Di bawah temaram langit malam, Alvin masih berada di tepi pantai bersama Nerissa.
Alvin yang tadinya ingin pergi meninggalkan pantai tiba tiba mengurungkan niatnya. Ia kembali berjalan ke tepi pantai dan melihat seorang gadis dengan rambut coklat terangnya membaringkan kepalanya di atas batu karang.
Ia tidak menyangka akan bertemu Nerissa lagi di tempat itu, terlebih saat itu sudah cukup larut malam bagi seorang gadis untuk menyendiri di tepi pantai, apa lagi berendam di dalam air laut yang dingin.
Ia tidak tau siapa sebenarnya Nerissa, apa yang Nerissa lakukan dan kenapa ia berendam di laut saat malam hari seperti itu.
Namun Alvin memilih untuk tidak bertanya lebih jauh, ia tidak ingin membuat Nerissa merasa tidak nyaman padanya jika ia terlalu banyak bertanya.
Entah kenapa sejak pertemuan pertamanya dengan Nerissa, kebekuan hatinya sedikit mencair. Mengobrol dengan Nerissa membuatnya melupakan masalah yang sedang ia hadapi saat itu.
"Apa kau menghapus nomor yang ku tulis tanganmu?" tanya Alvin pada Nerissa.
"Aahh nomor nomor itu? tulisan di tanganku memang sudah terhapus, tapi aku sudah menghafalnya," jawab Nerissa.
"dia menghafalnya tapi dia tidak pernah menghubungiku? benar benar gadis misterius," batin Alvin dalam hati.
"Dimana rumahmu? aku akan mengantarmu pulang!" tanya Alvin pada Nerissa.
"Rumahku.... aku...... aku akan pulang sendiri, kau pulanglah dulu!" jawab Nerissa.
"Kau tau sekarang sudah jam berapa? ini sudah sangat malam, kau tidak takut sendirian di sini?" tanya Alvin.
"Aku masih ingin berada di sini, kau pergilah jika ingin pergi," ucap Nerissa tanpa menjawab pertanyaan Alvin.
Biiiipppp biiiiippp biiiipp
Ponsel Alvin kembali berdering, sebuah panggilan dari Daniel.
"Halo, ada apa?" tanya Alvin setelah ia menerima panggilan Daniel.
"Kau dimana sekarang? cepat ke sini, aku melihat gelagat mencurigakan Ricky disini!"
"Aku di pantai, kau dimana?"
"Aku akan mengirimkan lokasinya padamu, cepatlah kesini!"
"Oke, baiklah," balas Alvin.
Tak lama kemudian sebuah pesan masuk, pesan yang berisi lokasi Daniel saat itu.
"Nerissa aku harus pergi, kau yakin tidak ingin aku antar pulang?" ucap Alvin sekaligus bertanya pada Nerissa.
"Iya, aku akan pulang sendiri nanti," jawab Nerissa.
"Kau masih menghafal nomorku kan? segera hubungi aku kalau terjadi sesuatu!"
Nerissa hanya menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
Alvin lalu beranjak dan melangkah pergi, namun tiba tiba ia kembali lagi.
"Apapun masalahmu, aku yakin kau akan bisa mengatasinya, kau hanya perlu fokus untuk mencari jalan keluarnya dan melihat semuanya dari sudut pandang yang lain," ucap Alvin lalu berbalik dan benar benar pergi meninggalkan Nerissa.
fokus untuk mencari jalan keluarnya dan melihat semuanya dari sudut pandang yang lain
Nerissa mengingat dengan baik ucapan Alvin padanya, namun ia menepuk keningnya kesal karena belum menanyakan nama laki laki yang sudah menemaninya malam itu.
"Kau memang payah Nerissa," ucap Nerissa pada dirinya sendiri.
Setelah memastikan Alvin pergi meninggalkan pantai, Nerissapun berenang ke tepi pantai. Membiarkan tubuhnya merasakan butir butir lembut pasir pantai di bawah langit malam.
Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan saat ia kembali ke istana. Keadaan istana yang sedang tidak baik baik saja membuatnya malas untuk pulang.
Jika bukan karena sang bunda yang tengah sakit, Nerissa mungkin akan menghabiskan malamnya di luar istana.
Namun karena keadaan sang bunda yang sedang sakit, Nerissapun memutuskan untuk kembali ke istana, setidaknya ia tidak boleh membiarkan bundanya sendirian di istana.
**
Di tempat lain, Alvin mengendarai mobilnya mengikuti petunjuk dari lokasi yang Daniel berikan padanya.
Alvin menghentikan mobilnya saat ia sudah sampai di tempat yang dituju. Sebuah restoran bergaya Korea dengan beberapa bilik tertutup yang biasa dipakai untuk pertemuan penting.
Alvin lalu menghubungi Daniel untuk menanyakan dimana keberadaan Daniel. Belum sempat panggilannya terhubung, Daniel menepuk bahu Alvin dari belakang, lalu menarik tangan Alvin untuk memasuki salah satu bilik yang ada di sana.
"Kenapa kau....."
"Sssstttt...... pelankan suaramu, aku melihat Ricky dan beberapa orang memasuki ruangan di sebelah," ucap Daniel berbisik.
"Beberapa orang? siapa?"
"Aku tidak tau siapa mereka semua, tapi salah satunya adalah petinggi perusahaan XX, rival Atlanta Grup!" jawab Daniel.
"petinggi perusahaan XX? apa yang sebenarnya direncanakan Ricky?" batin Alvin dalam hati.
"Aku pikir kita bisa mendengar percakapan mereka dari sini, tapi ternyata tidak bisa hehehe...." ucap Daniel terkekeh.
Alvin hanya menghela nafasnya lalu keluar dari bilik itu.
"Eh, kau mau kemana?" tanya Daniel lalu mengikuti Alvin keluar dari bilik.
"Kita tidak perlu bersembunyi Daniel, ini adalah tempat umum, siapa saja bisa datang kesini, aku akan menanyakannya secara langsung saat dia keluar dari bilik itu," ucap Alvin pada Daniel.
"Apa kau pikir dia akan memberi tahumu apa yang dia bicarakan di dalam sana?"
"Tidak, aku hanya ingin tau seperti apa responnya nanti," jawab Alvin.
Setelah beberapa lama menunggu, satu per satu laki laki dengan jas hitam keluar dari bilik itu.
Alvin mengenali beberapa dari mereka, namun ada beberapa juga yang tidak Alvin kenal. Tanpa ragu Alvin menghampiri mereka saat Ricky baru saja keluar.
"Selamat malam pak Reza, kebetulan sekali bisa bertemu di sini!" ucap Alvin dengan mengulurkan tangannya.
"Selamat malam Alvin, kebetulan saya baru saja meeting bersama Ricky, atasan kamu," balas Reza, salah satu petinggi perusahaan XX.
"Waaahhh sepertinya akan ada berita besar ya besok pagi," ucap Alvin dengan membawa pandangannya pada Ricky.
"Sekali lagi terima kasih atas kedatangan Anda semuanya, silakan melanjutkan agenda selanjutnya, saya permisi," ucap Ricky lalu berjalan pergi, namun Alvin menahan tangannya.
"Ada apa ini Ricky? kau bisa jelaskan padaku?" tanya Alvin pada Ricky.
Ricky lalu membawa pandangannya ke arah para petinggi perusahaan lain yang masih berada di sana.
Ia lalu tersenyum dengan menundukkan kepalanya lalu menarik tangan Alvin untuk diajak pergi menjauh dari para petinggi perusahaan lain.
"Apa yang sebenarnya kau rencanakan Ricky?" tanya Alvin dengan menarik tangannya.
"Berhenti bersikap seolah kau adalah pemilik perusahaan Alvin, kau tidak berhak...."
"Aku adalah salah satu pemegang saham di Atlanta Grup, keputusan apapun yang kau buat harus atas persetujuan para pemegang saham, kau pasti tau itu!" ucap Alvin memotong ucapan Ricky.
"Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah perusahaan, kau jangan terlalu ikut campur Alvin!"
"Kau pikir aku sebodoh itu? kau baru saja melakukan pertemuan diam diam dengan para petinggi perusahaan lain yang salah satunya adalah rival Atlanta Grup, pasti ada hal besar dibalik pertemuan ini dan kau tidak membicarakannya dengan para pemegang saham!"
Ricky lalu menarik kerah kemeja Alvin dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Kau harus sadar Alvin, kau hanya pegawai biasa di perusahaanku, kau bukan bagian dari keluarga Airlangga, jadi tolong jaga batasanmu itu dan berhenti bersikap berlebihan seperti ini!" ucap Ricky penuh emosi.
Alvin hanya diam dengan mencengkeram tangan Ricky yang memegang kerah kemejanya, ia lalu menariknya dengan kasar dan mendorong Ricky secara bersamaan, membuat Ricky jatuh tersungkur di lantai.
Rickypun segera bangkit dan hendak melayangkan tinjunya sebelum Daniel menahannya.
"Hentikan Ricky, ini tempat umum, jangan membuat keributan!" ucap Daniel yang membuat Ricky semakin kesal lalu pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Duwita Sari
para pnghianat licik 😡
2022-08-04
1
Good Time
hadir lgi Thor
2022-07-18
1
Mawar Melati
mulai baca lgi Thor 😁
2022-04-13
1