Di bawah temaram bulan di langit malam, Alvin melepas sepatunya dan berjalan ke arah tepi pantai.
Malam itu ia sengaja pergi ke pantai untuk melepas kepenatan dari semua masalah yang ia hadapi hari itu.
Saat langkahnya semakin dekat dengan bibir pantai, samar samar Alvin mendengar suara tangisan seorang perempuan.
Tangisnya begitu terdengar pilu dan menyayat hati. Dengan perlahan Alvin membawa langkahnya ke arah karang besar yang ia yakini sebagai sumber dari suara tangisan yang ia dengar.
Semakin ia mendekat, ia semakin yakin suara itu berasal dari bawah batu karang besar.
"Apakah ada seseorang di sana?" tanya Alvin namun tidak mendapat jawaban apapun.
"Halo, apa kau sedang membutuhkan bantuan? jawablah, aku tidak akan menyakitimu!" ucap Alvin khawatir.
Ia berpikir mungkin ada seseorang yang terjebak diantara batu batu besar di sana.
Benar saja, Alvin melihat seorang gadis dengan rambut panjang berwarna coklat terang yang berada diantara batu di bawah karang.
"Kau...... sedang apa di sana?" tanya Alvin.
Gadis itu hanya diam dengan raut wajah menegang melihat kedatangan Alvin.
"Apakah kau terluka?" tanya Alvin khawatir.
Alvin membawa langkahnya semakin mendekat ke arah Nerissa yang hanya diam dengan raut wajah ketakutan.
"Berhenti!" teriak Nerissa yang membuat Alvin segera menghentikan langkahnya.
"Kenapa? aku hanya ingin menolongmu, kau tak perlu takut!" ucap Alvin yang kembali melangkahkan kakinya.
"BERHENTI! TETAP DI SANA DAN JANGAN MENDEKAT!" ucap Nerissa dengan berteriak.
Nerissa berusaha mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk berteriak pada manusia tampan di hadapannya itu.
Entah dia memang manusia yang baik atau tidak, Nerissa hanya bisa berusaha untuk bisa menjaga jarak mereka.
"Kau yakin tidak membutuhkan bantuanku?" tanya Alvin yang sudah menghentikan langkahnya.
"Aku..... aku baik baik saja, pergilah!" jawab Nerissa.
"Apa kau sendirian di sini? apa yang kau lakukan malam malam di tempat seperti ini?" tanya Alvin yang enggan untuk pergi.
"Aku.... aku.... hanya ingin sendirian di sini, jadi pergilah, kau hanya mengangguku saja!" jawab Nerissa.
Alvin tersenyum tipis melihat sikap Nerissa. Ia lalu duduk di atas batu yang ada di sana.
"Kenapa kau malah duduk di sini? pergilah, aku tidak ingin diganggu!" ucap Nerissa kesal karena Alvin tidak juga pergi.
"Ini tempat umum, bukan milik pribadimu, jadi kau tidak bisa memaksaku untuk pergi," balas Alvin.
Nerissa hanya diam, menyerah untuk meminta Alvin pergi.
Alvin dan Nerissa sama sama diam. Alvin menatap kosong ke arah gulungan ombak, sedangkan Nerissa menatap diam diam laki laki di hadapannya itu.
Tiba tiba, ia mengingat sesuatu. Ya, ia baru menyadari jika laki laki di hadapannya adalah laki laki yang sama yang ia lihat saat ia kehilangan mahkota miliknya.
Nerissa tersenyum tipis menatap laki laki di hadapannya.
"bahkan temaram bulan tidak mampu menyembunyikan ketampananmu," batin Nerissa dalam hati.
"Berhentilah menatapku atau kau akan jatuh cinta padaku!" ucap Alvin dengan tersenyum tanpa menoleh ke arah Nerissa.
Nerissa seketika memalingkan wajahnya dari Alvin, ia merasa malu karena terpergok menatap wajah manusia tampan itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nerissa pada Alvin.
"Seperti yang kau lakukan, menikmati kesendirian malam," jawab Alvin dengan membawa pandangannya pada Nerissa.
Mereka saling menatap untuk beberapa saat, dua pasang mata seolah berhenti berkedip saat melihat keindahan di hadapannya.
"Apa yang membuatmu menangis?" tanya Alvin yang membuat Nerissa kembali mengalihkan pandangannya.
Nerissa hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Alvin.
"Aku memang tidak tau seberat apa masalah yang kau hadapi, tapi percaya lah setiap masalah yang datang akan semakin menguatkan dirimu untuk menghadapi kehidupan yang terkadang tidak memberikan kita keadilan," ucap Alvin.
Nerissa kembali membawa pandangannya pada Alvin, entah kenapa ia merasa jika Alvin adalah laki laki yang baik.
"Siapa namamu?" tanya Alvin.
"Nerissa," jawab Nerissa tanpa ragu.
"Nerissa, nama yang cantik," ucap Alvin.
"Terima kasih, namamu?"
"Aku....."
Biiiiippp biiiipp biiipp
Ponsel Alvin berdering, Alvin lalu mengambil ponselnya dari saku dan menerima panggilan dari Daniel.
Setelah beberapa lama berbicara pada Daniel, Alvinpun berdiri dari duduknya.
"Dimana rumahmu? aku akan mengantarmu pulang!"
"Aku.... aku bisa pulang sendiri," jawab Nerissa.
"Pulanglah bersamaku, berbahaya sendirian di tempat seperti ini!"
"Tidak, kau pulanglah saja, aku masih ingin di sini!"
"Aku harus pergi sekarang, ada masalah yang harus ku selesaikan, jadi...."
"Aku akan tetap di sini, pergilah dan selesaikan masalahmu, aku sudah terbiasa di sini sendiri," ucap Nerissa memotong ucapan Alvin.
Alvin lalu mendekat ke arah Nerissa, membuat Nerissa begitu terkejut dan gugup karena langkah Alvin yang tiba tiba.
Alvin menarik tangan Nerissa, mengambil pena dari sakunya dan menulis 12 digit angka di tangan Nerissa.
"Jangan sampai terhapus, hubungi aku jika terjadi sesuatu!" ucap Alvin lalu segera pergi meninggalkan Nerissa.
Nerissa terdiam beberapa saat. Ia masih tidak menyangka jika dirinya bisa sedekat itu dengan manusia yang baru ditemuinya.
Terlebih, saat itu ia masih menyembunyikan ekornya.
Saat menyadari kepergian Alvin, Nerissa lalu keluar dari persembunyiannya dan berteriak pada Alvin dengan hanya menampakkan kepalanya.
"Hei, aku belum tau namamu!" teriak Nerissa.
"Hubungi aku atau besok malam kita bertemu di sini!" balas Alvin yang juga berteriak.
Nerissa tersenyum senang lalu menghafal dengan cepat deretan angka yang Alvin tulis di tangannya.
Meskipun ia tidak mengerti maksud dari angka angka itu, ia tetap menghafalnya karena berpikir jika itu adalah angka yang penting.
"Kau memang pandai sekali bersembunyi," ucap Nerissa sambil mengepakkan ekornya di air.
Nerissa lalu berenang meninggalkan pantai dan kembali ke istana. Untuk beberapa saat ia melupakan masalah yang terjadi di istana.
"Akhirnya kau pulang sayang, apakah Cadassi yang membawamu pulang?" tanya bunda ratu pada Nerissa.
"Tidak, Nerissa pulang sendiri," jawab Nerissa.
"Maafkan bunda sayang, bunda tidak bermaksud menyakiti hatimu, bunda hanya sedang bingung saat ini," ucap bunda sambil memeluk Nerissa.
Nerissa hanya diam dalam pelukan bundanya. Hatinya masih terasa sakit saat mengingat sang bunda yang biasa lembut tiba tiba berteriak padanya.
"Apa kau masih marah pada bunda sayang?" tanya bunda ratu sambil menatap putri kesayangannya.
"Bunda, sebesar apa kepercayaan bunda pada Cadassi? apakah lebih besar daripada kepercayaan bunda pada Nerissa?" tanya Nerissa dengan mata berkaca-kaca.
"Tentu saja bunda lebih mempercayaimu sayang, kau adalah putri bunda, kau harapan bunda satu satunya," jawab ratu Nagisa tanpa ragu.
"Kalau begitu berhentilah mengikuti ucapan Cadassi, Nerissa....."
"Selamat malam putri, akhirnya kau kembali ke istana, aku sudah mencarimu kemana mana," ucap Cadassi yang tiba tiba datang.
"Maafkan aku yang sudah merepotkanmu Cadassi, sekarang kau pulanglah ke rumahmu, Nerissa sudah kembali dengan aman," ucap Ratu Nagisa pada Cadassi.
"Baik ratu, saya permisi," balas Cadassi lalu meninggalkan istana.
"Kau istirahatlah sayang, kita bahas masalah ini besok," ucap ratu Nagisa pada Nerissa.
Nerissa menganggukan kepalanya lalu masuk ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Natsya Natnat
emng gk bsa kliatan ya ekornya Nerissa??
2022-07-19
1
Sinta Putri
itu Alvin ngasih nomernya ke nerissa ya 😁
gmna nlfonnya nnti 😁
2022-07-07
1
Good Time
Bru mncul stlah bbrpa hari 🙏
2022-06-23
1