"Hei, kamu cantik!"
"Hah..?"
Resty hanya tertegun saat Alex menyebutkan kata itu.
Dug dug... Dug dug...
Denyut jantungnya tiba-tiba terasa berdetak lebih kencang saat pria itu memujinya. Selama ini satu-satunya lelaki yang memujinya cantik hanyalah papanya. Dan mungkin karena awalnya ia sempat terkesima dengan pria itu yang membuatnya tak terasa merona saat di pujinya. Padahal banyak pula teman lelakinya yang juga memujinya demikian, tetapi baru Alex lah yang bisa membuatnya berdebar tak karuan.
Pria itu terus menatapnya, ia merasakan perubahan itu dari wajah gadis manis yang mulai bersemu merah. Terukir senyum kecil di dirinya, yang sebenarnya ia memang ingin mengatakan hal itu saat pertama kali berjumpa dengannya.
*Alex flashback on...
Siang itu suasana di kampus tempat Alex mengenyam pendidikannya sebagai calon arsitektur itu terlihat ramai seperti biasanya. Ditambah pula dengan suasana kelasnya yang semakin riuh oleh karena ketiga anggota gengnya itu tengah mengerjai seseorang yang menjadi incaran keusilannya disana, padahal mereka bertiga itu tidak sekelas dengan Alex. Cuma mereka memang sering bermain disana jika kebetulan melihat Alex sedang masuk kelas.
Tak seperti biasanya, saat itu Alex sedang duduk melamun seorang diri. Kondisi tubuhnya kebetulan juga sedang kurang fit sehingga mengharuskan ia menggunakan kain masker penutup wajah agar lebih steril saja.
Rasanya hari ini pria itu sangat malas untuk mengikuti kelas pak Budi. Kalau bukan karena sedang di ancam dosen itu dengan mengulang kelas jika ia masih tetap bolos saat mata kuliahnya, tentu Alex tak akan masuk kelas hari ini.
Entah mengapa hubungannya dengan dosen Budi selalu tidak akur. Rasa-rasanya dosen itu selalu sentimentil terhadapnya, seakan memang senang mencari kesalahan dan kekurangan pada diri Alex. Padahal semua dosen yang lainnya tetap mengaguminya karena nilainya yang masih bisa sebanding dengan siswa yang rajin masuk, berbanding dengan dirinya yang hanya masuk kelas sesuka hatinya saja.
Mereka bukannya membiarkan saja sikap Alex yang hanya masuk kelas jika sedang berkenan saja. Jika bukan karena orangtua Alex adalah investor tetap di kampusnya itu, tentu siswa pemalas seperti Alex sudah terancam Drop out dari dulu.
Drrrrrrt.... Drrrrrrt....
Ponsel Alex bergetar, terlihat nama Donita sedang menghubunginya. Mungkin karena pesan singkat darinya yang sudah mencapai tiga puluh pesan masuk hari ini yang sama sekali Alex tidak membalas pesan itu, sehingga kekasihnya itu memilih langsung menghubunginya.
"Alex! Kamu ngapain aja sih kok gak balas chat aku?" Cerocosnya ketika Alex terpaksa menjawab panggilannya.
"Hmm," dan Alex hanya berdeham.
"Iiih...! Awas saja kalau aku tahu kamu ada main sama cewek lain!" Donita berucap dengan kalimat posesivenya.
"Mau kamu apa sih Ta? Kepalaku pusing nih..." Alex berujar yang sebenarnya.
"Tuh kan? Kamu memang gak pernah ngertiin aku ya..! Sebal aku sama kamu!"
Tut... tut.... tut....
Lalu sambungan telepon itu terputus begitu saja. Entahlah apa yang di mau yang sebenarnya oleh Donita, gadis itu terlalu posesive terhadap Alex. Dan karena hal itulah yang membuat Alex merasa tak nyaman dengannya.
Alex tertunduk sambil memijit pangkal hidungnya, kondisinya yang memang kurang fit tentu bertambah pusing jika ia teringat dengan pacarnya itu. Sudah lama ia ingin terlepas dari hubungan yang sebenarnya tidak terlalu ia inginkan. Cuma ia sedang menunggu waktu yang tepat saja untuk menyudahi hubungannya itu. Dan entah kapan waktu itu tiba, Alex selalu menantinya.
Donita. Ia adalah gadis cantik bertubuh seksi sekaligus model majalah dewasa yang juga seangkatan dengannya, hanya berbeda jurusan saja. Sudah kurang lebih enam bulan ini Alex dan Donita menjalin hubungan kasih. Tetapi bukan hubungan kasih seperti yang Alex harapkan.
Awalnya yang pertama mengutarakan perasaannya itu adalah Donita. Gadis itu bahkan sampai mengancam akan bunuh diri jika Alex tidak menerima cintanya. Atas rasa kasihan saja, akhirnya saat itu Alex terpaksa menerima cinta dari Donita.
Bukannya gadis itu berusaha membuat Alex mencintainya, malah yang ada gadis itu semakin posesive padanya. Dan karena hal itulah yang membuat Alex sangat menyesali keputusannya sempat menerima Donita dahulu.
Apalagi juga gadisnya itu ternyata termasuk tipe cewek yang tidak pernah mengakui kesalahannya. Biasanya ia akan selalu menyalahkan Alex dengan hal apapun, padahal terkadang puncak masalahnya itu berawal darinya juga.
Alex memang ketua geng The Fly. Mungkin bagi sebagian penilaian orang-orang seorang pemimpin geng yang berwajah tampan sepertinya tentu sudah banyak mantan cewek yang pernah ia kencani. Nyatanya Alex bukanlah tipekal lelaki yang seperti itu. Wajahnya memang tampan dan lebih mirip seperti seorang playboy, tetapi baru Donita itulah yang menjadi pacar pertamanya, namun bukan cinta pertamanya.
Siapa yang menduga pria seperti Alex masih belum merasakan jatuh cinta itu seperti apa. Sampai detik ini pun ia masih belum menemukan seorang wanita yang mampu membuatnya jatuh cinta.
"Selamat siang semuanya..."
Tiba-tiba dosen Budi sudah masuk ke kelasnya, terlihat di belakangnya seorang gadis cantik bertubuh mungil mengekorinya, mungkin mahasiswa baru.
Seketika suasana kelas menjadi tenang, dan lagi ketiga anggota gengnya Alex langsung ngacir begitu saja saat melihat dosen itu masuk tadi.
Semua tatapan menyorot penasaran pada gadis cantik yang berdiri di sebelah Pak Budi. Tidak terkecuali Alex, ia cukup tersita juga dengan kecantikan gadis itu yang terlihat sangat natural yang sudah jarang ia temukan pada gadis-gadis jaman sekarang.
Seketika senyumnya tersungging tipis, cuma kebanyakan mereka tidak tahu Alex begitu karena terhalang oleh kain masker yang di pakainya.
"Hai semuanya... Perkenalkan saya Aradilla Resty, kalian bisa memanggil saya Resty. Saya mahasiswi pindahan dari Bandung. Semoga kalian bisa berteman dengan saya." Gadis itu mulai memperkenalkan dirinya.
"Baiklah Resty, kamu boleh duduk di sana.." Tunjuk dosen Budi tepat di kursi kosong sebelah Alex, yang kemudian gadis itu melangkah sesuai arahan darinya.
Sorot mata Pak Budi tiba-tiba memicing sinis setelah mendapati Alex yang masuk kelas dengan menggunakan masker.
"Kau..." Tunjuknya pada Alex.
"Iya Pak.." Alex menyahut malas.
"Kenapa kau pakai itu?"
"Menurut Bapak?" Alex malah kembali menanyainya, sehingga membuat Pak Budi langsung berdecak kesal terhadapnya.
"Kau pulang saja lah," ujarnya sok tak suka.
Padahal ia mendengar dengan jelas kalau suara Alex sedikit berbeda dan kemungkinan memang sedang kurang enak badan, makanya ia menyuruhnya untuk pulang saja.
"Baik!" Alex menyambut senang perintah dosennya itu.
Pria itu langsung menyambar tas ranselnya. Ia melirik sekilas kepada gadis pindahan itu yang tak sengaja berpapasan dengannya.
"Benar-benar cantik.." pujinya yang hanya dalam hatinya saja.
Alex sedikit menyunggingkan senyumnya tatkala gadis itu menoleh kepadanya, cuma sepertinya gadis itu tak tahu kalau Alex sedang tersenyum kepadanya karena kain masker yang digunakannya itu. Dan tentu saja gadis yang bernama Resty itu hanya cuek saja kepadanya.
*Alex flashback off...
.
.
Resty duduk bersebelahan dengan Alex di kursi panjang yang berada tak jauh dari lapangan basket itu. Gadis itu terus saja meniup-niup luka pada tangan Alex, saking malunya ketika pria itu tadi memujinya cantik secara gamblang.
Sedangkan yang dirasa Alex saat ini ia sangat gemas dengan gadis manis didepannya itu. Pipinya yang merona merah tadi membuatnya bertambah penasaran ingin lebih mengenalinya. Sosok pendiam seperti Resty memang selama ini diam-diam telah mencuri perhatiannya.
"Kalau cuma ditiup gitu mana mungkin sembuh?" Alex mulai menyapanya kembali.
Resty dibuat gelagapan olehnya. Ia baru tersadar kalau sedari tadi ia hanya meniup saja tanpa membantu mengobatinya.
"Eh, tunggu deh..." Seketika Alex memandanginya dengan cermat.
Kening Resty mulai berkerut, merasa tak paham mengapa Alex mencermati wajahnya dengan begitu.
"Ada apa?" Resty pun mulai curiga juga.
"Kamu memang benar-benar cantik." Alex sengaja memujinya lagi.
Blusssh....
Serasa di terpa angin yang semilir tiap kali pria itu memujinya. Wajahnya pun semakin merona di buatnya.
"Apaan sih!" Resty kembali tertunduk malu.
Dan Alex semakin tersenyum lebar. Ia pun sengaja membiarkan Resty memegang tangannya berlama-lama. Tanpa ia pedulikan ada sepasang mata yang menyorot tajam kepadanya, melihat dirinya berdekatan seperti itu dengan Resty.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
mbal gombal gombal gombal..... serebu tiga serebu tiga...... yoooooo buuuuu diborong gombalnya.......kasihan pedaganya udah lama gak makan pitsa🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-25
2
Bintang Laut
Cinta pertamamu masih otewe mendekat Lex
2022-08-19
0
ZaeV92
keruuuuen kak ceritanya 😍
selalu cemunguuut 💪
2022-07-22
1