"Jadi kalian disini rupanya. Enak ya?"
Ika menatap kesal pada Resty dan Alex yang ketahuan sedang keluar dari toko tas merk import itu.
"Ika, ini.." Resty tak tahu lagi harus menjelaskan bagaimana kepada sahabatnya itu. Ini memang salahnya juga, kenapa tadi ia tidak mencoba menghubungi Ika jika sudah bertemu Alex. Malah ia terlalu asyik menemani Alex memilih kado untuk mamanya Alex.
"Apa itu?" Ika semakin mendekat kepada Resty, tanpa permisi ia meraih paper bag berlogo merk ternama dari tangan Resty.
"Wauuu..." serunya, seketika terperangah berbinar saat mengetahui isi dari paper bag itu.
"Ini punya kamu?" Ika bertanya pada Resty.
Dan Resty pun hanya bisa mengangguk ragu.
"Mmmm, jadi pingin.." Sorot Ika berubah manja. Perempuan mana yang tak akan langsung berbinar saat melihat tas branded yang harganya cukup menguras kantong mahasiswa sepertinya.
"Kamu mau?"
"Ehem!" Dehaman Alex sebagai pertanda kalau pria itu keberatan dengan tawaran Resty pada Ika.
Ika menoleh pada Alex yang menyorotnya tajam. Meski sempat merasa heran dengan tatapannya itu, akan tetapi ia tidak sedikitpun merasa takut.
"Ayo kalau mau pulang." ajak Alex. Pria itu kemudian melangkah saja mendahului dua gadis itu yang masih terdiam di tempat.
Resty dan Ika pun akhirnya turut mengekor kemana Alex melangkah. Secara saat ini mereka menumpang tumpangan kepada Alex, dan juga barang belanjaannya itu rupanya masih setia dibawa oleh Alex.
"Berapa harganya?" Ika masih bertanya, disela langkah mereka yang menyusul dibelakang Alex.
"Nggak tahu." Resty menyahut jujur.
"Tunggu." Seketika Ika menarik lengan Resty, mencegahnya untuk melangkah.
"Jangan bilang ini tadi dibelikan Alex." tebaknya, yang sebenarnya sesuai dugaan.
Resty memilih bergeming. Lebih baik ia tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, dari pada nanti bakal heboh dan ramai. Ia pun kemudian melangkah lagi, meninggalkan Ika yang penuh dengan tanda tanya dibenaknya.
"Jadi mau main rahasia rahasiaan nih?" Ika langsung menggodanya lagi, begitu ia sudah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Resty.
Resty tak menyahut lagi, hanya senyum tipisnya yang ia berikan kepada Ika, sahabat sejatinya yang kalau sudah terlanjur kepo maksimal maka ia akan terus mengusutnya sampai tuntas, hingga sampai jiwa kekepoannya terbayarkan lunas.
"Fix! Pasti ini ada sesuatu diantara Resty sama Alex. Aku harus mencaritahu. Jangan sampai Alex hanya merayu Resty, secara dia kan masih punya Donita." batin Ika berbicara sendiri.
Tak lama kemudian mereka pun sudah kembali berada didalam mobil Alex. Yang berbeda kali ini posisi duduk mereka. Resty dan Ika memilih duduk di kursi penumpang, sedangkan Alex hanya seorang diri, persis layaknya seorang sopir buat mereka.
Hingga sampai mobil itu melaju dengan pesatnya, maka tibalah kini didepan rumah Resty.
Resty sengaja meminta Alex berhenti cukup didepan pagar rumahnya. Meski pagar gerbang itu telah terbuka lebar oleh security penjaga rumah Resty, akan tetapi Alex memilih menghormati permintaan Resty. Selama tuan rumah tidak menyuruhnya masuk, tentu Alex tak akan masuk, meski sebenarnya ia sangatlah ingin mengenal lebih jauh tentang Resty.
"Makasih ya, Lex.." ujar Resty, saat ia dan Ika sudah berada diluar mobil.
Alex hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Beneran nggak ditawarin masuk nih?" Entah keberanian dari mana hingga membuat Alex kelewat pede mengusulkan demikian.
"Nggak boleh. Papanya Resty galak. Dia nggak pernah ijinkan siapapun yang main kesini, kecuali kalau sudah kenal." Ika mengambil alih jawaban yang semestinya dijawab oleh Resty.
Tentang yang dikata Ika kalau papanya Resty galak, tentu itu hanya akal akalannya saja. Semata ingin menggertak Alex, supaya tak lagi mendekati Resty.
"Kalau begitu aku mau kenalan sama beliau."
"Iiih... Kepedean kau!" Ika menghentak kesal. Selain Alex terkenal badung di kampus, rupanya Ika baru tahu jika pria itu juga meyebalkan dan sedikit pemaksa.
"Sudah, Ka." Lagi lagi Resty jadi penengah ketegangan antara Ika dan Alex.
Dan karena hal itu pun membuat Alex semakin penasaran dengan Resty. Sikap lembut dan penyabar yang seperti itu yang Alex mau. Suatu sikap yang sama sekali bertolak belakang jika dibandingkan dengan Donita, pacarnya.
"Baiklah. Kalau begitu aku balik ya, Res." Alex memilih pasrah. Menurutnya ia bisa berkunjung lagi suatu hari nanti, yang penting sekarang ia sudah tahu dimana alamat Resty.
"Makasih ya, Lex." ucap Resty, sekali lagi.
"Oke! Nanti masalah mobil kamu aku kabari."
Resty hanya mengangguk, lalu setelah itu mobil yang ditumpangi Alex melaju pergi juga.
"Mm, giliran kamu dipamitin, aku nggak." omel Ika, disela langkah kakinya yang menuntun ke arah pintu masuk rumah Resty.
"Kan kamu yang mulai. Coba kamu nggak pasang sinyal perang sama dia tadi, pasti dia baikin kamu juga." ucapan Resty terdengar sebagai pembelaan Alex menurut Ika.
"Mm, dia tuh baikin kamu karena ada maunya."
"Masa sih?"
"Duuuh, kamu tuh polos apa rada oon sih?"
"Sialan kau! Ngatain aku oon." Resty menyikut lengan Ika. Ia sebenarnya tak marah, hanya terkadang suka gemes saja mendengar omongan Ika yang kadang tanpa filter.
"Kalau nggak ada maunya, buat apa coba dia belikan kamu tas ini. Itu mahal loh."
"Emang aku bilang kalau tas ini dibelikan Alex?" Resty sengaja memutar balik fakta. Biar saja Ika kelimpungan sendiri dengan tuduhannya itu. Resty hanya belum siap saja mendengar kehebohan sahabatnya itu, andai ia berterus terang kalau tas itu memang dibelikan Alex.
"Tauk, ah! Tiba tiba kamu sama kayak Alex. Sama sama nyebelin."
"Jangan terlalu benci, Ka. Awas entar malah naksir sama dia." Resty sengaja menggoda Ika, yang sedari tadi selalu sewot jika membahas tentang Alex.
"Iiih... Amit-amit ya. Nih, yang ada tuh kamu yang ditaksir Alex. Mata jeliku ini yakin sekali, kalau sebenarnya Alex naksir kamu."
"Ehem. Alex siapa?"
"Papa?"
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
lek, tasnya buat tante emesh mana????
2023-10-25
2