Malam itu Nerissa terdiam di atas batu besar di tengah laut. Ia sengaja pergi kesana seorang diri tanpa Marin.
Ia ingin menjernihkan pikirannya, mencari jalan keluar dari masalah yang sedang ada di hadapannya.
"Saya mendapat banyak laporan bahwa di beberapa tempat semakin banyak tanaman yang menghitam ratu, bahkan di beberapa tempat lainnya mereka harus meninggalkan rumah mereka karena keadaan udara yang buruk,"
"Kenapa tanda kebangkitan Ran masih terjadi? bukankah seharusnya aku bisa menghentikannya jika aku tidak lagi menggunakan kekuatanku?" tanya Nerissa pada dirinya sendiri.
Nerissa menghembuskan napasnya kasar. Bulan temaram di langit membuat Nerissa tak bersemangat.
"Hmmmm.... bulan saja tidak berpihak kepadaku," ucap Nerissa dengan menatap cahaya bulan yang tertutup awan.
Tiba tiba Nerissa mengingat pemandangan indah di bawah cahaya bulan malam, pemandangan seorang laki laki yang ketampanannya tidak pudar meski berada di bawah gelap malam dan cahaya pudar sang bulan.
Tanpa pikir panjang, Nerissa segera berenang ke arah tepi pantai. Saat ia sudah berada tak jauh dari tepi pantai, ia bisa melihat dengan jelas seseorang yang sedang duduk di atas batu karang besar.
"Bagaimana aku bisa menemuinya? dia pasti akan melihatku jika aku mendekatinya sekarang!"
Saat sedang memikirkan cara untuk berenang ke tepi pantai, tiba tiba Alvin beranjak dari duduknya dan turun dari atas batu karang.
"Dia pergi? apa dia akan meninggalkan pantai?" tanya Nerissa pada dirinya sendiri.
Nerissa lalu berenang semakin mendekat ke arah tepi pantai. Dari balik batu karang, ia bisa melihat Alvin yang tengah mengenakan sepatunya bersiap untuk pergi meninggalkan pantai.
"Aku terlambat," ucap Nerissa pelan lalu berenang bersembunyi di balik karang.
Nerissa menempatkan ekornya di bawah lubang karang, sedangkan kepalanya dibaringkan di atas batu karang dengan rambut coklat terangnya yang dibiarkan tergerai.
Nerissa hanya diam tak bergeming saat ombak berkali kali mendorong dirinya. Entah kenapa ia semakin sedih saat melihat Alvin meninggalkan pantai.
Tiba tiba.....
"Apa kau akan terus berendam disana?"
Sebuah suara membuat Nerissa segera mengangkat kepalanya. Ia sangat hafal siapa pemilik suara itu.
Nerissa tersenyum senang saat melihat Alvin berdiri tak jauh dari tempatnya bersembunyi.
"Sejak kapan kau berada di sana?" tanya Alvin pada Nerissa.
"Aku.... aku baru saja datang," jawab Nerissa.
"Jangan bohong, aku dari tadi berada di sini dan aku tidak melihatmu datang," ucap Alvin lalu melepas sepatunya dan berjalan semakin mendekat ke arah Nerissa.
"Jangan mendekat!" ucap Nerissa berusaha menahan Alvin agar tidak semakin mendekatinya.
"Aku hanya ingin duduk di sini," ucap Alvin yang duduk di salah satu karang di dekat Nerissa.
"Oh, baiklah," balas Nerissa yang berusaha untuk semakin menenggelamkan ekornya.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? kenapa kau selalu berendam di laut malam malam seperti ini?" tanya Alvin penasaran.
"Kau sendiri, kenapa kau selalu ke sini setiap malam?" balas Nerissa bertanya.
"Aku? aku hanya ingin menikmati kesendirianku," jawab Alvin.
"Apa kau setiap malam selalu kesini?" tanya Nerissa.
"Tidak, hanya saat saat tertentu, kau sendiri, apa setiap malam kau akan berendam disini?"
"Tidak juga, sama sepertimu, aku hanya akan kesini di saat saat tertentu," jawab Nerissa.
"Kalau kau berendam disini setiap hari, aku bisa saja menganggapmu sebagai putri duyung hahaha....." ucap Alvin yang membuat Nerissa terkejut dan gugup.
"Ke.... kenapa.... kau berpikir seperti itu?"
"Siapa yang akan berendam di laut malam hari seperti ini selain dirimu? tidak ada, selama bertahun tahun aku ke sini, baru kali ini aku melihat gadis sepertimu!"
"Tapi.... aku...."
"Tenang saja, aku mengerti, setiap orang memang mempunyai cara yang berbeda untuk menenangkan diri dari masalahnya dan mungkin caramu menenangkan diri adalah dengan berendam disini malam hari, iya kan?"
"Ii.... iya.... kau benar," jawab Nerissa.
Alvin tersenyum tipis melihat gadis cantik di hadapannya. Ia ingat saat pertama kali ia bertemu Nerissa, saat itu ia bisa mendengar dengan jelas suara tangis yang memilukan.
Dan saat ini, saat ia mengurungkan niatnya untuk meninggalkan pantai, ia melihat gadis cantik itu membaringkan kepalanya di atas karang, membuatnya yakin jika gadis itu sedang berada dalam masalah yang mungkin susah untuk dihadapinya.
"Apa kau bisa menceritakan masalahmu padaku?" tanya Alvin pada Nerissa
Nerissa hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia tidak tau apa yang harus ia ceritakan pada Alvin.
"Terkadang kau hanya perlu mengeluarkan apa yang ada di kepalamu agar masalahmu terasa lebih ringan," ucap Alvin.
"Mengeluarkan apa yang ada di kepala ku?" tanya Nerissa tak mengerti.
"Iya," jawab Alvin dengan menganggukan kepalanya.
"Apa kau akan membunuhku?" tanya Nerissa yang membuat Alvin mengernyitkan keningnya.
"Apa maksudmu?" tanya Alvin tak mengerti.
"Kau bilang aku harus mengeluarkan apa yang ada di kepalaku, itu artinya aku....."
"Hahahaha...... hahaha......."
Alvin tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Nerissa. Ia tidak habis pikir dengan apa yang Nerissa tangkap dari ucapannya.
"Kenapa kau tertawa? apa itu sangat lucu bagimu?" tanya Nerissa setengah ketakutan.
"Hahaha.... kenapa kau mengartikan ucapanku secara harfiah Nerissa! hahaha....."
"Aku.... aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kau ucapkan," ucap Nerissa yang semakin bingung.
"Maksudku adalah, kau bisa menceritakan padaku apa yang sedang menggangu pikiranmu, meskipun belum tentu aku bisa membantumu tapi itu akan sedikit mengurangi beban pikiranmu," ucap Alvin menjelaskan.
"Untuk apa aku menceritakannya padamu kalau kau tidak bisa membantuku!" balas Nerissa yang membuat Alvin semakin gemas pada Nerissa.
"Hahaha.... oke baiklah, lupakan saja," balas Alvin menyerah.
"manusia aneh," batin Nerissa dalam hati.
"Apapun masalah yang sedang kau hadapi, jangan terburu buru untuk mengambil keputusan, pikirkan masalah itu dari banyak sudut pandang yang berbeda sampai akhirnya kau akan menemukan jawaban atas masalahmu," ucap Alvin pada Nerissa.
"Hmmmm.... aku rasa aku sudah tidak punya pilihan lain selain menerima takdir yang harus aku jalani," ucap Nerissa
"Kau tidak akan pernah tau kemana takdir membawamu sebelum kau berusaha untuk mencari taunya, jangan menyerah Nerissa, cari jalan keluar dari masalah yang kau hadapi!"
Nerissa menatap wajah tampan di hadapannya itu tanpa berkedip. Ucapan Alvin padanya seperti angin segar yang memberinya semangat untuk bisa mempertahankan apa yang diyakininya benar.
Meski ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, ia akan berusaha untuk menemukan jawaban sebelum ia jatuh dalam keputusan yang akan ia sesali seumur hidupnya.
Untuk beberapa saat, Alvin dan Nerissa hanya saling menatap dalam diam di bawah cahaya samar sang bulan.
Biiiiippp biiiipp biiipp
Ponsel Alvin berdering, sebuah panggilan dari Cordelia, namun Alvin mengabaikannya.
"Oh ya, kenapa kau belum menghubungiku?" tanya Alvin pada Nerissa.
"Menghubungimu? bagaimana caranya?" tanya Nerissa dengan polosnya.
Alvin hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Nerissa. Ia berpikir jika Nerissa hanya bercanda karena memang tidak ingin menghubungi Alvin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Siska Yulia
dilaut pakenya telepati ya alvin ..bukan hp 😁😀
2022-08-15
1
Duwita Sari
sneng bngt klau lihat Nerissa sama Alvin
2022-07-18
1
Good Time
smngat authorrr
2022-07-07
1