"Pacar kamu ya?"
Mama Alex menatap penuh damba kepada Resty. Wanita kisaran empat puluh tahunan itu sangat berharap dengan adanya seorang kekasih dihati Alex, paling tidak bisa mengurangi sifat bandelnya selama di kampus.
Kedua orangtua Alex sebenarnya sudah tahu bagaimana peringai Alex di kampus. Akan tetapi karena hubungannya yang terjalin erat dengan petinggi di kampus itu, tentu membuat Alex sedikit aman.
Meski begitu sebenarnya kedua orangtua Alex tetap menginginkan anaknya menjadi anak rajin dan disiplin. Sebab hanya dia lah satu satunya harapan dan juga penerus dari dua perusahaan besar yang dikelola oleh orangtuanya itu.
Bahkan meski telah cukup sering mendapatkan hukuman dari kelakuannya di kampus, lebih lebih ketika kelasnya dosen Budi, Alex sama sekali tak jera. Kerap kali pria itu menganggap sepele dan seperti tidak pernah terjadi apa apa.
"Hah?" Alex terperangah sendiri, setelah mamanya menduga Resty adalah pacarnya.
Sedangkan Resty hanya bisa terdiam, tanpa bisa mengelak maupun membantahnya. Mulutnya tiba tiba terasa kelu untuk berucap. Seakan terpana oleh wajah mama Alex yang terasa tak asing lagi baginya.
"Ma," Wajah Alex mendekat ke arah mamanya.
"Do'akan saja. Semoga secepatnya dia jadi milikku." bisiknya pada mamanya.
"Kamu ini." Mama Alex menepuk bahu anaknya. Tersenyum simpul melihat kelakuan anaknya yang cukup pemberani mengajak cewek gebetannya bermain ke rumah.
"Resty." Alex melambaikan tangannya, mengajak Resty lebih mendekat.
Resty pun melangkah pelan. Demikian pula dengan mama Alex.
"Saya Resty, Tante. Saya-- bukan pacarnya Alex. Kita hanya teman sekelas." ucap Resty, sebagai permulaan memperkenalkan diri kepada mama Alex.
Mama Alex hanya tersenyum tipis. Tangan lembutnya terulur mengusap lengan Resty penuh kasih. Resty terdiam sejenak, sudut hatinya seketika merasa terenyuh, bagai menemukan sosok mama yang selama ini ia damba.
"Beginikah rasanya memiliki mama?" batin Resty berbicara.
"Tadi tante cuma bercanda. Jangan dianggap serius, entar malah sungkan mau main kesini lagi." ucap mama Alex, dengan nada yang begitu lembut.
Resty hanya tersenyum kikuk. Rasanya ia sangat keki ketika mama Alex tiba tiba merangkulnya.
"Kamu cantik sekali. Rumah kamu dimana?"
"Aku tinggal di..."
"Ah, Mama. Jangan diajak bicara terus. Duduk dulu, Res." Alex sengaja menyela obrolan mamanya.
Ia tahu jika mamanya sedang mengintrogasi Resty. Bisa jadi sedang meneliti atau malah efek terlalu senang karena memang baru kali ini Alex pulang membawa teman ceweknya.
Mama Alex hanya tersenyum simpul. "Kalian duduk dulu. Jangan buru-buru pulang ya, tante mau buatkan masakan spesial buat kamu."
"Ah, tidak usah, Tante. Aku hanya sebentar, cuma mau ambil mobil aku." Resty langsung mencegahnya, membuat mama Alex mengurungkan langkahnya sejenak.
"Oh, jadi kamu yang punya mobil itu?" Mama Alex malah ikut duduk bersama mereka.
"Iya, Tante." Resty mengangguk pelan.
Benar benar ia merasa sangat tidak nyaman. Ia sama sekali tidak menduga jika mamanya Alex akan sedekat begini. Semoga saja tidak berbuntut kesalahpahaman dari mama Alex mengenai kedatangannya.
"Mama, katanya mau masak?" Alex mengerling kepada mamanya.
"Ah, iya. Mm, Resty, kamu bisa masak?"
"Ah, A-- Aku--"
"Iish! Mamanya Alex ini kenapa sih? Kayak lagi seleksi calon mantu saja." gerutu Resty, dalam hati mulai dongkol sendiri.
Alex mendengus saja. Punggungnya ia sandarkan ke sandaran sofa yang ia duduki, menatap Resty penuh rasa tak enak sendiri.
Resty hanya bergumam tak jelas kepada Alex. Sorot matanya mengisyaratkan jika ia butuh waktu berdua untuk berbicara.
"Mama," Alex merangkul bahu mamanya.
"Mama ke dalam dulu ya?" pinta Alex.
Beruntungnya mama Alex langsung beranjak. Tak lupa ia juga memperingatkan lagi agar Resty tidak buru-buru pulang.
"Res, maafin mamaku ya? Mama sebenarnya nggak begini orangnya. Mama paling anti mengusik urusan teman-temanku. Nggak tahu juga, kenapa pas kamu datang mama jadi begini. Maaf ya?" mohon Alex. Sungguh ia merasa tak enak sendiri kepada Resty. Karena jika posisi ini dibalik kepadanya, tentu ia juga akan merasa tak nyaman, seperti halnya Resty sekarang.
"Memang kamu nggak pernah bawa pacar kamu kesini?" selidik Resty.
Alex menggeleng pelan.
"Kenapa? Dia kan pacar kamu?"
Alex hanya memilih diam.
"Jangan bilang selama ini kamu nggak pernah bawa teman cewek kesini?"
Alex pun mengangguk pelan.
Bola mata Resty membulat sempurna. Pantas saja tadi mama Alex langsung mengira Resty pacar Alex.
Perlahan Resty menghela nafasnya dalam dalam. Urusan mama Alex yang sempat salah paham bukan menjadi urusannya. Ia pun semakin mantap ingin lekas pergi dari rumah Alex, supaya tidak berbuntut kesalahpahaman lagi.
"Mana kunci mobilku?" Resty menengadahkan tangannya kepada Alex.
"Ada dikamar." Alex menyahut malas.
"Sana cepat ambil. Aku mau pulang."
"Tunggu dulu." Alex berucap sambil melongo ke arah luar pintu.
"Iya aku tunggu disini. Sekarang buruan cepat ambil."
Alex beranjak berdiri. Sebelum melangkah bibi Siti datang membawa dua gelas sirup melon lengkap dengan kudapan dalam nampan yang dibawanya.
"Monggo, dinikmati dulu kudapannya, Mbak, Den." Bibi Siti menyuguhkannya di meja.
"Terimakasih, Bi." sahut Alex. Dan Resty hanya tersenyum tipis kepada ART Alex itu.
"Nah, ini dia." Alex berjalan cepat keluar pintu, menemui petugas keamanannya yang datang dengan membawa sesuatu yang dipesan Alex.
Setelah berucap terimakasih Alex kembali masuk dan meletakkan kotak kue itu diatas meja. Senyumnya terukir riang, sama sekali tak nampak jika pria itu menjadi pria badung di kampus. Bagai punya dua sisi yang berbeda. Berandal di kampus, tetapi kembali ayem ketika di rumah.
"Resty," Alex menyapa Resty lagi. Walau ia sudah tahu paras Resty yang sudah bertekuk jutek, ia tak peduli itu.
"Kamu tunggu sebentar, aku ke kamar dulu." ucapnya, sambil melangkah cepat menuju arah kamarnya.
Resty hanya bergeming. Menurutnya Alex ke kamar untuk mengambil kunci mobil miliknya. Setelah ditunggu sekian menit, rupanya Alex masih tak kembali. Membuat Resty sedikit frustasi, takut takut Alex mengerjainya yang akhirnya nanti Resty tak bisa pulang secepatnya.
"Ehem."
Suara dehaman tiba tiba terdengar dari arah belakang Resty, membuat gadis itu menoleh ke belakang.
Seorang pria paruh baya yang Resty yakini adalah papa Alex tengah menyorotnya dingin.
"Saya temannya Alex, Om." Resty berdiri sambil memperkenalkan diri.
Pria tersebut mengangguk kecil. Aura dinginnya seketika mencair saat Resty memperkenalkan diri.
"Pas sekali papa datang." Alex sudah kembali diantara mereka.
"Kalian lanjutkan saja. Papa mau.." papa Alex menghentikan bicaranya setelah melihat Alex menyalakan lilin di kue itu.
"Hari ini ulang tahun mama. Jarang sekali kita kebetulan kumpul begini." Alex mengangkat pelan kue itu dalam dekapannya.
Papa Alex hanya menyeringai tipis. Aneh. Satu kata itu yang tak sengaja ditangkap Resty saat melihat gelagat papa Alex mengenai ulangtahun mamanya.
"Ayo, Pa." Alex mengajak papanya berjalan beriringan, bersiap memberikan surprise kepada mamanya.
"Resty, minta tolong bawakan itu." Alex menunjuk sekotak kado yang dibawa dari kamarnya. Bisa jadi isinya adalah tas yang Alex beli kemarin.
Sudah terlanjur kepalang, Resty pun hanya bisa menurut. Dalam hati ia berharap, semoga ini yang terakhir kalinya ia direpotkan oleh Alex.
Dan mereka bertiga pun melangkah mengendap-endap menuju dapur, dimana saat ini mama Alex sedang berkutat dengan kegiatan memasaknya.
*
Dukung karya othor yuk...
Sepi amat kayak lapangan bola😣
Tinggalkan like juga komentar kalian ya, biar othor semangat up lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
papanya alex masih ada???? yahhhh gak clbk dong
2023-10-25
2
Astri
jangan jangan mamax alex cinta pertamax papa resty.. bisa jd dia yg ada d foto yg prnah resty lihat
2023-05-25
1
leeshuho
ehhh
2022-07-31
1