"Ehem. Alex siapa?"
Tiba tiba saja Tommy muncul dibelakang Resty dan Ika yang sedang mengobrol seru.
"Papa, sukanya ngagetin saja." protes Resty, akan tetapi setelah itu ia berhambur memeluk Tommy lalu menyalim takdzim.
Ika pun begitu, turut menyalim sopan kepada papa Resty.
"Tadi papa dengar lagi ngobrolin Alex. Dia siapa?" Tommy masih penasaran tentang siapa lelaki yang dibincangkan anaknya itu.
Tidak bertujuan untuk mengekang kebebasannya untuk berteman dengan siapa, akan tetapi pria itu tentu sangat ingin tahu bagaimana dan dimana, serta seperti apa teman teman yang dekat dengan Resty.
"Hehehe... Kita cuma ngobrol asal kok Om," ujar Ika, terpaksa berbohong setelah merasa sedikit ngeri melihat paras Tommy yang terlihat serius.
"Mm, begitukah?" Tommy sedikit mengerling menatap anaknya.
"Iya, Papa." Resty langsung mengiyakan.
"Oh, iya. Kamu pasti Ika kan?"
"Iya, Om. Saya Ika, teman dekat Resty di kampus." Kedua kalinya Ika berjabat tangan dengan Tommy, sebagai awal perkenalan.
"Saya Tommy, papanya Ika. Semoga pertemanan kalian langgeng ya.."
"Aamiin..." mereka berdua kompak mengamini do'a kebaikan dari Tommy.
"Btw, Om Tommy terlihat masih keren loh. Kayak nggak cocok jadi papanya Resty, pantasnya jadi om sama ponakan menurut aku. Hehe..."
Entah setan dari mana yang membuat Ika begitu berani menggoda papa sahabatnya sendiri. Dan lihatlah ekspresi Resty, gadis itu hanya bisa melotot tak percaya menatap Ika yang hanya nyengir tak jelas.
"Masa iya?" Tommy seperti sengaja melayani obrolan random dari Ika.
"Iya, Om. Mm, apa om nggak ada rencana mau nikah lagi? Cari mama baru buat Resty?"
"Ya ampun, Ika!" Resty semakin terperangah sendiri.
"Kalau kamu yang jadi mama baru Resty, mau?"
"Weeeh...." Ika terpaku, bagai kehabisan kata kata lagi. Alhasil ia hanya bisa mematung dengan mulut yang masih menganga.
Sedangkan Tommy dan Resty hanya bisa terkekeh sendiri melihat Ika yang seperti termakan umpan sendiri setelah dilawan pertanyaan konyol dari Tommy.
"Sudah, sudah.." Resty menepuk pundak Ika, dan setelah itu Ika hanya cengengesan sambil menggaruk garuk tengkuknya sendiri.
Biar bagaimana pun, apa yang dikatakan Ika memang benar. Lelaki berusia hampir setengah abad itu masih terlihat awet dari biasanya. Mungkin karena memang tampangnya yang tampan, atau bisa jadi karena Tommy masih senantiasa merawat diri secara baik.
Nih, othor kasi visual Tommy ya...
Gimana menurut kalian? Bapak satu anak ini masih terlihat keren nggak? Ya, kalau pun kalian merasa kurang pas dengan visual dari othor, kalian bisa membayangkan dengan wajah wajah yang lainnya ya...
Oke, lanjut😉
"Kalian santailah di ruang atas. Nanti kita makan bareng ya?"
"Siap, Pa.." Resty tersenyum simpul pada Tommy, yang kemudian pria itu mendahului masuk ke dalam kamarnya. Karena memang saat ini Tommy baru saja datang dari kantornya, tentu dengan setelan kece yang melekat indah ditubuh bapak satu anak itu.
"Papa kamu seru, Res.." ucap Ika, disaat mereka berdua sudah menghempaskan diri diatas kasur dikamar Resty.
"Papa memang begitu orangnya. Saatnya serius dia serius, tapi saatnya bercanda dia juga bisa ngegombal kayak tadi."
Ika hanya bergeming dengan menatap langit langit kamar Resty. Entah apa yang menyita pikirannya kali ini. Dan Resty hanya bisa begidik ngeri saat tiba tiba pikiran negatifnya menghinggap tanpa permisi.
"Jangan bilang kalo kamu naksir papa aku." ucap Resty ketus, yang seketika Ika menoleh kepadanya.
"Hah? Apa?"
"Nggak mau aku punya mama muda kayak kamu."
Ika mulai tertawa terpingkal pingkal, sedangkan Resty tetap menyorotnya serius.
"Aduh, Res, perut aku sakit." Ika menahan perutnya yang tiba tiba nyeri, efek tertawa terpingkal pingkal barusan.
Resty hanya mencebik kesal. Giliran dirinya yang kini menatap langit langit kamar dengan sendu. Tiba tiba ia jadi teringat dengan almarhum mamanya. Meski seumur hidupnya ia tak pernah merasakan berada dalam buaian mamanya, akan tetapi dengan menyimpan banyak foto kenangan dari mamanya itu sudah cukup membuat rasa rindunya terobati.
"Papa sangat menyayangi mama, Ka."
Ucapan sendu Resty membuat Ika turut menatapnya serius. Ia sama sekali tak berniat menggoda papanya Resty tadi, hanya lidahnya saja yang sering keseleo sendiri tatkala tak sengaja berpapasan dengan pria matang dan tentu mapan seperti Tommy. Entahlah, selera orang memang berbeda beda. Begitu pun dengan Ika, yang selalu tak bisa mengedipkan mata bila melihat pria dewasa tampan dan mapan.
"Nenek cerita, papa dulu menangis histeris disamping jenazah mama. Beberapa kali pingsan disamping jenazah mama, sampai pingsan juga di pemakaman. Dan setelah itu papa memutuskan merawat aku seorang diri, sampai sekarang."
Ika tak menyahut apa apa. Bukannya tak peduli dengan cerita pilu Resty, melainkan hatinya seketika tersentuh hingga sampai tak bisa berucap apa apa.
"Kemarin saja aku nyuruh papa nikah lagi, biar bisa merasakan kebahagiaannya lagi, move on dari mama. Tapi papaku ya gitu, selalu nolak."
"Papa kamu tipekal lelaki setia, Res. Kamu nggak tahu kan isi hati terdalam dari papa kamu. Bisa jadi sebenarnya ia sudah move on, cuma saat ini prioritasnya mungkin bukan tentang mencari pasangan hidup lagi. Tapi dia terlalu fokus memprioritaskan kamu, anak manjanya yang kelewat polos, tapi kadang oon."
Ika sengaja memberi kalimat gurauan diakhir perkataannya, biar kesannya tidak terlalu serius. Dan benar saja, saat ini bantal busa itu sudah mendarat diperut Ika. Resty sengaja menimpuk tubuh Ika dengan bantal yang dipegangnya, alhasil mereka pun kini saling melempar bantal juga guling dalam candaan riang mereka.
"Jodoh, maut, rizki, itu sudah Tuhan yang ngatur, Res.." ucap Ika, disela mereka yang sudah kelelahan saling menimpuk bantal.
"Ini maksudnya apa, nih? Perasaanku tiba tiba horor." Resty menyorot serius pada Ika yang mulai tersenyum aneh padanya.
"Bisa jadi kan, jodoh papa kamu itu--- Aku." Ika berujar begitu pedenya.
"Tuh, kan?!" Bola mata Resty melotot sempurna.
"Amit-amit punya mama kayak kamu." Resty mencebik kesal, sambil menimpuk sekali lagi pada tubuh Ika dengan bantal yang dipegangnya.
Dan Ika lagi lagi hanya terkekeh, sangat senang menggoda sahabatnya itu.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu membuat mereka seketika terdiam sambil sama sama menoleh ke arah pintu yang perlahan terbuka.
"Resty sayang.." Tommy menyapa, sambil berdiam diri diambang pintu kamar itu.
"Iya, Pa."
"Mau makan apa malam ini? Mumpung mak Asna belum mulai masak. Ika mau request menu?"
"Delivery aja, Om. Makan pizza sepertinya seru." usul Ika, sangat berantusias.
"Ka, jangan menggoda papaku lagi!" Resty sengaja menyikut lengan Ika, karena memang tatapan sahabatnya itu sama sekali tak berpaling dari Tommy.
"Ada apa, Res?" Tommy bertanya penasaran.
"Nih, Om. Anak om ini nyuruh aku buat merayu om biar mau nikah lagi." Ika sengaja mengalihkan topik, entah apa tujuannya coba?
"Ikaaaa! Kapan aku bilang begitu?" Nada Resty langsung meninggi.
"Eh, keliru ya? Begini Om, jadi yang benar itu aku saja yang jadi calon mama kamu, gitu kan, Resty?"
Rrrrrrrrrghhh......
Tommy turut tertawa terpingkal pingkal hingga bahu kekarnya turut bergerak naik turun, setelah mendengar ucapan Ika yang bebar benar keluar tanpa filter.
"Dasar kalian ini! Dah, cepat bersih bersih. Satu jam dari sekarang papa dan om tunggu dibawah. Cepetan!" gertak Tommy, tentu saat ia menyebut kata om tadi tatapannya menyorot pada Ika yang seakan tiada takut takutnya menggodanya terus terusan.
Lalu setelah itu Tommy menutup pintu kamar Resty, setelah memastikan kedua gadis berbeda karakter itu sempoyongan berlarian ke arah kamar mandi.
*
Dukung karya othor yuk.. dengan cara like, komentar dan boleh juga dengan poin dari kalian.😁
Yang belum tag favorit silahkan tag dulu, biar othor semakin semangat up lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
opo bella tenan yak mbok e resty
2023-10-25
2
shari althafunnisa
aku aja yg jadi mama resty,boleh y🤣🤣
2023-10-05
1
Astri
🤣🤣🤣
2023-05-25
0