"Loh, Kakak yang tadi kesini ya?"
Karyawan toko itu menyapa Alex yang hanya tertegun takut karyawan itu membongkar lebih banyak lagi tentang ia yang ke toko ini bersama dengan Resty.
Donita langsung memandang curiga kepada Alex dan juga kepada karyawan itu.
"Tadi kesini? Tadi kapan?" tanyanya, bergantian ia menatap kepada Alex yang tetap bergeming dan si karyawan itu yang mulai merasa tak enak hati setelah mendapat sorotan tajam dari Alex.
"Bisa jadi cewek tadi itu juga pacar atau malah simpanannya. Dasar cowok!" Pikir karyawan itu dalam benaknya.
"Alex!" Donita mengguncang lengan Alex, memohon kekasihnya itu memberinya penjelasan.
"Iya. Memang tadi aku dari sini." aku Alex.
"Mbak, bisa tinggalkan kami?" pintanya kepada karyawan itu, lalu setelahnya karyawan itu lekas pergi dan tentu mulai ghibah dengan seorang temannya yang berjaga di kasir.
"Alex, jadi benar kan kamu tadi dari sini?"
"Hem," Alex hanya berdeham sambil mengangguk malas.
"Sama siapa?"
"Menurut kamu sama siapa?" Alex sengaja bertanya balik. Biarlah Donita akan merasa dongkol atau apalah itu, yang pasti ia sudah malas berada ditempat itu dan tentu ingin lekas pergi dan pulang ke rumah.
Donita tak menjawabnya, tatapan matanya kentara sedang jengkel, tapi Alex tak peduli itu.
"Oke, baik!" ucap Donita kemudian. Alur nafasnya menghembus kasar. Sekali lagi harus menekan kesabarannya demi misi yang ia inginkan.
"Sudah?" Alex kembali bersuara.
"Sudah apanya?"
"Kalau nggak jadi beli mending pulang. Aku capek!"
"Apaan sih!" Donita malah kembali menimang dua tas kecil ditangannya, lalu dikembalikan lagi ke tempat semula setelah merasa tak cocok dengan tas itu.
Dan Alex hanya bisa mendengus kesal melihat Donita yang seakan tak mengerti dengan mood nya saat ini. Wanita itu malah terlalu asyik mencari tas yang ia mau beli.
"Sayang, ini sama ini lebih bagus mana?" Donita meminta saran Alex sambil menenteng dua tas berbeda bentuk ditangannya.
"Sama saja." sahut Alex, begitu singkat.
"Iiih, Sayang!" Donita mencebik kesal. Alex tetap saja begitu, selalu bersikap enggan bila dimintai pendapat tentang pilihannya.
"Jadi kalau sama sama bagus, aku beli kedua duanya nih?"
"Itu terserah kamu." Jelas Alex akan menyahut begitu, karena memang ia tak berencana membelanjakan tas itu untuk Donita.
Donita kembali menimang tas yang ia pegang. Setelah dirasa menemukan yang cocok dia meletakkan salah satu tas yang tak dipilihnya ke tempat semula, lalu pergi melangkah seorang diri ke kasir.
"Mbak," sapa Donita kepada kasir tersebut, lalu segera kasir itu mengambil tas yang akan dibeli Donita.
Tak lupa Donita juga menyerahkan card kreditnya juga kepada kasir tersebut.
"Cuma beli satu saja, Kak?" tanya kasir itu kepada Donita.
Donita hanya mengulas senyum sebagai jawabannya.
"Tadi kakak itu belanja dua tas loh." Si kasir yang julid itu melirik kepada Alex yang masih berdiri ditempat semula.
Donita langsung menatap curiga lagi kepada Alex. Tunggu saja, setelah ini ia pasti akan menyelidikinya. Entah nanti Alex akan menjawab jujur atau tidak, yang pasti Donita tidak akan membiarkan siapapun yang berani mengusik hubungannya dengan Alex.
Setelah Donita selesai membayar tas yang ia beli, Alex langsung menyusulnya kemudian mereka pun lekas pergi dari toko itu.
Awalnya Donita juga berencana nonton bioskop di mall tersebut, akan tetapi setelah mendapat penolakan yang kukuh dari Alex maka ia pun mengalah. Sebenarnya sikap seperti itu bukanlah Donita yang biasanya, wanita itu rentan untuk mengalah dalam segi apapun. Terutama dalam hal mempertahankan Alex agar terus menjadi miliknya. Karena misi terpendamnya lah yang membuat Donita lagi lagi harus menekan kesabarannya terhadap Alex.
Mereka kini sudah kembali berada didalam mobil Alex. Tanpa membuang waktu lagi, Alex segera melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Mengantar Donita ke rumahnya adalah tujuannya saat ini.
Selama perjalanan itu Alex sengaja mendiami Donita. Sedangkan wanita itu sedari tadi menatap curiga kepada sebuah paper bag yang tergeletak di kursi belakang, bisa jadi itu adalah tas yang katanya dibeli Alex tadi. Hanya yang semakin mencurigakan saat ini ialah tas itu hanya ada satu, sedangkan karyawan toko tadi mengatakan Alex membeli dua buah tas. Lalu kemana satunya?
"Ehem, Sayang.." Donita menyapa Alex yang terlihat fokus mengendarai mobilnya.
Alex hanya melirik sekilas dengan mulut yang masih terkunci rapat.
"Kamu beli tas itu buat siapa?" tanyanya pelan.
Alex merotasi matanya jengah. Sebenarnya ia sangat malas diselidik seperti ini oleh Donita, cuma kalau tidak dijawab akan panjang lagi ceritanya.
"Buat mama." sahutnya singkat dan jelas.
"Ooh," Donita melirik pada paper bag itu lagi.
"Kata karyawan tadi kamu beli dua tas?"
"Iya." Alex mengiyakan, karena ia sudah memiliki jawaban yang tepat andai Donita bertanya kemana satunya.
"Kok itu cuma satu, Yang."
"Ada di bagasi." sahut Alex, lalu segera ia menepikan mobilnya karena sudah sampai didepan rumah Donita.
"Sudah sampai, Ta." Alex segera mengintrupsi Donita agar lekas turun dari mobilnya.
Donita hanya memandang keluar arah mobil, merasa sangat malas untuk pulang malam ini.
"Nggak mampir dulu?" Wanita itu masih betah berada ditempatnya.
"Sudah malam, Ta. Sudah, buruan masuk sana."
"Belum jam sembilan juga kok.." Kini tangan Donita mengapit lengan Alex, lalu merebahkan kepalanya, juga dengan mengubah posisi kakinya menjadi lebih seduktif dengan rok mini yang dikenakannya.
Spontan Alex melengos ke lain arah. Ia memang lelaki normal, yang bisa saja terpancing oleh pergerakan Donita yang demikian. Hanya saja melihat Donita yang semakin kesini semakin tidak menghargai dirinya sendiri, membuatnya bertambah ilfil kepadanya.
"Ta, aku capek. Aku mau lekas istirahat, seharian aku nggak pulang." ucap Alex, sambil membenahi duduknya sehingga Donita mau melepas pelukannya.
Cup.
Sebuah kecupan singkat tiba tiba mendarat dipipi Alex. Lagi lagi Donita menciumnya.
"Sudah ya?" Alex membuka pintu mobilnya, kemudian ia keluar.
Donita hanya mengulas senyum. Lalu ia pun ikut keluar dari mobil itu dan langsung berhambur memeluk tubuh Alex. Setelah itu ia pun melenggang masuk ke dalam rumahnya yang terbilang sederhana bagi seorang model sepertinya.
Tanpa mengulur waktu Alex segera masuk kembali ke dalam mobilnya. Sebelum mobil itu benar benar melaju, dering ponselnya tiba tiba memekik nyaring.
"Iya, Pak."
"Oh, ya sudah. Biarkan saja tetap dirumah."
"Terimakasih ya, Pak."
Percakapan itu berakhir. Seketika senyum Alex tersungging begitu mendengar kabar dari Udin, sopir keluarganya, yang mengatakan bahwa mobil Resty sudah beres.
Kira kira apa lagi yang direncanakan Alex?
Bantu jawab yuk readers...☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
mobilnya biar di rumah alex. nanti biar anter2 an pulang sama resty. ih,modus bajul
2023-10-25
2
Astri
sayangx alex kurang tegas
2023-05-25
2
Adreena
Karyawan ini mulutnya lemes banget n Donita itu murahan n gatel banget.jijik
2023-05-16
1