Alvin berdiri di dapur dengan memandang ikan yang sudah berlumuran darah di hadapannya. Hatinya benar benar merasa sedih melihat keadaan ikan itu.
Dengan hati hati Alvin membawa ikan itu ke taman belakang dan menguburnya di bawah pohon di dekat kolam renang.
Tak hanya menyukai lautan, Alvin juga menyukai semua yang ada di dalamnya. Hal itu yang membuat Alvin selama ini enggan untuk menyantap makanan laut.
Ia tidak pernah mempermasalahkan orang orang yang suka memasak atau memakan hewan laut, hanya saja ia tidak akan membiarkan seorangpun menyakiti hewan laut peliharaanya, termasuk ikan, bintang laut, kuda laut dan banyak lagi.
Bagi Alvin, mereka tak hanya hiasan akuarium di rumahnya, mereka adalah teman yang bisa menghibur dirinya.
Setelah membersihkan tangannya, Alvin kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya dan bersiap untuk berangkat ke kantor.
Saat ia baru saja keluar dari kamar, ia begitu terkejut karena bi Sita berdiri tepat di depan pintu kamar nya.
"Ada apa bi?" tanya Alvin.
"Maaf kan bibi Tuan, bibi sudah berusaha melarang non Delia, tapi non Delia tidak mendengarkan ucapan bibi!" ucap bi Sita yang merasa bersalah.
"Alvin mengerti, ini bukan salah bibi," balas Alvin lalu melangkah meninggalkan bi Sita.
"Oh ya Bi, tolong pastikan Delia tidak akan masuk ke rumah ini lagi!" ucap Alvin pada bibi.
"Baik Tuan!"
Alvin lalu membawa langkahnya untuk keluar dari rumahnya, saat ia akan masuk ke garasi, Delia memanggilnya, namun Alvin mengacuhkannya.
"Alvin tunggu, ini hanya masalah kecil, kenapa kau terlalu membesar besarkannya?"
"Pergi sekarang atau aku akan meminta satpam menyeretmu keluar dari sini!" balas Alvin lalu masuk ke dalam mobil.
"Tidak Alvin, aku tidak akan pergi dari sini sebelum kau memaafkanku!" ucap Delia yang masih berusaha mendapatkan maaf dari Alvin.
"Kau akan menyesali ucapanmu itu Delia!" ucap Alvin lalu benar benar meninggalkan Delia.
Alvin lalu menghubungi polisi dan memberitahukan pada polisi jika ada wanita yang mengganggu ketenangannya di rumah.
Sesampainya di kantor, Alvin memasuki ruangannya dengan raut wajah yang semakin dingin.
"Hai kawan, wajahmu itu kenapa semakin terlihat dingin? apa karena pengangkatan Ricky sebagai CEO baru terlalu mengganggu pikiranmu?" tanya Daniel.
"Aku bahkan tidak memikirkan hal itu sama sekali!" balas Alvin.
"Jadi apa yang membuatmu bertekuk muka pagi ini sobat?"
"Hmmm..... Delia, dia sudah merusak pagiku karena lancang membunuh ikan di akuarium ku!" jawab Alvin kesal.
"Hahaha..... lalu apa yang terjadi padanya sekarang?"
"Entahlah, mungkin sekarang dia di kantor polisi!"
"Haaahhh, di kantor polisi! waahh waaahhh kau benar benar kejam Alvin!"
"Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti ikan ikanku Daniel, kau tau itu!"
Daniel menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Alvin. Ia tau betul bagiamana sifat Alvin yang sangat mencintai ikan di akuariumnya.
"Aku tau kau sangat mencintai lautan, bisa jadi jodohmu nanti adalah penghuni laut hahaha....." ucap Daniel lalu melangkah pergi meninggalkan Alvin.
"penghuni laut?" batin Alvin dalam hati.
Seketika ingatan Alvin kembali mengulas memori masa lalunya. Ia tidak tau apakah saat itu ia hanya bermimpi, berkhayal atau memang ia benar benar melihat mermaid di hadapannya.
Meski samar, ia bisa melihat dan mengingat wanita cantik dengan mahkota di kepalanya dan ekor berwarna pink yang perlahan mengepak dan menghilang di tengah lautan.
Tiba tiba seseorang menabraknya, membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Ini kantor untuk bekerja, bukan berkhayal hahaha....." ucap Ricky lalu berjalan masuk ke ruangannya yang bersebelahan dengan Alvin.
Alvin hanya diam lalu membawa langkahnya masuk ke ruangannya. Ia kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya, terutama rencana yang sudah ia siapkan dengan matang.
**
Di Seabert.
Nerissa sedang berada di kamarnya bersama Marin. Sejak kepergian sang raja, Nerissa sangat jarang keluar dari kamarnya.
"Ayolah Putri, kau harus keluar dari kamarmu ini!" ucap Marin.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Marin? ayahku sudah pergi, tak hanya meninggalkan ku dan bunda, tapi juga meninggalkan tahtanya!"
"Aku memang tidak terlalu memahami kehidupan istana, tapi ku rasa ucapan ayahku ada benarnya, kau harus menikah putri!"
"Kau sama saja seperti yang lain Marin," ucap Nerissa kesal.
"Maafkan aku Putri, aku hanya tidak ingin terjadi hal buruk pada istana tempat tinggal kita ini," ucap Marin.
Nerissa hanya diam mendengarkan ucapan Marin, ia tetap teguh pada pendiriannya.
"Ku dengar dari ayahku, jika istana tanpa raja bisa saja menjadi sasaran empuk bagi istana lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya dan tentu saja mereka akan melakukannya dengan sangat brutal," ucap Marin yang membuat Nerissa segera membawa pandangannya pada Marin.
"Kau tau istana Doris kan? banyak dari penghuni istana Doris yang mati dan menjadi budak dalam pembantaian setelah raja mereka tiada, aku hanya..... aku tak ingin hal itu terjadi pada istana kita putri, ku rasa kau harus memikirkan hal itu," ucap Marin.
Nerissa terdiam mendengarkan ucapan Marin. Ia ingat apa yang terjadi pada istana Doris, dulu ia masih sangat kecil untuk bisa memahami kejadian itu.
Namun sekarang ia mengerti dan itu membuatnya khawatir.
"Aku tidak ingin hal itu terjadi Marin, tapi aku juga tidak ingin menikahi pangeran Merville," ucap Nerissa bersedih.
"Aku tau dan itu kenapa aku di sini sekarang, aku akan membantumu untuk mencari pangeran yang cocok untukmu!"
"Apa maksudmu Marin?" tanya Nerissa tak mengerti.
"Nanti malam akan ada pesta di istana sebelah, di sana pasti banyak pangeran tampan yang juga sedang mencari pasangan, kau bisa mencari pangeran yang menarik perhatianmu Putri!"
"Apa kau yakin aku akan menemukan pangeran yang cocok untukku di sana?"
"Tentu saja, karena hanya pangeran yang belum memiliki pasangan yang akan datang kesana," jawab Marin penuh keyakinan.
"Baiklah, aku akan mencobanya," balas Nerissa.
"Sekarang tersenyum lah putri, wajahmu terlihat kusut karena jarang tersenyum akhir akhir ini!" ucap Marin menggoda Nerissa.
Nerissa hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Marin.
**
Malam telah datang bersama hamparan gelap yang diterangi cahaya bulan dan bintang.
Malam itu adalah malam dimana Alvin dan keluarganya mengalami kecelakaan kapal yang membuatnya harus kehilangan mama dan papanya.
Di bawah taburan bintang, Alvin melepaskan sepatunya, membiarkan kakinya menyapu halusnya pasir pantai yang berkilau diterpa cahaya bulan.
Alvin berjalan pelan ke arah bibir pantai, berdiri terpaku menatap gulungan ombak yang perlahan menyentuh kakinya.
"Jangan khawatirkan Alvin ma, pa, Alvin baik baik saja," ucap Alvin dalam hati bersama rasa rindu yang memenuhi setiap sudut hatinya.
Alvin lalu menaiki batu karang yang ada di bibir pantai, membiarkan suara deburan ombak mengisi kekosongan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Siska Yulia
mungkin krna didlm tubuh alvin ada mutiara duyung jd dia ngrasa ada ikatan batin sm ikan x ya ..
2022-08-15
1
Natsya Natnat
Nerissa ikut take me out aja 😁
2022-07-09
1
Sinta Putri
kok Alvin gtu ya pdhal kan cuma ikan 🐟☺️
2022-06-28
1