NovelToon NovelToon

Nerissa, Story Of Mermaid

Rencana Perjodohan

Gulungan ombak menyapu pantai meninggalkan buih putih yang berkilau. Saat itu adalah waktu bagi laut untuk menunjukkan kekuasaannya, gelombang tinggi seolah siap melahap apapun yang ada di hadapannya.

Ya laut mulai pasang, musim bagi Chubasca untuk bermain sepuasnya di seluruh area laut, tak ada lagi laut tenang di bawah sinar rembulan, hanya ada badai dan gelombang tinggi akibat dari permainan Chubasca.

Saat itu tidak ada kapal yang berani berlayar, tidak akan ada nelayan yang mencari ikan, mereka semua tahu jika Chubasca sedang bermain, nyawa mereka menjadi taruhannya.

Namun di bawah kerlip bintang di langit, sebuah kapal yang diklaim tidak akan kalah oleh badai dan gelombang sedang berlayar menuju ke pulau lain.

Hampir 100 orang di dalam kapal itu dengan sombongnya menantang kekuatan laut yang membuat Chubasca geram dan dengan seketika membalikkan kapal itu.

**

Pagi telah tiba, mentari bersinar dengan teriknya. Tampak patahan kayu dan benda-benda kapal terombang-ambing di lautan, beberapa dari mereka sudah menyerah pada nasib buruk yang menimpa mereka, namun beberapa lagi masih bertahan memperjuangkan hidup mereka.

Di salah satu pecahan kayu yang jauh dari lainnya, tampak seorang anak laki-laki yang masih kecil dengan wajah yang sangat pucat dan seluruh badannya tampak membiru, tak akan lama lagi anak itu dipastikan akan meninggal.

Tiba tiba ratu Nagisa datang dan membawa anak itu ke tepi pantai yang sepi, ia lalu menarik 1 butir mutiara berwarna biru dari kalung yang dipakainya lalu memasukkannya ke dalam mulut si anak kecil itu dan pergi setelah memastikan jika anak kecil itu sudah baik-baik saja.

Tak lama setelah menelan mutiara biru, anak kecil itu bangun dan melihat seorang perempuan cantik dengan ekor berwarna merah muda yang berkilau berenang dengan anggunnya menjauh dari tepi pantai. Ia berpikir jika saat itu ia sudah meninggal, karena melihat makhluk yang selama ini hanya ia dengar melalui dongeng.

**

Di sebuah istana bawah laut yang bernama Seabert.

Aula istana pagi itu tampak ramai, terlihat raja Zale dan ratu Nagisa duduk di singgasana mereka, di hadapan mereka sudah ada Chubasca dan Cadassi.

"Apa pendapatmu Cadassi? Tolong sampaikan dengan bijak meski Chubasca adalah anakmu!" Ucap Raja Zale pada Cadassi, penasihat istana yang sangat dipercaya oleh raja Zale.

"Chubasca memang bersalah Yang Mulia, tapi para manusia itu juga bersalah karena menentang kehendak alam," ucap Cadassi.

"Kau tau Cadassi, tindakan anakmu itu bukanlah yang pertama kali, entah sudah berapa kali Chubasca menenggelamkan kapal-kapal manusia yang melintas saat bulan pasang dan itu membuat manusia semakin membenci lautan, membuat mereka semakin merusak lautan yang kita tinggali ini!"

"Saya mohon maaf Yang Mulia, hukuman akan tetap dijatuhkan untuk Chubasca, namun akan sedikit berlebihan jika ia harus dikurung di penjara kegelapan karena hal ini, karena pada kenyataannya bulan ini adalah waktu bagi Chubasca untuk bermain dan melampiaskan kekuatan yang selalu ia pendam berbulan-bulan tapi dengan angkuhnya manusia-manusia itu datang dan menentang Chubasca," jelas Cadassi.

Di sudut aula itu tampak seorang putri duyung cantik dengan ekor berwarna merah muda sedang berbincang dengan sahabatnya, Marin.

"Kau lihat Marin, ayahmu sangat bijaksana!" Ucap Nerissa berbisik pada Marin.

"Ya, dia adalah ayah kebanggaanku tapi laki-laki di sampingnya itu sungguh benar-benar membuatku malu!" Balas Marin yang juga berbisik.

"Hei, dia adalah kakakmu Marin!" ucap Nerissa sambil menepuk punggung Marin.

"Aku tau, tapi perbuatannya selalu membuatku malu," balas Marin.

Akhirnya raja Zale memerintahkan Morgan, prajurit istana laut untuk membawa Chubasca ke ruangan isolasi sebagai hukuman atas apa yang dilakukannya pada manusia.

**

20 tahun kemudian.

"Morning honey!" sapa seorang gadis cantik sambil mendaratkan ciumannya di pipi seorang laki-laki tampan.

"Morning Delia, ini masih pagi dan kau sudah berada di sini?"

"Tentu saja, aku akan belajar menjadi istri yang baik untukmu karena aku akan menjadi nyonya Alvin Anggara," jawab Cordelia penuh percaya diri.

"Aku harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, jadi tolong bantu bibi membersihkan akuarium di rumahku!" ucap Alvin.

"Akuarium yang mana honey, bukankah rumahmu ini penuh dengan akuarium?"

"Ya, kau harus membantu bibi membersihkan semua akuarium di rumah ini, oke?"

"Baiklah, kau cepat berangkat dan selesaikan pekerjaanmu dengan cepat, aku akan menyiapkan makan malam!"

"Thanks Delia," ucap Alvin lalu berangkat ke kantor.

**

Di Seabert.

"Apakah kau akan menghabiskan waktumu untuk berdandan sayang?" tanya ratu Nagisa.

"Tidak bunda ratu, aku bahkan tidak menyukai perjodohan ini!" jawab Nerissa tak bersemangat.

"Ini bukan perjodohan sayang, kau hanya akan dikenalkan agar lebih dekat dengannya," ucap ratu beralasan.

"Bukankah itu terdengar sama saja Marin?" tanya Nerissa pada Marin.

"Iya, itu adalah dua hal yang sama namun dijelaskan secara berbeda!" jawab Marin.

"Sudahlah cepat keluar, pangeran Merville sudah menunggumu di luar!"

"Baik bunda," balas Nerissa malas.

"Ayolah Putri Nerissa, tak ada yang buruk dari perjodohan dengan pangeran tampan, semangatlah!" ucap Marin memberi dukungan.

"Kau sama saja seperti ayah dan bunda," balas Nerissa mencibir, membuat Marin terkekeh melihatnya.

Waktu berlalu, Nerissa sudah menghabiskan setengah harinya bersama pangeran Merville. Pangeran dengan ekor biru kehijauan itu sama sekali tidak menarik perhatian Nerissa, membuat Nerissa sangat bosan.

"Ayah, Nerissa tidak mau bertemu pangeran Merville lagi, Nerissa bosan mendengar semua ceritanya," ucap Nerissa merajuk pada sang raja.

"Nerissa putriku, Merville adalah pangeran yang baik untukmu, Cadassi yang membawanya ke sini dan ayah sangat menyukai kepribadiannya," balas sang raja.

"Benar sayangku, cobalah untuk mengenalnya lebih dekat kau pasti akan menyukainya seperti kami menyukainya," sahut bunda ratu.

"Harus ada yang memimpin istana ini setelah ayah nanti Nerissa dan ayah pikir Merville adalah pangeran yang pantas menjadi raja di Seabert!" ucap raja.

Nerissa hanya terdiam dengan memanyunkan bibirnya mendengar penjelasan ayah dan bundanya, ia lalu masuk ke ruang baca dan mengambil salah satu buku milik Marin.

"Kenapa kau suka menulis buku-buku ini Marin?" tanya Nerissa.

"Apakah kau tak tahu Putri, kehidupan di daratan sangat mengagumkan aku selalu ingin pergi kesana!"

"Bukankah kau sering pergi ke daratan bersama Cadassi?"

"Betul sekali dan aku sengaja menulisnya agar aku tak pernah melupakan semengagumkan apa kehidupan manusia di daratan," jawab Marin.

"Aku bawa satu, akan aku kembalikan setelah aku selesai membacanya!" ucap Nerissa lalu keluar dari kamar Marin dengan membawa buku milik Marin.

"Sejak kapan kau suka membaca Putri pemalas!" ledek Marin yang tak didengar oleh Nerissa.

Marin adalah anak kedua Cadassi dan teman baik Nerissa. Marin sering mengikuti ayahnya pergi ke daratan untuk mencari obat sang raja, karena tanpa Nerissa tau, sang Raja tengah mengalami sakit yang membuat tenaganya semakin berkurang setiap harinya.

Kekuatan Apa?

SRAAAAKKKK

Satu goresan panjang dan dalam membuat siapapun yang mendengarnya akan ngilu, mobil dengan harga ratusan juta itu kini sudah tak tampak mulus lagi.

"Sorry!" ucap seorang laki-laki lalu pergi begitu saja.

Dia adalah Ricky Airlangga, anak sulung dari Johan Airlangga pemilik perusahaan besar yang bernama Atlanta Grup.

"Kenapa kau hanya diam saja Alvin?" tanya Daniel yang tiba-tiba datang menghampiri Alvin.

Alvin menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan.

"It's not a big deal!" balas Alvin lalu melangkah pergi meninggalkan Daniel.

Daniel adalah teman baik Alvin sejak mereka bersekolah, kuliah hingga mereka bekerja di perusahaan yang sama.

"Saudara laki-lakimu itu harus belajar beretika sebelum ia belajar menjadi presiden direktur yang baik," ucap Daniel yang berlari mengikuti Alvin.

"Ku ingatkan sekali lagi Daniel, dia bukanlah saudaraku!" Ucap Alvin dengan serius.

"Oke oke, aku tak akan mengatakan hal itu lagi, tapi bukankah selama ini hidupmu dibiayai oleh keluarga Airlangga?"

"Kau benar Daniel, keluarga Airlangga memang telah banyak membantuku sejak kepergian kedua orang tuaku, tapi jangan lupakan semua usaha yang telah kulakukan sejak kecil Daniel!"

"Ya ya ya, aku sangat mengenalmu kawan, jiwa pebisnis dalam dirimu sudah tumbuh sejak kau masih kecil itu sebabnya kau sudah memulai bisnismu sejak SD!"

Alvin menganggukkan kepalanya, mereka lalu masuk ke ruangan mereka masing-masing.

**

Di Seabert.

Nerissa sedang membaca buku yang ia pinjam dari Marin ditemani dengan para ubur-ubur di sekelilingnya.

"Tak ada yang menarik dari isi buku ini, aku masih tidak mengerti kenapa Marin begitu suka bermain ke daratan, bukankah itu berbahaya?"

"Tentu saja," jawab Marin yang tiba-tiba datang dan mengibaskan ekornya di depan Nerissa.

"Hei, perhatikan ekormu Marin, ekor itu hampir menampar wajahku!" teriak Nerissa kesal.

"Maaf Putri, tapi aku sedang tidak sabar untuk memamerkannya padamu!" balas Marin bersemangat.

"Apa maksudmu Marin?"

"Lihatlah ekorku yang cantik ini Putri, sangat cantik bukan?"

"Apa? aku tidak melihat sesuatu yang berbeda dari ekormu kecuali ekormu semakin kasar hehehe...."

Marin lalu memutar kedua bola matanya mendengar ucapan Nerissa yang mengejek ekornya.

"Ayolah Putri, perhatikan baik-baik ada yang berubah dari ekor ku!"

Nerissa lalu memutari Marin dan memperhatikan dengan baik baik namun ia tak menemukan sesuatu yang berbeda dari ekor sahabatnya itu.

"Baiklah aku menyerah, selain malas kau memang tidak pernah memperhatikan sekitarmu Putri," ucap Marin kesal.

"Hehehe kalau begitu tunjukkanlah padaku apa yang berbeda dari ekormu!" balas Nerissa tanpa rasa bersalah.

"Lihatlah baik-baik Putri, ujung ekor ku berwarna merah dan berkilau, kau tahu kenapa? karena aku memberinya ramuan ajaib dari daratan," ucap Marin penuh percaya diri.

"Kalau itu aku tau, ujung ekormu memang terlihat berubah warna dan tampak kasar tapi......

"Kalau kau tahu kenapa kau tak menjawabnya Putri, kau benar-benar menyebalkan!"

"Bukankah aku sudah mengatakannya? aku sudah mengatakan jika ekormu terlihat semakin kasar dan......

"Dan apa? kenapa raut wajahmu seperti itu Putri? tolong jangan mengerjai ku lagi dengan wajah ketakutan mu itu!" tanya Marin yang melihat raut wajah Nerissa tiba tiba berubah.

"Lihatlah ekormu, apa kau tidak merasa ekormu semakin kaku?" tanya Nerissa sambil menunjuk ekor Marin yang mulai berubah warna hampir setengahnya.

"Aaah ya ampun Putri, apa yang harus aku lakukan? cepat tolong aku Putri, cepatlah aku tak ingin lumpuh karena tak bisa berenang!" ucap Marin panik.

"Tenanglah Marin, aku sedang mencoba berpikir," ucap Nerissa dengan mencari sesuatu di setiap sudut kamarnya.

"Apa yang kau cari putri? cepatlah bantu aku!"

"Entahlah aku juga tidak tahu apa yang sedang kucari."

"Tolong aku Putri, aku benar-benar takut!"

Nerissa lalu menangkap salah satu ubur ubur yang ada di dalam kamarnya lalu membisikkan sesuatu padanya.

"Sengatlah dia kawan, sengatan mu akan menolongnya," ucap Nerissa berbisik pada ubur-ubur.

Ubur-ubur lalu mulai mendekati Marin yang sudah tidak bisa bergerak.

"Putri apa yang akan kau lakukan padaku tolong jangan main-main dan aaaaaaa.......

Marin menjerit kesakitan saat ubur-ubur itu mulai menyengatnya.

"Berhasil, sabarlah Marin, ubur-ubur itu akan menolongmu!" ucap Nerissa.

Hingga beberapa kali sengatan kemudian Marin mulai bisa menggerakkan ekornya kembali, ia lalu memeluk Nerissa dan ubur-ubur yang membantunya.

"Kau memang yang terbaik Putri Nerissa, aku sangat menyayangimu, aku berjanji akan selalu menjadi pendampingmu seumur hidupku!" ucap Marin bersungguh sungguh.

"Kau selalu mengucapkan hal itu Marin, aku bosan mendengarnya," ucap Nerissa dengan memutar kedua bola matanya.

"Aku bersungguh-sungguh Putri, walaupun kau Putri yang pemalas tapi kau selalu bisa mengatasi semua masalah di sekitarmu!" balas Marin meyakinkan.

"Cukup Marin, kau berlebihan!"

"Putri Nerissa, aku sangat menyayangimu," ucap Marin dengan kembali memeluk Nerissa.

"Oke baiklah, sekarang di mana kau menyimpan benda itu, serahkan padaku agar aku bisa menyimpannya dengan baik!"

"Ayo ikut lah ke rumahku, aku akan menunjukkannya padamu!

Nerissa lalu mengikuti Marin ke rumahnya, Marin lalu memberikan satu botol cairan berwarna merah pada Nerissa.

"Ini yang membuat ekor mu seperti itu?" tanya Nerissa memastikan.

"Iya Putri, awalnya cairan itu hanya mengubah warna ekorku dan membuatnya tampak berkilau, aku tak tahu jika akan berakhir dengan hal mengerikan seperti tadi."

"Baiklah aku akan menyimpannya agar kau tak menggunakannya lagi!"

"Dan akan kupastikan bahwa aku tidak akan pernah menyentuh barang itu lagi walaupun dia ada di depan mataku!" balas Marin.

Setelah Nerissa menyembunyikan cairan itu di kamarnya, ratu Nagisa tiba-tiba masuk.

"Apa kau sudah bersiap sayang? pangeran Merville sudah menunggumu di luar!" ucap ratu pada Nerissa.

"Nerissa akan bersiap-siap dulu bunda, Nerissa......

"Kau sudah sangat cantik, tak perlu bersiap-siap lagi, ayo!" balas bunda ratu sambil menggandeng Nerissa untuk keluar menemui pangeran Merville.

Di dalam kamar Nerissa, para ubur-ubur hanya terkekeh melihat Nerissa yang gagal membuat alasan untuk menolak bertemu pangeran merville.

"Apa yang membuatmu ingin menemuiku pangeran Merville?" tanya Nerissa ketika mereka sedang berada di taman istana.

"Aku merindukanmu Putri Nerissa, ekor merah mudamu yang berkilau selalu mengganggu pikiranku," jawab pangeran Merville.

"Maaf jika aku mengganggumu pangeran!" balas Nerissa.

"Bukan, bukan itu maksudku, aku yakin kau pasti mengerti maksudku!"

"Bukankah kau bilang aku mengganggu pikiranmu, maka jangan temui aku lagi agar pikiranmu tak terganggu oleh ku!"

"Maaf Putri Nerissa sepertinya kau salah paham, baiklah kita lupakan hal itu, bagaimana jika kita membicarakan tentang kelebihan kita masing-masing!"

"Aku tak punya kelebihan apapun karena aku sangat pemalas," balas Nerissa.

"Jangan merendah seperti itu Putri Nerissa, aku tau setiap keturunan raja pasti memiliki kekuatan istimewa kan?"

"Kekuatan apa yang kau maksud?" tanya Nerissa tak mengerti.

"Lupakan saja, mungkin belum saatnya kau mengerti, tapi jika kau memang ingin mengetahuinya, temui aku di Orton saat matahari sudah terbenam nanti!"

Nerissa hanya mengerutkan keningnya mendengar jawaban pangeran Merville.

Kekuatan yang Tidak Dimengerti

Cahaya bulan malam itu tampak indah, semakin indah karena memantulkan cahaya berkilau dari ekor merah muda yang sedang duduk di atas batu bersama Marin.

"Lihatlah Putri, ekormu semakin cantik saat ia bermandikan cahaya bulan malam ini!" ucap Marin memuji ekor Nerissa.

"Iya kau benar, karena hanya untuk melihat bulan ini aku rela meninggalkan istanaku yang nyaman," balas Nerissa.

"Kau harus mencoba ke daratan Putri, di sana sangat indah, banyak hal yang menakjubkan yang akan kau temui di sana!"

"Berhenti membujukku untuk pergi ke daratan Marin, aku tak akan termakan rayuan mu itu karena bagiku tak ada tempat yang nyaman selain di Seabert," balas Nerissa.

"Kau memang keras kepala Putri!"

"Ya aku memang Putri yang keras kepala dan pemalas," balas Nerissa yang membuat Marin terkekeh.

"Tapi kau yang terbaik putri, aku sangat mencintaimu," ucap Marin.

"Oh ya Marin, apa kau memiliki kekuatan tertentu yang ada dalam dirimu?" tanya Nerissa penasaran.

"Kekuatan apa yang kau maksud? aku bukan berasal dari keturunan raja, mana mungkin aku memiliki kekuatan!"

"Jadi maksudmu hanya keturunan raja yang memiliki kekuatan?"

"Kenapa kau menanyakan hal itu padaku? bukan kau sudah tahu?"

Nerissa menggeleng pelan membuat Marin membulatkan matanya lebar-lebar.

"Hei hentikan! ekspresimu itu sungguh membuatku takut!" ucap Nerissa dengan mengepakkan ekornya tepat ke badan Marin.

"Jadi kau benar-benar tidak mengetahuinya?" tanya Marin memastikan.

"Iya, bisakah kau jelaskan padaku apa yang kau tau Marin?"

"Maaf Putri, untuk masalah ini kau harus bertanya langsung pada raja dan ratu!"

"Kenapa? kenapa kau...."

"Sudahlah Putri, cepat tanyakan hal itu pada raja dan ratu!" ucap Marin dengan menarik tangan Nerissa, memaksanya untuk kembali ke Seabert.

Sesampainya Nerissa di istana ia segera menemui sang raja yang sedang berada di singgasananya bersama sang ratu.

"Bunda ratu, ada yang ingin Nerissa tanyakan padamu!" ucap Nerissa.

"Bertanyalah sayang bunda dan ayah akan menjawabnya," balas sang ratu.

"Bunda, ayah apa Nerissa selama ini memiliki kekuatan yang tidak nerissa sadari?" tanya Nerissa yang membuat raja dan ratu terkejut.

Seketika ratu dan raja saling pandang saat mereka mendengar pertanyaan dari Nerissa.

"Ada apa ayah, bunda? kenapa kalian begitu terkejut mendengar pertanyaanku?"

"Nerissa sayang, setiap keturunan raja pasti memiliki kekuatan khusus yang tidak dimiliki oleh mermaid lain dan kekuatan itu akan muncul saat mereka berusia 20 tahun," jawab bunda Ratu.

"Bukankah usiaku sekarang sudah 25 tahun itu artinya selama 5 tahun ini aku sudah mempunyai kekuatan itu?"

Raja dan ratu kompak menganggukkan kepala.

"Lalu bagaimana aku bisa menggunakan kekuatanku jika aku sendiri tidak menyadari adanya kekuatan itu? dan kenapa ayah bunda tidak pernah memberitahuku tentang kekuatan itu?"

"Nerissa putriku ku, kekuatan yang kau miliki bukanlah kekuatan sembarangan, ayah dan bunda sengaja membiarkanmu tidak menyadari kekuatan itu demi keselamatanmu putriku," jawab raja

"Keselamatan? keselamatan apa maksud ayah?" tanya Nerissa tak mengerti.

"Dengarlah sayang, jika kau menyadari adanya kekuatan itu dalam dirimu dan kau menggunakan kekuatan itu maka itu sama artinya kau sedang membangunkan Ran yang sedang tertidur dan itu sangat membahayakan, tidak hanya untuk dirimu tapi juga untuk kehidupan di Seabert," jelas sang ratu.

"Membangunkan Ran? bukankah keberadaan Ran hanya sebuah dongeng?"

"Tidak sayang, dia memang benar adanya, hanya saja dia berada di tempat yang sangat jauh yang tidak bisa kita jangkau, namun jika seorang putri keturunan Raja menggunakan kekuatannya, Ran akan bisa mengendusnya dan dia akan datang untuk menghancurkan si pemilik kekuatan termasuk dengan wilayah tempat si pemilik kekuatan tinggal!" jelas sang ratu.

"Itu sebabnya ayah dan bunda sengaja membiarkan kekuatan itu tersimpan dalam dirimu tanpa kau ketahui," sahut raja.

"Tapi bagiamana dengan ayah? bukankah ayah pernah menggunakan kekuatan ayah saat berperang?" tanya Nerissa.

"Iya kau benar putriku, namun ayah dan bundamu berjuang bersama untuk melawan Ran dan membuat Ran kembali ke tempat asalnya yang jauh dari Seabert," jawab raja.

"Lalu apakah Nerissa harus menyembunyikan kekuatan Nerissa selamanya?"

"Tidak selamanya sayang, hanya sampai kau menemukan pasangan hidupmu dan bunda percaya jika pangeran Merville adalah pasangan yang pantas untukmu," jawab ratu.

"Terima kasih atas penjelasan ayah dan bunda, Nerissa pamit," ucap Nerissa lalu masuk ke kamarnya.

Beberapa ubur-ubur tampak mengitari Nerissa yang baru saja masuk ke kamarnya, wajah masam nya membuat para ubur-ubur tak berhenti berkeliling di sekitar Nerissa untuk menghibur Nerissa.

"Pergilah, aku sedang tidak ingin diganggu!" ucap Nerissa pada ubur-ubur.

**

Di perusahaan Atlanta Grup.

Siang itu rapat besar baru saja dimulai, rapat yang sengaja dilakukan untuk menunjuk Ricky Airlangga sebagai presiden direktur baru di perusahaan Atlanta Grup.

Semua yang berada disana bertepuk tangan atas perpindahan jabatan yang sebelumnya dipegang sendiri oleh Johan Airlangga dan kini diserahkan kepada anak sulungnya, Ricky Airlangga.

"Papa percayakan Atlanta Grup padamu Ricky, papa tau keadaan Atlanta Grup sedang tidak baik, tugasmu adalah menaikkan saham kita dan membuatnya kembali menjadi perusahaan yang diperhitungkan di negeri ini!" ucap Johan pada Ricky.

"Terima kasih atas kepercayaan papa, Ricky akan berjuang semaksimal mungkin untuk Atlanta Grup!" balas Ricky yang mendapat tepuk tangan dari para peserta rapat.

Setelah rapat selesai, semua yang berada di ruangan rapat satu persatu memberikan selamat pada Ricky, tak terkecuali Alvin.

"Nikmatilah selagi kau masih bisa menikmatinya!" ucap Alvin pada Ricky.

Ricky hanya tersenyum tipis tak menghiraukan ucapan Alvin.

Alvin lalu keluar dari ruangan bersama Daniel, namun dengan sengaja Ricky berjalan mendahului Alvin, menyenggol lengan Alvin dengan kasar.

"Sangat kekanak-kanakan!" ucap Daniel yang saat itu bersama Alvin.

Alvin hanya tersenyum menanggapinya.

Tak jauh dari mereka berjalan, seorang perempuan cantik berlari dengan membawa buket bunga.

Tangannya terangkat bersiap untuk memeluk seseorang di hadapannya. Ricky yang melihat adiknya datang segera menyambut dengan kedua tangan yang siap memeluk Cordelia.

Namun saat mereka sudah dekat, Cordelia melemparkan buket bunga yang dibawanya tepat di wajah Ricky lalu menghambur dalam pelukan Alvin yang berada di belakang Ricky.

"Lepaskan Del, ini di kantor!" ucap Alvin dengan sedikit mendorong tubuh Cordelia.

"Dan ini adalah kantor papaku," balas Cordelia dengan kedipan matanya.

"Terserah kau, tapi kau harus menjahit rok yang kau pakai agar lebih panjang Delia!" ucap Alvin dengan melepas jasnya dan memakaikannya di pinggang cordelia untuk menutupi paha cordelia yang terekspos dengan jelas.

"Ini fashion honey, kau tak mengerti!" bantah Cordelia.

PUUUKKK!!

Ricky yang merasa kesal memukul Cordelia dengan buket bunga yang dibawanya.

"Apakah kau sudah kehilangan sopan santun mu?" tanya Ricky kesal.

"Maaf kakak, tapi aku ke sini memang untuk menemuinya dan bunga itu bukan dariku tapi dari mama," jawab Cordelia sambil menarik tangan Alvin untuk menjauh dari Ricky, membuat Ricky semakin kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!