Alex mendorong bahu Donita. Sungguh ia tidak menyangka Donita akan lebih agresif saat ini. Mendapati ciuman dari Donita sudah sering, meski seringnya memang wanita itu yang lebih dulu memulainya. Hanya yang membuat Alex heran sekarang, kenapa Donita menjadi lebih liar, hingga tidak menghiraukan situasi dan kondisi lagi.
"Wauw!"
"Omegooot..!"
"Duh, mata suciku ternoda."
Begitulah ocehan yang keluar dari mulut Varo, Cello, dan juga Ryan. Sebab secara nyata mereka lah yang menyaksikan adegan live itu didepan mata.
Donita hanya tersenyum tipis menanggapi ocehan tiga pria jomlo itu, sedangkan Alex hanya bisa terpaku menahan jengkel kepada Donita yang merusuh moodnya saat ini.
Bagi sebagian orang mungkin mendapat perlakuan hangat berupa belaian dan juga kecupan sayang dari sang kekasih bisa menjadi moodboster tersendiri. Akan tetapi tidak dengan yang dirasa oleh Alex, semakin Donita menjadi liar begini semakin ia menjadi hilang feeling terhadapnya.
Wanita itu memilih duduk di kursi yang semula diduduki oleh Ryan. Dan Ryan sendiri langsung menarik kursi kosong di sekitarnya lalu kembali bergabung satu meja seperti semula.
"Sayang, kamu tadi bolos lagi ya?" tanya Donita, tentunya sambil menarik lengan Alex dan langsung menyandarkan kepalanya begitu manja.
"Tadi aku tiba tiba ada urusan," jawab Alex, masih dengan ekspresinya yang datar.
"Tadi aku cari kamu loh dikelas. Tuh, tanya aja Cello." Donita menunjuk Cello dengan mengangkat dagunya, dan Cello pun langsung mengangguk mengiyakan.
Alex memilih diam. Ia hanya mengaduk aduk minumannya sambil melirik entah kepada Cello.
"Ehem." Cello langsung berdeham.
"Kita cabut dulu, Lex. Kita baru ingat kalau ada tugas kelompok yang harus dikumpulkan besok." serunya berbohong.
Seketika Alex mendelik kesal. Bukan seperti itu maksud dari kode lirikannya, melainkan Alex mau Cello mencari cara agar dirinya juga bisa lekas menghindar dari Donita.
Kalau menggunakan alasan tugas kelompok, tentu Alex tak bisa ikut kabur. Karena Alex dan ketiga temannya itu berbeda kelas dan jurusan.
"Tugas apaan?" Ryan langsung berbisik kepada Cello. Beruntungnya Donita tak menyadari Ryan yang begitu.
Cello tak menjawabnya. Kakinya ia ayunkan untuk menyenggol kaki Varo dan Ryan, sebagai kode untuk segera pergi dari sana.
"Ah, iya. Kok aku bisa lupa ya?" Varo ikut mendrama.
"Ayo, Yan." ajak Cello kepada Ryan yang masih belum ngeh dengan lakon kedua temannya itu.
"Dasar oon!" Cello langsung menarik lengan Ryan, merasa gemas sendiri melihat Ryan yang sedang mode lemmot.
Dan kemudian mereka pun pergi juga, setelah melewati drama sebagai mahasiswa rajin jika sedang mendapatkan tugas. Padahal aslinya mah nol kosong.
"Sayang," Donita menarik dagu Alex yang terus menatap ketiga temannya yang sudah perlahan pergi dari parkiran.
"Ta," Alex melepas pelan rengkuhan tangan Donita yang melingkar posesiv dilengannya.
"Jangan kayak tadi lagi ya?" ucapnya ambigu, tapi semoga saja Donita bisa langsung paham apa maksudnya.
Donita kembali menarik lengan Alex dan lagi lagi menyandarkan kepalanya dibahu kekar kekasihnya.
"Aku kan kangen," ujarnya khas dengan suaranya yang mengalun manja.
Huft! Alex hanya bisa menghembus nafas beratnya.
"Kangen nggak harus seperti tadi. Kamu harus tahu kondisi. Ini tempat umum."
"Tapi kamu kan pacar aku." Donita manarik diri dari posisinya. Kali ini ia menatap lekat pada Alex yang terlihat sangat keberatan akan tingkahnya yang tadi.
"Iya, tahu."
"Trus aku salah gitu?"
Alex memilih diam saja. Di jawab pun Donita tetap akan menganggap dirinya yang paling benar. Apalagi wanita itu juga paling anti mengucap kata maaf, meski tahu dirinya yang bersalah.
"Nggak salah kan?" lanjutnya, semakin merasa benar. Karena melihat Alex yang hanya terdiam.
"Cium pacar sendiri disalahkan. Yang salah itu kalau ada orang yang berani keluar sama pacar orang. Aneh kamu!"
Kali ini Donita memalingkan wajahnya dari Alex, mungkin mau merajuk sama Alex. Akan tetapi pria itu tidak mempedulikannya, dirinya menjadi semakin terdiam setelah mendengar perkataan dari Donita tentang keluar dengan pacar orang.
"Apa dia tahu kalau aku keluar sama Resty?" batinnya mulai merasa was was.
"Alex," Donita kembali menyapa.
"Hem," Alex hanya berdeham.
"Keluar yuk?"
"Keluar kemana?" tanyanya malas.
"Ke mall."
"Hah, kesana lagi?"
Kening Donita seketika berkerut. "Kesana lagi? Apa maksudnya? Kamu barusan dari sana, gitu?" cercanya, mulai menyelidik.
"Duh, nih mulut." Alex memprotes dirinya yang hampir keceplosan.
"Bukan. Kamu tahu kan kalo aku nggak suka ke mall?" Alex segera berkilah, dengan alasan yang cukup masuk di akal.
Mulut Donita mengerucut sebal. Ia tahu jika kekasihnya itu sangat malas bila diajak ke mall, akan tetapi kali ini ia akan memaksanya hingga sampai Alex mau dengan ajakannya. Demi misi yang penting, tentu tak semudah itu ia akan menyerah.
"Lain kali saja ya, tapi jangan ke mall. Males!"
"Padahal aku berencana mau belikan kado ultah mama kamu."
"Dari mana dia tahu kalau lusa mama ultah?" Batin Alex mulai curiga.
"Mama kamu suka tas kan?"
"Iya. Tapi mama tidak berencana merayakannya." Terpaksa Alex berbohong. Padahal sebenarnya mama Alex sudah booking restoran berkelas demi merayakan ulang tahunnya itu.
"Paling nggak aku kan mau kasih kado buat mama kamu. Trus kapan aku mau dikenalin ke mama papa kamu?"
Spontan Alex menggaruk garuk pipinya sendiri. Merasa bingung harus menjawab pertanyaan yang tidak mungkin ia wujudkan. Memperkenalkan Donita kepada kedua orangtuanya, sama sekali tak ada niat dari dirinya. Mungkin karena rasa itu masih hambar atau memang tiada harapan cinta untuk Donita dari Alex.
"Ayo kalau mau ke mall." ajak Alex seketika. Mungkin dengan menuruti kemauannya ke mall, sedikit akan mengalihkan permintaan Donita yang berharap segera dikenalkan kepada orangtuanya.
Donita menyambut riang. Ia pun beranjak berdiri mengikuti Alex yang melangkah lebih dulu menuju mobilnya terparkir.
"Tapi tidak untuk cari kado mama ya?" ucap Alex kepada Donita, mereka kini sudah duduk didalam mobil Alex.
"Lah, trus? Tujuan kita kesana ngapain?"
"Nggak usah banyak tanya. Jangan ya jangan. Kamu paham nggak?"
Donita menghempas punggungnya ke sandaran jok kursinya dengan kasar. Ia paham jika Alex masih menyembunyikan hubungan mereka kepada kedua orangtuanya. Mungkin ia harus menekan kesabarannya lagi. Demi mendapatkan apa yang ia mau, kali ini lebih baik tidak membantah permintaan Alex itu.
"Baiklah," sahut Donita, pura pura setuju saja.
Kemudian mobil pun melaju pesat menuju mall. Dimana satu jam yang lalu Alex juga baru hengkang dari sana.
Kurang dari dua puluh menit mobil yang mereka tumpangi sudah terparkir di area mall terbesar di kota. Mereka pun segera melenggang santai tanpa tujuan pasti. Hingga sampai pada menemukan toko tas branded yang menyilaukan mata kaum hawa, maka Donita pun menyeret Alex untuk masuk ke dalam toko tersebut.
"Kan aku sudah bilang, tidak usah..."
"Iya, aku tahu." Donita langsung memotong bicara Alex.
"Aku mau beli untuk aku sendiri. Pilihkan dong, Sayangku.."
Donita langsung berantusias memilih beberapa tas branded yang menjadi incarannya. Tanpa ia sadari tatapan mata Alex yang kentara gelisah setelah mendapati seorang karyawan toko itu mendekatinya.
"Loh, Kakak yang tadi kesini ya?"
Sialan!
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
aaaa alek mumet 🤣🤣🤣🤣🥰
2023-10-25
2
Senajudifa
kutukan cinta dn mr.playboy mampir
2022-07-26
1
mama Al
semangat
2022-07-08
1