Tidak berapa lama, taksi pun datang. Amelia segera pergi dari sana setelah ia menaiki mobil.
Sementara itu di tempat lain.
Nampak Diva sedang duduk di sebuah balkon teras atas rumahnya dengan menyandarkan kepalanya di sebuah sandaran kursi.
Matanya nampak terpejam, namun pikirannya berseliweran mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, disaat dirinya harus menerima penghinaan dari seseorang yang ia cintai serta dihari yang sama ibunya juga meninggal dunia.
Flashback 🌺
Di malam hari yang sunyi. Diva nampak berjalan menyusuri jalanan setapak khusus pejalan kaki seraya terisak di bawah guyuran air hujan yang deras.
Malam itu, terasa begitu sunyi. Lampu jalanan menampakan Cahaya remang-remang tak begitu jelas.
Ingatannya tentang penghinaan Sagala terhadapnya di pesta, sungguh membuat Diva begitu terpuruk dan terhina.
"Dasar pria brengsek. Apa aku salah menyukai seseorang yang lebih tampan? Lagi pula aku tidak berniat untuk memilikinya. Kenapa harus menghina ku di depan semua orang" Ucap Diva gusar disela tangisannya.
Diva seketika menghentikan langkahnya, lalu menengadahkan kepalanya keatas seraya merasakan air hujan yang jatuh ke wajahnya.
"Tuhan! Beri aku keajaiban. Aku ingin berubah. Aku ingin cantik seperti yang lainnya" Teriak Diva sekeras mungkin.
Duarrrrrrrrrr.
Suara petir menyambar dengan begitu keras. Seketika Diva tersentak kaget. Wajahnya seketika pucat pasi. Takut, itulah yang ia rasakan. Secepat kilat ia segera berjalan pulang menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah.
Diva kembali di buat heran, dikala melihat rumahnya di penuhi banyak orang.
Diva pun segera mempercepat langkahnya dengan sedikit berlari. Memastikan bahwa tidak terjadi apa-apa di rumahnya.
Semua mata pun menatap Diva dengan iba dikala menyadari kedatangan Diva.
"Sabar ya Diva. Kamu harus ikhlas" Ucap tetangga Diva yang bernama buk Santi yang sudah menghampiri Diva.
Diva merasa tidak mengerti, "Maksud ibu apa? Apa yang terjadi di rumah ku?" Tanya Diva cepat.
Buk Santi nampak terdiam sejenak, lalu menarik nafas panjang.
"Ibu mu sudah meninggal Diva"
Bak di sambar petir. Diva menatap Buk Santi dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kepalanya sedikit menggeleng tidak percaya.
Diva pun segera berlari memasuki rumah.
"Ibu. Ibu. Ibu" Teriak Diva dengan di iringi suara tangisnya yang menggema.
Diva seketika terhenti, disaat matanya menangkap sosok ibunya yang sudar terbujur kaku di ruang tamu dengan di tutupi sebuah kain di seluruh tubuhnya.
Air matanya meluruh dengan begitu derasnya, kakinya seakan melemah, dan......
Bruakkkkkkk.
Diva seketika ambruk tidak berdaya. Dunianya seakan hancur berkeping-keping. Ingatannya tentang memori kenangan indah bersama ibunya seakan berputar di kepalanya.
Orang-orang yang ada di sana pun segera membantu Diva untuk bangun dan membawanya ketempat lain untuk dirinya menenangkan diri.
Diva menarik tangannya dari para warga yang ingin membawanya pergi dari sana. Segera ia mengibaskan tangannya, dan melepaskan pegangan orang-orang.
Diva pun berlari mendekati ibunya setelah terlepas.
Segera ia memeluk tubuh ibunya dengan erat sambil berkata, "Ibu bngun! Kenapa meninggalkan aku sendiri di sini. Aku tidak bisa hidup tanpa ibu. Ibu bangun. Ibu bangunlah" Diva memeluk tubuh ibunya dengan diiringi suara isakkan tangisnya yang memilukan.
Semua orang menatap kasihan kepada Diva. Selain daripada ibunya, Diva tidak memiliki siapapun disana.
Seorang wanita yang sudah paruh baya datang menghampiri Diva. Kedua tangannya memegang bahu Diva dengan lembut.
"Diva. Kamu harus sabar, ibu mu sudah tenang di sana. Dia juga sudah tidak sakit lagi sekarang, kamu harus bisa kuat demi ibumu. Ikhlaskan lah nak, ikhlaskan ibu mu pergi" Ucap wanita paruh baya itu menasehati.
Diva masih terisak, lalu mengusap air matanya perlahan, mencoba menetralkan kembali dirinya.
Diva menatap wanita yang ia panggil nenek itu dengan wajah penuh kesedihan. Lalu menghamburkan pelukannya kepada sang nenek.
"Nek, kenapa ibu pergi tanpa berpamitan kepada Diva. Diva gak sanggup bila harus kehilangan ibu secepat ini" Ucap Diva dengan suara yang masih sensegukan.
Nenek mengusap punggung Diva dengan lembut seraya menenangkan Diva.
Keesokan harinya.
Setelah acara Pemakaman. Diva dan beberapa rombongan warga pun kembali kerumahnya masing-masing.
Diva berjalan dengan gontai. Hidupnya kini benar-benar sudah kehilangan arah. Diva benar-benar tidak tau harus berbuat apa lagi saat ini.
Di depan rumahnya. Perhatian Diva kini beralih kepada beberapa mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya.
"Ada apa lagi ini" Gumam Diva. Lalu berjalan dengan sedikit mempercepat langkahnya menuju rumah.
Nampak segerombolan orang berpakaian serba hitam berbaris di depan rumahnya.
Hal itu membuat Diva heran akan siapa yang datang kerumahnya itu.
Seorang pria yang sudah tidak muda lagi itu mengalihkan pandangan Diva. Nampak pria itu berjalan mendekati Diva.
"Selamat Siang Nona Diva" Sapa pria itu sopan dengan sedikit menunduk memberikan hormat.
Diva terdiam sejenak, matanya masih menatap pria itu dengan bingung.
"Kalian siapa?" Tanya Diva kemudian.
"Perkenalkan. Nama saya adalah Jorhan. Saya datang kesini atas perintah ayah Nona untuk menjemput Nona Diva" Jawab Jorhan. Yang namanya baru Diva ketahui setelah ia memperkenalkan diri.
"Ayah?" Tanya Diva masih dengan wajah yang bingung. Seingat Diva, ibunya pernah bercerita bahwa ayahnya sudah meninggal sejak ia masih di dalam kandungan. Begitulah yang Diva pikirkan.
"Benar Diva. Ayahmu masih hidup"
Suara seorang wanita mengalihkan pandangan Diva. Seorang wanita yang Diva sering panggil nenek datang mendekat.
Diva mulai merasa semakin bingung, "Maksud nenek apa?" Tanya Diva tidak mengerti.
Nenek nampak melihat Jorhan sejenak. Nampak Jorhan hanya mengangguk pelan, mempersilahkan nenek untuk menjelaskannya kepada Diva.
"Sebenarnya, ayahmu masih hidup Diva. 20 tahun yang lalu, di saat umurmu masih 4 tahun, ibumu pergi dari rumah karena di usir oleh nyonya Galia, ibu dari tuan Abraham orang terkaya nomor satu di Singapura. Nenek dulu adalah pengasuh mu. Nenek kasihan melihat ibumu sendirian, jadi nenek mengikutinya sampai dirimu kini sudah tumbuh besar. Sekarang saatnya kamu untuk pulang, ayahmu sudah lama menunggu mu" Jelas nenek.
Diva nampak masih terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang nenek ucapkan kepadanya.
"Jadi sebenarnya aku adalah anak orang kaya?" Tanya Diva kemudian.
"Benar Nona. Tuan Abraham sudah menunggu anda untuk pulang. Dan kami ke sini untuk menjemput anda" Jawab Jorhan.
Flashback off🌺
"Permisi Nona Diva"
Seketika Diva tersentak. Ia pun membuka matanya dan sedikit menoleh kebelakang.
"Ada apa?" Tanya Diva dingin.
"Seorang wanita datang untuk bertemu anda. Namanya adalah Anis" Jawab pengawal itu.
"Bawa dia kesini" Jawab Diva.
Pengawal itu pun hanya menunduk memberikan hormat sebelum meninggalkan tempatnya.
Tidak berapa lama, Anis pun di bawa oleh seorang pengawal untuk menghampiri Diva.
Nampak Anis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia benar-benar mengagumi desain rumah yang kini sudah menjadi milik Diva.
.
.
.
.
.
Bersambung
Mohon untuk memberikan like dan komen kalian ya setelah membaca.
Karena karya ini sedang mengikuti event/Lomba. Jadi mohon dukungannya ya!
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Jojo Riswanto
anis itu laki apa cewe thor?
2022-03-26
0
☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿
ooooo macam tuuuuu.... baik lah
2022-03-12
0
JohannaJJL Tutuhatunewa
semakin seru ceritanya
2022-03-12
0