"Rencananya besok keluarga mas Affan akan datang lagi kemari mak'e," ujar Najwa sembari menuangkan air dari teko kedalam gelas.
Sumirah yang tengah merajang sayur, jadi menghentikan kegiatannya mendengar ucapan Najwa.
"Apa ini sudah tiga bulan sejak kedatangan mereka itu ndok?" tanya Sumirah sembari kembali merajang sayur yang akan dia masak menjadi sayur lodeh.
"Iya buk'e. Lebih tepatnya tiga bulan kebih satu minggu." Jawab Najwa yang meletakkan gelas diatas meja, setelah meminum airnya hingga tandas.
"Berarti buk'e harus buat kue lagi ini. Lumayan buat menjamu mereka nanti," Sumirah mengiris bawang merah dan sedikit menyebabkan perih dimatanya.
"Oh ya. Apa calonmu itu juga datang?" tanya Sumirah.
Najwa mendekati Sumirah dan duduk berseberangan dengan wanita parubaya itu.
"Nana ndak tahu buk'e." Najwa menatap wajah Sumirah yang sama sekali tidak melihat kearahnya.
"Ada apa? katakan saja kalau ada yang ingin kamu katakan," tanya Sumirah tanpa melihat kearah Najwa, karena dia masih sibuk menguris bawang dan cabai untuk masakkannya.
"Bagaimana menurut pendapat buk'e tentang kakak Ega?" Najwa ingin tahu bagaimana pendapat ibunya tentang pria yang berencana akan menikahinya itu.
"Kenapa? apa kamu masih ragu dengan keputusanmu waktu itu?" tanya Sumirah.
"Nana ingin tahu, kenapa buk'e ndak menentang sama sekali tentang keputusanku waktu itu,"
Sumirah menghentikan gerakkan tangannya dan meletakkan pisaunya diatas tempat merajang bawang. Wanita parubaya itu kemudian menatap kearah putri semata wayangnya itu.
"Buk'e mengerti arah pembicaraanmu itu. Buk'e juga tahu kamu belum menyukai dia. Kamu menerimanya waktu itu bisa jadi karena dua hal. Yang pertama, karena kamu tidak enak hati menolak di depan mertuamu. Yang kedua, karena kamu memang ingin menjalankan isi surat wasiat itu."
"Buk'e tahu. Ega memang tidak selembut dan tidak sesopan Affan. Tapi setiap manusia itu punya kadar porsinya masing-masing. Kamu tidak bisa membuat Ega menjadi seperti Affan, karena Ega bukan Affan. Sama seperti kamu, kamu tentu tidak mau kan kalau kamu disuruh menjadi seperti Butet?"
"Jadi buk'e benar-benar merestui kalau Nana nikah sama dia?" tanya Najwa.
"Buk'e serahkan semuanya sama kamu ndok. Meski buk'e mengatakan merestui, kalau hati kamu mengatakan jangan, yo jangan kamu ikuti. Yang menjalaninya itu kamu, buk'e cuma turut bahagia, jika kamu juga bahagia." Jawab Sumirah.
Najwa terdiam. Sementara Sumirah kembali melanjutkan kegiatanya, yang kali ini hendak mengulek bumbu.
"Apa kamu tahu, hal yang paling membahagiakan buat buk'e dan pak'emu? kamu mendapatkan ibu dan bapak mertua yang sangat sayang sama kamu. Tidak ada hal yang paling membahagiakan, selain melihat putri kami diperlakukan dengan baik," Sumirah berbicara sembari mengulek cabai dengan garam.
"Apa kamu sudah sholat istikharah?" tanya Sumirah.
"Sudah buk'e." Jawab Najwa.
"Apa ada petunjuk?" tanya Sumirah.
Najwa kemudian menggelengkan kepalanya, lalu tertunduk.
"Nana nggak menemukan jawaban apa-apa. Atau mungkin menurut Allah, Nana tidak khusyuk dalam menjalankan ibadah itu. Tapi nanti akan Nana coba sekali lagi, mungkin saja yang terakhir ini Nana akan mendapat pencerahan." Jawab Najwa.
"Lakukan yang terbaik. Bu'e tidak akan menentang keputusanmu, kalau memang kamu tidak mau menerima pernikahan ini," ujar Sumirah.
"Iya buk'e." Jawab Najwa.
*****
Waktu menunjukkan pukul 2 malam, ketika Najwa sedang melaksanakan sholat tahajud, di susul dengan sholat istikharah setelahnya. Najwa begitu khusyuk menjalani ibadah itu, karena dia benar-benar ingin mendapat petunjuk untuk keputusan yang dia ambil nantinya.
Setelah menjalankan ibadahnya, Najwa kemudian tidur kembali karena dirinya sudah sangat mengantuk.
Najwa berjalan di sebuah ladang bunga matahari. Disebagian ladang itu tumbuh banyak bunga matahari yang lebar bunganya hampir menyerupai piring. Ladang itu begitu indah karena bunga matahari itu menguning di sepanjang mata memandang.
Disisi lain banyak para wanita yang sedang panen bunga matahari, biji bunga matahari itu akan mereka produksi menjadi kuaci. Namun saat Najwa sedang asyik melihat mereka memilih biji bunga, seseorang menunjuk kearah kebun bunga dan seseorang muncul dari arah sana.
"Mas Affan...mas...." Najwa segera berlari menghampiri Affan dan berhambur kepelukkan pria itu.
"Mas...Nana kangen sama mas," ujar Najwa sembari menitikkan air mata.
Affan yang mengenakan pakaian serba putih itu, kemudian mengusap puncak kepala Najwa.
"Apa kamu sudah membaca surat dari mas. Hem?" tanya Affan.
"Sudah. Mengapa mas melakukan hal itu? mas kan tahu, kak Ega sangat tidak cocok denganku. Dia itu pemarah dan suka bertindak seenaknya," tanya Najwa.
"Karena itu mas ingin menitipkan dia padamu, karena mas yakin kamu bisa membuat dia jauh lebih baik."
"Tapi dia orang yang sangat kasar?"
"Apa kamu ingat pesanku waktu itu? kalau dia bersikap tidak masuk akal, kamu diamkan saja. Dia akan bingung sendiri kalau sudah kita diamkan. Jangan ladeni dia, kalau dia sedang bicara yang tidak-tidak."
"Apa mas benar-benar ingin Nana menikah dengan dia?"
"Iya. Apa kamu mau menuruti permintaan terakhir mas?"
"Kalau itu membuat mas bahagia, Nana berjanji akan melakukannya."
"Terima kasih, sekarang mas bisa tenang," ujar Affan.
Cup
Affan mencium puncak kepala Najwa, kemudian melepaskan pelukkan mereka. Affan kemudian perlahan menjauh, dan menghilang diantara rerimbunan bunga matahari.
"Mas....Hikz...."
Najwa tiba-tiba terjaga dari tidurnya. Dia bisa merasakan ada air mata yang menetes dari sudut matanya. Lagi-Lagi pelukkan yang dia rasakan begitu sangat nyata.
"Sepertinya aku sudah menemukan jawaban atas dari kebimbanganku. Meski ini hanya janji di alam mimpi, tapi aku yakin Allah memberikan petunjuk melalui mimpi itu. Mas Affan, aku belum sempat membuatmu bahagia selama kita menikah. Jadi aku akan membuatmu bahagia dengan menuruti permintaan terakhirmu. Semoga keputusanku ini tidak salah," ucap Najwa lirih.
Najwa tidak lagi kembali tidur, karena waktu sudah hampir menjelang subuh. Najwa lebih memilih membaca kitab sembari menunggu panggilan sholat.
*****
"Ya ma?" tanya Ega yang tengah sibuk dengan komputer didepannya.
Ini adalah tanggal muda, orang-orang yang membayar pajak cukup membludak. Ega tidak ingin menumpuk pekerjaan lagi, karena dia cukup keteteran menanganinya.
"Kami mau bersiap kerumah Najwa. Hari ini adalah hari keputusan tentang pernikahan kalian. Nanti akan mama kabari hasilnya," ujar Intan.
Ega menghentikan gerakkan tangannya. Dia bahkan sudah lupa perihal niat orang tuanya yang ingin mendatangi rumah Najwa sebulan sebelum menjelang hari pernikahannya.
"Baiklah." Jawab Ega singkat.
Jari jemari Ega kembali menari-nari diatas tombol-tombol komputer didepannya, setelah Intan mengakhiri pembicaraan singkat itu. Perkataan Intan cukup mengganggu konsentrasi Ega, karena dia cukup penasaran apa jawaban dari wanita yang menjadi musuh bebuyutannya itu.
TO BE CONTINUE ...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
anak wedok
ini kali ke dua aq mengunjungi novel Kak neti Jail setelah sebelumnya baca JDMP 2(maaf kak karena kak neti memang jail banget suka mainin perasaan reader) emang aq selalu salut ama kak neti yg mesti menyelipkan ilmu agama dalam tulisannya
2023-02-05
0
Adelia Rahma
dih musuh bebuyutan dak taunya cinta mati nantinya kmu ga gaa
2022-04-21
0
Happyy
😍😍
2022-03-09
0