Setelah Alex mengantar Resty pulang, ia langsung menuju ke sebuah cafe tempat biasa ia nongkrong bersama ketiga teman sejawatnya itu. Pria itu tak perlu membuat janji temu dengan mereka, sebab kebetulan sekali saat ini mereka sedang berkumpul di cafe tersebut.
Bukan tanpa tujuan ia menemui ketiga temannya itu, meski sebenarnya tubuhnya sudah sedikit penat efek menjadi bodyguard dadakannya Resty dan Ika tadi. Rasa penasaran tentang siapa pelaku yang membocorkan ban mobil Resty itu yang Alex akan tanyakan kepada mereka saat ini.
Sesampainya di cafe tersebut, Alex langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang cafe. Ternyata ketiga teman temannya itu tengah duduk ditempat yang paling ujung, dan Alex segera menghampirinya.
"Dari mana saja kau?" Varo langsung menanyai Alex, setelah melihat tampilan Alex yang masih sama seperti saat di kampus.
"Tadi ada urusan bentar, jadi masih nggak sempat pulang." jawabnya, sambil menarik kursi kosong dan kemudian mendudukinya.
"Donita tadi nyariin kamu." Cello turut bersuara, dengan kabar yang cukup mengejutkan bagi Alex.
Sumpah demi apa, Alex tiba tiba merasa malas untuk bertemu lagi dengan pacar yang tak diharapkan itu.
Memang selama seminggu ini Donita cuti kuliah dan berada diluar kota. Profesinya yang sebagai model majalah dewasa, membuatnya sering mengambil cuti bila pekerjaannya harus dilakukan diluar kota.
Meski Donita adalah wanita yang tak kalah cantik dibanding dengan wanita cantik lainnya di kampus, namun rupanya masih belum bisa mengambil hati Alex. Awal hubungan yang dilakukan karena keterpaksaan itu hingga sampai sekarang masih seperti itu yang dirasa Alex.
Disaat semua mata lelaki menyorot nakal ketika tiap kali melihat tampilan Donita yang menggiurkan iman, disaat sebagian wanita memiliki rasa iri dan kagum tiap kali melihat bodynya yang aduhai, namun tetap saja Alex masih dingin dan terkesan datar kepada Donita. Dan Entah karena apa pula, hingga sampai sekarang pun Donita masih betah dengan hubungan macam ini.
"Trus kamu bilang gimana sama dia?" tanya Alex, setelah sekian detik sempat terdiam.
"Ngomong nggak tahu lah," ujar Cello, ia satu satunya yang tahu kalau hubungan Alex dan Donita seperti apa. Sedangkan Varo dan Ryan terlampau cuek dengan hubungan Alex dan Donita, saking sibuknya mereka mengusili siapapun yang mereka mau.
Kemudian Alex hanya menghembus nafas beratnya. Rasanya seperti selalu merasa ada beban tiap kali berpura pura dengan perasaannya kepada Donita.
Putus. Sudah lama sekali Alex memikirkannya, cuma masih belum menemukan alasan yang tepat untuk mengakhirinya. Salah salah nanti Donita bisa mengancam bunuh diri lagi, dan Alex sangat tak mau itu terjadi nyata.
Frustasi. Iya, Alex tentu sangat frustasi. Hanya saja ia sangat pandai menutupi frustasinya itu dari sekitarnya.
"Kalian tadi ganggu Resty lagi?" Alex kembali bersuara, dengan pertanyaan yang sangat ingin ia tahu jawabannya.
Mereka bertiga hanya saling tatap, merasa tak membuat ulah apapun seharian tadi.
"Resty siapa?"
"Resty anak mana?"
"Kita seharian ini jadi anak baik loh."
Seruan ketiga temannya cukup membuat Alex berpikir sejenak. Jika mereka tidak melakukannya, lalu siapa? Apakah ada orang lain yang diam diam tidak menyukai Resty, dan orang itu sengaja berbuat begitu biar yang dituduh nanti adalah geng mereka.
"Sial!" Alex menepuk meja cukup keras.
"Kenapa, Lex?"
"Apa yang terjadi?"
"Sepertinya ada orang lain yang sengaja mensabotase geng kita."
Kemudian Alex menceritakan semua kejadian yang menimpa Resty tadi. Tapi untuk masalah menemani Resty ke mall, Alex masih merahasiakannya.
Setelah mereka selesai mendengarkan cerita dari Alex, mereka saling diam, tentu dengan pikiran yang mulai berpikir keras, tentang siapa sebenarnya orang yang berencana membuat buruk image geng mereka. Yah, meski nyatanya image mereka sudah jelek, tetapi mereka tentu tidak terima jika harus berimage buruk oleh perkara yang sama sekali tidak mereka lakukan.
"Memangnya Resty itu siapa sih? Kayaknya kamu keberatan sekali, sampai jadi kepikiran begini." Ryan mulai mencerca tentang siapa Resty, karena memang mereka bertiga tidak mengenalinya.
"Iya, tumben tumbenan kamu ikut kepikiran begini. Biasanya mah cuek. Sudah ya sudah, bukan urusan kita lagi kan?" Varo turut menyela.
"Resty, saudara aku."
Terpaksa Alex berbohong, setelah mendapati sorotan aneh dari ketiga temannya itu.
"Hah, saudara dari mana?"
"Kok aku baru tahu kalo kamu punya saudara kuliah di kampus kita juga?"
"Iya, nih. Resty cantik nggak? Kenalin ke kita dong?"
Alex hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan dari teman temannya itu.
"Lah, kok malah diem? Jangan jangan bohong ya?" Varo kembali bersuara.
"Iya, nih. Ketahuan bohong nih. Mengaku ngaku saja kan?"
"Beneran saudara." Alex terpaksa menyahut, kali ini tidak untuk berbohong kepada ketiga temannya yang sudah kepo maksimal dengan yang namanya Resty.
"Saudara apa?"
Mereka sama sama menunggu jawaban dari Alex. Dan yang ditunggu terlihat begitu santai, meski ketiga temannya sudah menatap serius.
"Saudara seiman." sahut Alex, sangat santai. Bahkan tak peduli lagi bagaimana sorot dari ketiga temannya yang merasa dikerjai oleh sang ketua.
"Yaelaaaaah...." koor mereka bersamaan.
Andai ada buku atau apapun benda yang bisa buat menimpuk si Alex, mungkin mereka bertiga tak segan lagi melakukannya sekarang juga.
Dan tak lama mereka pun kembali terlibat obrolan yang lainnya, begitu tadi Alex sempat berjanji kepada mereka bahwa nanti ia akan memberitahukan kepada mereka soal Resty.
"Eh, Lex. Ada Donita tuh." tunjuk Ryan, begitu tak sengaja melihat Donita datang ke cafe itu juga.
Alex menoleh ke arah Donita melangkah. Wanita itu langsung mengukir senyumnya begitu mengetahui keberadaan Alex.
"Ini bukan kebetulan. Siapa yang ngasi tahu dia kalau aku disini." Alex menatap satu persatu dari ketiga temannya itu.
Sedetik kemudian Varo mengacungkan tangan. "Sorry. Hehe..." ucapnya, lengkap dengan kedua jarinya yang membentuk huruf V.
Alex hanya bisa mendengus kesal. Biar bagaimana pun Ryan dan Varo tidak tahu bagaimana ia dengan Donita. Berbeda dengan Cello, pria berprawakan sedikit kurus dibanding ketiga temannya itu, sangat tahu apa yang sedang dirasakan Alex saat ini.
"Hai, Sayang.." Donita langsung menghambur merangkul tubuh Alex yang masih sama seperti posisi awal, yaitu duduk ditempat.
Alex hanya mengulas senyum singkat, lalu mengangkat tangan Donita yang mengungkung pergerakannya.
"Kangen..." rengek Donita. Lalu tanpa sungkan mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Alex.
Cup.
Wadoh!
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
ee'eeeehhh teko2 nyosor. situ bebek?
2023-10-25
2
Utiyem
riyan disini gak boleh nakal yaaa biar gak dimatiin author disini..... oke....👌👌👌
2023-10-25
1
Senajudifa
kalo pacar tak di harapkn y putuskn sj
2022-07-26
1