Alex menunggu Resty di tempat parkir, tepatnya ia sedang duduk diatas jok motornya. Pandangannya mengedar ke arah sekitar, tiba tiba ia menjadi resah sendiri, takut perbuatannya itu akan diketahui oleh Donita.
Meski tadi Donita pamit pulang dulu karena ada pekerjaan yang harus dilaksanakan, tetap saja Alex merasa was was. Bukankah di kampus ini Donita juga memiliki teman, yang bisa saja nanti akan mengadukan hal ini kepadanya.
Iish, jadi ribet! Gini nih kalau jadi cowok nggak tegas seperti Alex. Sudah tahu tidak cinta Donita, malah menunggu waktu yang tepat untuk putus dengannya. Waktu yang seperti apa coba?
Resty berjalan cepat menuju tempat yang Alex sebutkan. Tak lama kemudian ia pun menemukan Alex yang sedang menunggunya. Tersungging senyum tipis dari Alex menyambut kedatangan Resty.
"Aku-- bisa pulang sendiri. Kamu tidak perlu menunggu. Nanti aku bisa naik taksi." terang Resty pada Alex.
"Lagian masih ada satu kelas lagi setelah ini." Resty berusaha menolak ajakan Alex itu dengan alasan yang memang benar adanya.
"Pak Anwar nggak ada. Beliau absen, orangtuanya meninggal di luar kota." Alex menjelaskan.
"Kata siapa?" Resty merasa saat ini mungkin Alex sedang beralasan saja.
"Kata bu Ratih." Alex menjawab yakin.
Ibu Ratih adalah dosen juga, dan Alex cukup dekat dengannya.
Resty hanya terdiam, bisa jadi kabar itu memang benar. Kali ini pikirannya tengah berkutat dengan alasan apa lagi yang akan ia sampaikan agar tak pulang bersama dengan Alex.
"Tapi pasti pak Anwar kasi tugas kan? Aku mau balik kelas saja, Ika pasti.."
"Hei, Resty." Alex segera menarik lengan Resty yang sedang berusaha beranjak dari sana.
"Kerajinan amat." sungut Alex, disaat Resty tak jadi beranjak.
Resty melepas tangan Alex dari lengannya. "Dari pada nanti PR ku menumpuk."
Resty berusaha beranjak lagi, dan lagi lagi dicegah oleh Alex.
"Mau kamu apa sih, Lex?" tanyanya, dengan nada yang sedikit meninggi.
"Mobil kamu dirumah. Nggak mau ambil?"
Resty membuang nafas berat. "Nanti aku suruh sopirku yang ambil."
"Nggak bisa."
"Nggak bisa apanya?"
"Harus kamu yang ambil sendiri ke rumahku."
"Kalau aku nggak mau gimana?"
"Harus mau. Kalau nggak mau, mobil itu akan tetap ada dirumahku."
"Huft. Ribet kamu!" Resty hanya mendengus kesal. Baru kali ini ia menemukan makhluk pemaksa seperti Alex.
"Nih." Alex menyodorkan helm kepada Resty.
Gadis itu terpaksa mengambilnya. Mungkin ini yang terakhir kalinya ia keluar bersama Alex. Setelah ini tidak akan lagi.
"Pegangan yang kenceng, Res.." ujar Alex, begitu Resty sudah duduk di jok motor.
Resty tetap tak hirau. Sebenarnya ia sangat malas meladeni kemauan pria itu, akan tetapi jika tidak diselesaikan sekarang masalah mobilnya itu, tentu masih akan berurusan lagi dengannya nanti.
Melihat Resty yang hanya bergeming, dengan sengaja Alex menarik laju motornya dengan cepat, hingga membuat Resty terjingkat kaget dan otomatis mencari pegangan keselamatan dengan melingkarkan tangannya dipinggang Alex.
"Kamu sengaja ya?" sungut Resty, sambil menepuk agak keras di punggung Alex.
"Aduh! Sakit, Res." Meski mengeluh, nyatanya senyum lebar itu terpampang diwajah Alex, hanya saja Resty tak tahu jika pria itu mendadak sangat senang dibegitukan olehnya.
Motor ninja itu melaju begitu pesat bin gesit. Salip kanan, salip kiri, lagaknya sedang memamerkan keahlian mengebutnya pada Resty. Entah mengapa rasanya Alex pantas disebut sedang caper kepada Resty. Bahasa tubuhnya menjelaskan begitu, tapi Alex berusaha sekuat mungkin agar tidak terbaca oleh Resty.
Sekitar tiga puluh menit berlalu, motor itu telah memasuki halaman rumah Alex. Pagar hitam ornamen kebaratan itu menjadi ciri khas jika pemiliknya bukanlah orang biasa. Bangunan mewah khas eropa menambah kesan jika penghuninya itu benarlah orang berada.
Sebelas dua belas. Begitulah perumpamaan jika membandingkan kehidupan Alex dengan Resty. Hanya disini masih lebih unggul Alex. Bisa jadi kedua orang tuanya sama sama memiliki saham besar, berbeda dengan Resty yang semuanya itu hanya bersumber dari usaha papanya saja. Karena almarhum mamanya masih di urutan ke lima belas jika dibandingkan dengan keluarga Alex.
"Ayo, Res.." Alex langsung menarik tangan Resty, begitu gadis itu sudah turun dari motor dan selesai melepas helmnya.
"Tunggu. Ayo kemana?" Resty menarik tangan Alex dari pergelangan tangannya.
"Masuk ke rumah." Alex sangat bersemangat mengajak Resty untuk mau masuk ke rumahnya.
"Ah, tidak usah, Lex. Tujuan aku kesini kan mau ambil mobilku." Resty memandang ke arah mobilnya yang terparkir berjejer dengan beberapa mobil berkelas milik keluarga Alex.
"Sekarang mana kunci mobilku?" Resty menengadahkan tangannya.
"Ikut aku dulu." Alex menyambut tangan Resty, kemudian memaksa gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
"Iish, Alex!" Resty terdiam tepat di ambang pintu masuk rumah Alex.
Alex hanya menoleh sekilas. Ia tahu betul jika saat ini Resty sangat kesal dengannya. Karena sudah terlanjur sampai rumah, Alex pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenalkannya kepada kedua orangtuanya. Ya, sekalipun masih berstatus teman.
"Resty, dengerin dulu." Tiba tiba Alex menangkup pipi Resty dengan kedua telapak tangannya.
Bluusss....
Rasanya ada yang berhembus geli saat Alex menyentuh pipi Resty. Bisa jadi kali ini wajahnya sedang merona. Dan seketika itu pula Resty hanya terdiam tanpa bisa berkata sekecap pun.
"Mamaku hari ini ulang tahun. Please, temani aku kasi surprise ke mama."
"Bu-bukannya..." Resty kesulitan berkata kata. Ia terlanjur gugup saling bertatapan begitu dekat dengan Alex.
Alex melepas rangkuman tangannya. Tak lupa ia mengelus sedikit sebelum benar benar terlepas dari pipi merona itu.
"Bukannya kemarin kamu bilang masih lusa. Itu berarti masih besok kan?" Resty ingat betul jika Alex mengatakan itu saat sedang memilih tas kemarin.
"Itu hanya acara pestanya. Kalo tanggalnya itu sekarang." terang Alex, dengan suara pelan.
"Kenapa mengajakku? Kenapa harus aku yang bantu kamu kasi surprise ke mama kamu? Bukannya lebih baik kamu ajak pacar kamu, Donita."
Alex hanya mendengus saat Resty menyebut nama Donita. Seakan moodnya tiba tiba rusak saat mendengar nama itu.
"Eh, ada tamu rupanya," suara seorang wanita tiba tiba muncul dari dalam rumah itu.
"Mama," Alex menyeringai senang. Ia melangkah mendekati mamanya kemudian menyalim takdzim.
"Dia siapa? Kok hanya dibiarin berdiri di pintu?" Mama Alex menatap Resty dengan wajah senang. Dan Resty pun turut mengulas senyum tipis kepada mamanya Alex.
"Dia-- Dia.."
"Pacar kamu ya?"
"Hah?"
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
halah, akal bulus
2023-10-25
1
Astri
alex gak tegas lalu bmn ia mau ninggalin donita dan jaga resty jk sprt ini
2023-05-25
1
leeshuho
modus wee
2022-07-31
1