
**
Di rumah Alvin.
"Pagi honey," teriak Delia saat ia baru saja menginjakkan kakinya di rumah Alvin.
Tak ada jawaban, karena Alvin masih di kamar mandi.
Cordelia lalu berjalan ke arah dapur dan berniat untuk memasak.
"Saya saja yang masak bi, bibi kerjakan yang lainnya saja!" ucap Cordelia pada Bi Sita, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah Alvin.
"Baik non," balas bi Sita.
Mata Cordelia berkeliling mencari apa yang bisa ia masak untuk Alvin. Ia lalu melihat akuarium besar yang berada di bawah tangga.
Dengan tersenyum lebar, Cordelia mengambil salah satu ikan besar yang ada di sana dan memasaknya.
"Ya ampun Non, kenapa non Delia memasak ikan ini?" tanya bi Sita yang begitu terkejut, karena ia tau Alvin akan sangat marah saat mengetahui hal itu.
"Tenang saja bi, selama ini Alvin kan belum pernah merasakan seenak apa ikan goreng buatanku, sebagai gantinya aku akan membelikannya ikan hias yang jauh lebih mahal daripada ikan murahan ini!"
"Tapi non....."
"Kamu di sini Delia?"
Cordelia dan bi Sita seketika membawa pandangan mereka ke arah Alvin yang sudah menuruni tangga.
Belum sempat Delia menjawab, wajah Alvin menjadi merah padam saat melihat Delia sudah menusuk ikan miliknya.
"Cepat katakan kalau itu bukan ikan milikku!" ucap Alvin dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.
"Ini memang ikan di akuarium itu, tapi tenang saja aku akan menggantinya dengan ikan yang jauh lebih mahal, lagi pula...."
"Pergi sebelum aku benar benar marah padamu Delia!" ucap Alvin yang sudah memuncak kemarahannya.
"Aku akan menggantinya Alvin, aku....."
Tanpa banyak berkata, Alvin menarik tangan Delia dengan kasar dan menyeretnya keluar dari rumahnya.
"Jangan pernah menginjakkan kakimu lagi di rumah ini!" ucap Alvin lalu menutup pintu rumahnya dengan keras.
Ia benar benar tidak habis pikir dengan apa yang Delia lakukan di rumahnya, ia sangat marah dan kesal pada Delia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Meigha
jangan jangan si cadasi ini yg penghianat..🤔🤔
2023-03-11
0
Pino Kio
kasihan nerissa
2022-07-18
1
Natsya Natnat
mngkn Cadassi yg bkin raja mninggal
2022-07-09
1