Byuuuurrr....
Suara tumpahan minuman es cola tepat mengguyur di atas kepala Resty, alhasil membuat rambut serta sebagian tubuhnya basah dan juga kotor.
Resty tak segera mendongak ke arah asal minuman itu bisa tumpah, tentu ia masih syok mendapat kesialan yang bertubi-tubi yang menimpanya hari ini. Dengan perasaan yang sudah pasti sangat sebal, ia masih membersihkan rambut dan bajunya dengan tangan kosongnya.
"Siapa sih!" umpatnya berusaha sabar sambil kemudian mendongak ke lantai atas yang rupanya tiada siapa-siapa di sana.
Sesaat kemudian terdengar gelak tawa tak jauh dari tempat Resty mencari tahu pelaku yang telah usil menumpahkan minuman sisanya kepada Resty.
"Eh, kenapa kau?" tanya Varo, sempat tertegun mendapati Resty dengan kondisi basah seperti itu.
Resty tak langsung menyahut. Tanpa mencari tahu pelakunya, sudah pasti ulah geng sialan itu lagi menurut Resty.
"Wow, serem amat! Awas keluar tuh biji mata. Hahaha...." Cello turut bersuara lantang dengan tawanya yang terdengar mengejek, setelah mendapati tatapan Resty yang melotot pada mereka bertiga.
"Dah, kita lanjut! Patung kok diajak ngomong, mana ada nyahut." Ryan merangkul bahu kedua temannya, menggiringnya pergi dari tempat mereka saat ini.
"Jangan nangis ya cantik. Bye....." Cello masih menyempatkan menggoda Resty yang saat ini sudah sangat merasa dongkol dan rasanya memang ingin menangis, andai ia tidak berusaha menekan kesabarannya untuk menghadapi geng The Fly yang super nyebelin itu.
Gemuruh di dada Resty sangat bergejolak. Yang menimpanya kali ini sudah sangat tidak bisa di tolerir lagi menurutnya. Ia sama sekali tak pernah punya salah apa-apa dengan kelompok mereka, maka tak sepantasnya pula ia harus di bully seperti saat ini. Dengan kondisi tubuh basah dan tentu kotor, sudah pasti gadis itu menjadi bahan tontonan bagi mahasiswa lain yang kebetulan melihatnya.
"Papa, aku ingin pindah kuliah, aku nggak betah disini. Mereka jahat sama aku, Pa!" lirihnya sedikit putus asa, saat kaki itu melangkah cepat menuju arah keluar kampus.
"Resty!" Suara teriakan Ika yang memanggil dari arah belakang, membuat gadis itu menghentikan langkah sejenak untuk menoleh kepada Ika.
Terlihat Ika berlari tergopoh-gopoh ke arahnya, dengan nafas tersengal-sengal akhirnya Ika kini sudah berjalan sejajar dengan Resty.
"Siapa yang ngelakuin? Hah?" cerca Ika, sambil meneliti seluruh bagian yang basah di tubuh sahabatnya itu. Karena sebelumnya Ika mendengar kabar yang menimpa Resty itu dari mahasiswa lain, saat ia sedang duduk di kelas menunggu kedatangan dosen berikutnya.
Resty hanya bergeming, sangat malas untuk menjawabnya.
"Pasti ulah gengnya Alex lagi kan?" Ika merasa gemas sendiri, sebelah tangannya mengepal erat sambil ia tekan-tekan pada tangan kirinya.
"Nggak ada kapok-kapoknya ya mereka? Usil amat! Duh, sampe kamu kotor begini." Tangan Ika terjulur, sedikit membenahi rambut Resty yang terlihat berantakan.
"Ika," suara Resty berubah sendu.
Mereka sama-sama menghentikan langkah kaki, dan saat ini mereka sedang berada di luar pagar utama kampus.
"Aku ingin pindah kuliah." serunya merasa sudah tekad dengan keputusannya sendiri.
Ika masih terperangah tak percaya. Sorot matanya berubah sendu merasa akan berpisah dengan sahabat terbaiknya itu.
"Jangan lah, Res," Ika mengayun lengan Resty, memohonnya untuk merubah keputusan.
"Kalo kamu pindah kuliah hanya gara-gara geng rese itu, berarti kamu nunjukin ke mereka kalo kamu itu sangat lemah, dan mereka pasti akan tambah menjadi. Lagian nggak ada tuh mahasiswa dari sini yang pindah cuma karena diganggu mereka," lanjutnya.
Resty masih terdiam. Sebenarnya ia sangat tidak mau berpisah dengan Ika, tetapi jika teringat kejadian barusan rasanya ia harus rela berpisah jauh dengan sahabat terbaiknya itu.
"Entahlah, Ka. Kepalaku pusing. Males banget bahas mereka." Resty memijit pelan pangkal hidungnya, tiba-tiba merasa pening sendiri memikirkan kesialan yang menimpanya seharian ini.
"Eh, kamu nggak ikut kelas lagi?" tanya Resty mengingat hari ini masih ada makul berikutnya yang harus mereka ikuti.
"Kamu nggak pa-pa aku tinggal sendiri?" Ika balik bertanya, karena sebenarnya ia merasa kasihan membiarkan Resty seorang diri menunggu sopir yang akan menjemputnya pulang dengan kondisinya yang seperti itu.
Resty menggeleng pelan, dengan senyuman tipisnya yang mengukir indah.
"Dah, masuk kelas sana!" titah Resty.
"Oke lah. Aku masuk kelas dulu ya, Res," pamit Ika sambil melambaikan tangannya sebelum ia pergi.
Resty turut melambaikan tangan, menatap jauh hingga Ika benar-benar telah hilang dari pandangan. Andai kondisinya saat ini tidak begini, tentu Resty juga akan mengikuti jadwal makul lanjutan hari ini. Apesnya, seharian ini dirinya sama sekali tidak mengikuti makul apa-apa, gegara telat masuk yang akhirnya membolos, kemudian menjalani hukuman dari pak Budi di saat makul kedua, dan sekarang beginilah kondisinya kali ini. Sial banget nggak?
Tin Tin Tin Tin...
Bunyi klakson berasal dari mobil yang tiba-tiba berhenti di depan Resty berdiri.
Tatapannya merasa penasaran tentang siapa orang di dalam mobil itu, karena Resty yakin yang datang itu bukanlah sopir yang ia tunggu. Dilihat dari jenis mobilnya yang berbeda.
Seseorang di dalam mobil tersebut menurunkan kaca pintu mobilnya. "Butuh tumpangan?"
Resty hanya bisa mencebik kesal dan segera memalingkan wajah di saat tahu siapa pemilik mobil itu.
"Rumah kamu di mana?" sapa Alex masih dari dalam mobil.
"Nggak usah!" Akhirnya Resty menyahut terpaksa, dengan wajah yang menatap ke lain arah.
Alex menghela nafas pelan. Tidak mungkin juga ia memaksa mengantar, meski sebenarnya sangat ingin ia mengenal lebih kepada Resty.
Diam-diam Alex mencuri pandang kepada Resty, meski saat ini gadis itu memalingkan wajah ke arah sekitar. Beberapa menit yang lalu ia dengan Resty masih baik-baik saja, sempat membantu mengobati luka di tangan Alex. Entah apa penyebabnya hingga membuat Resty berubah jutek padanya saat ini.
Sesaat kemudian terpasang senyum tipis dari bibir Resty. Rupanya sopir yang diutus Tommy itu telah tiba dan berhenti tepat di belakang mobil Alex.
Tak membuang waktu lagi akhirnya Resty segera masuk ke dalam mobil tersebut, dan tetap cuek meski Alex sempat menyapa salam perpisahan saat mobil itu melaju disampingnya.
Dan kemudian mobil Alex pun turut melaju pergi. Membolos lagi pada saat makul yang seharusnya ia ikuti.
Sedang disudut kantin di dalam kampus, Cello, Varo dan juga Ryan begitu asyiknya bersenda gurau sambil menikmati minuman dingin yang sudah mereka pesan.
"Eh, tapi bener loh, tadi tuh siapa yang nyiram Resty?" Varo yang masih penasaran, berusaha mencari tahu jawabannya dari kedua temannya itu.
"Mana aku tahu!" Cello menjawab santai, sambil sesekali menikmati minuman dingin yang sudah tersisa separuh gelas.
"Ku kira cuma kita yang berani bikin ulah disini, ternyata ada penerus lain di kampus ini." Ryan terlihat berpikir keras.
Mereka memang sudah terkenal sebagai kelompok mahasiswa berandal yang gemar menggoda dan mengusili siapapun itu. Akan tetapi masalah mengguyur atau menyiram tubuh target, geng mereka sama sekali tak pernah melakukan hal seperti itu.
"Ah, sudah lah, jangan dipikirkan. Yang penting bukan kita pelakunya," tutur Cello.
Kalau bukan mereka yang berbuat, trus siapa coba?
Bantu jawab yuk gaes😉
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Utiyem
kuwi si model majalah dewasa
2023-10-25
2
Utiyem
untung resty bukan aku. coba aku tak ajak gelud itu geng the fly🤣🤣🤣
2023-10-25
1
Nur hapidoh
saya kasih tips bunga cantik ya kak, biar semangat selalu
2022-09-20
0