Nerissa sudah berada di Orton. Ia berkeliling mencari salah satu temannya yang biasa ia temui di sana.
"Putri Nerissa, apa yang kau lakukan di sini?" tanya teman Nerissa.
"Hai, aku ingin meminta bantuanmu, bisakah kau membuatkanku mahkota dari rumput laut yang dihiasi dengan cabomba?"
"Duduklah dulu putri, aku akan membuatkannya untukmu," balas teman Nerissa.
"Tunggu!" ucap Nerissa dengan menarik tangan temannya.
Nerissa lalu mendekat dan memeluk temannya itu.
"aku harap kau melupakan apa yang baru saja aku ucapkan tentang mahkota yang dihiasi dengan cabomba," batin Nerissa dalam hati.
Nerissa lalu melepaskan pelukannya pada temannya setelah ia merasakan hal yang sama saat ia memeluk bundanya dan juga Marin.
Hawa yang tiba tiba lebih dingin dan juga semua pergerakan yang tiba tiba berhenti.
Nerissa melepaskan pelukannya setelah semuanya kembali normal.
"Putri Nerissa, ada perlu apa kau kemari?" tanya teman Nerissa yang membuat Nerissa tersenyum puas.
"Tidak ada apa apa, aku hanya merindukanmu teman," balas Nerissa.
"Aku juga merindukanmu Putri, sudah cukup lama kau tak pernah ke sini," ucap teman Nerissa.
"Iya, aku memang jarang keluar dari istana, oh ya aku lupa apakah aku pernah memintamu untuk melakukan sesuatu?"
"Melakukan apa putri? kau bahkan baru saja datang setelah beberapa lama tidak berkunjung!"
"Aahh iya kau benar, mungkin aku meminta tolong pada Marin, kalau begitu aku pergi dulu ya!"
"Hati hati putri," balas teman Marin.
Nerissa tersenyum senang saat ia menyadari salah satu kekuatannya. Sepanjang perjalanan pulang ke istana, Nerissa beberapa kali melakukan percobaannya lagi pada beberapa mermaid yang ia jumpai.
Mereka semua benar benar melupakan apa yang Nerissa harapkan dan itu membuat Nerissa begitu senang.
Namun saat ia sampai di istana, pengawal segera memintanya untuk menemui sang bunda di singgasana.
Sesampainya Nerissa di singgasana sang bunda, terlihat Cadassi yang juga berada di sana.
"Huh, Cadassi lagi, apa lagi yang akan ia bicarakan kali ini!" keluh Nerissa kesal mengingat Cadassi yang pernah memaksanya untuk menikah.
"Nerissa, ke sini lah sayang!" panggil bunda yang melihat kedatangan Nerissa.
"Ada apa bunda?" tanya Nerissa.
"Cadassi baru saja memberi tahu bunda jika di beberapa tempat tumbuhan mulai menghitam dan itu adalah salah satu tanda kebangkitan Ran," ucap bunda Ratu.
"Apakah itu membahayakan kita?" tanya Nerissa.
"Tentu saja tuan putri, setelah semua tumbuhan menghitam, udara di sekitar Seabert akan menjadi buruk dan membuat para mermaid kehilangan kekuatannya untuk berenang, saat banyak para mermaid yang tumbang, saat itu lah Ran datang dan menghancurkan istana kita putri," jawab Cadassi menjelaskan.
"Apakah benar apa yang Cadassi katakan bunda?" tanya Nerissa pada sang bunda.
"Benar sayang, kau tau kenapa Ran mulai bangkit?"
"Kenapa?" tanya Nerissa tak mengerti.
"Karena dia mencium bau kekuatan dari keturunan raja, itu artinya kau sudah mengetahui kekuatanmu dan kau sudah menggunakannya," jawab bunda ratu yang membuat Nerissa membelalakkan matanya tak percaya.
Ayah dan bundanya pernah memberi tahunya tentang hal itu dan dengan cerobohnya ia malah melupakannya dan dengan sengaja memakai kekuatannya hanya untuk bersenang-senang.
"Maafkan Nerissa bunda," ucap Nerissa menyesal.
"Ceritakan pada bunda sayang, kekuatan apa yang kau miliki sekarang?" tanya bunda ratu.
"Mmmmm.... Nerissa..... maaf bunda, Nerissa tidak bisa menjawabnya sekarang," balas Nerissa karena tak ingin Cadassi mengetahui kekuatan yang ia miliki.
"Apapun itu kau harus segera menikah putri, dengan adanya pangeran di sampingmu kau akan bisa melawan Ran dan menyelamatkan istana Seabert!" sahut Cadassi.
"Benar apa yang dikatakan Cadassi sayang, kau adalah satu satunya harapan bagi Seabert!" ucap bunda ratu.
"Apakah ada jaminan kalau pangeran Merville akan membantuku melawan Ran? bagaimana jika pangeran Merville hanya ingin menjadi raja dan menggantikan ayah di sini!"
"Tolong jaga ucapanmu putri Nerissa, kau bisa melukai hati pangeran Merville jika dia mendengarnya!"
"Aku tidak peduli Cadassi, selama ini aku pikir kau adalah penasihat yang bijak, tapi...."
"Hentikan Nerissa!" teriak bunda Ratu yang membuat Nerissa seketika menghentikan ucapannya.
Selama ini sang bunda tidak pernah membentaknya, namun malam itu sang bunda membentaknya hanya karena sang bunda yang lebih membela Cadassi.
Dengan mata berkaca-kaca Nerissa berenang cepat keluar dari istana. Ia begitu sedih mendengar bentakan sang bunda padanya.
"Nerissa! tunggu!" teriak sang bunda namun diacuhkan oleh Nerissa.
"Biarkan saya yang mencarinya ratu, ratu harus tetap berada di sini," ucap Cadassi.
"Temukan dia dan bawa dia kembali ke istana dengan selamat Cadassi, aku tidak ingin sesuatu membahayakan dirinya," ucap sang ratu.
"Baik ratu, saya permisi," balas Cadassi lalu keluar dari istana.
"Cepat beritahu aku jika putri Nerissa sudah kembali," ucap Cadassi pada salah satu pengawal lalu pergi ke rumahnya, bukan mencari Nerissa.
Di sisi lain, Nerissa berenang seorang diri ke arah tepi pantai. Bulan malam itu terlihat samar, tak secerah saat ia ke tepi pantai bersama Marin.
"andai aku bisa membuat diriku melupakan kejadian yang baru saja aku alami, aku pasti akan melupakan kesedihan ini dengan cepat," batin Nerissa dalam hati dan memeluk dirinya sendiri.
Namun tentu saja itu tidak berhasil, ia tidak bisa menghapus ingatannya sendiri.
Nerissa lalu menghapus air matanya dan mencari mahkota miliknya yang hilang di tempat itu.
Sudah lama Nerissa berusaha mencarinya sampai bulan di langit semakin terlihat temaram.
Nerissa menjatuhkan dirinya di atas pasir dengan menatap langit gelap tak berbintang, membuat kesedihannya semakin terasa menyayat hati.
Nerissa lalu kembali ke dalam air, merendam separuh tubuhnya di dalam air sedangkan kepalanya terbaring di atas batu di bawah karang besar.
Ia menangis meratapi apa yang sudah terjadi padanya.
"Apakah ada seseorang di sana?"
Suara seorang laki laki membuat Nerissa begitu terkejut.
"Halo, apa kau sedang membutuhkan bantuan? jawablah, aku tidak akan menyakitimu!"
"gawat, suaranya semakin dekat, apa yang harus aku lakukan sekarang, aku tidak mungkin pergi sekarang, di sini terlalu dangkal dan bisa saja dia melihat ekorku nanti," batin Nerissa dalam hati.
Di tengah kepanikannya, ia berusaha menyembunyikan ekornya diantara batu besar di bawah karang.
"Kau...... sedang apa di sana?"
Nerissa segera membawa pandangannya ke arah sumber suara yang berada tak jauh darinya.
Ia benar benar sudah ketahuan saat itu. Laki laki itu telah melihat dirinya.
"Apakah kau terluka?" tanya laki laki itu yang dengan perlahan mendekat ke arah Nerissa.
Nerissa hanya diam tak bisa mengatakan apapun. Ia belum pernah berada di situasi genting seperti itu tanpa Marin ataupun ayah dan bundanya.
Itu adalah salah satu kesalahannya yang selalu bergantung pada orang lain. Kini ia tidak bisa menghindar lagi, laki laki itu telah melihat dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Sinta Putri
ekornya Nerissa gk kelihatan kan?????
2022-07-07
1
Duwita Sari
aku gk ngrti sma konsep kekuatan yg Nerissa punya
2022-06-23
1
Good Time
Nerissa nakal bed dah
2022-06-11
1