Suara sirine ambulans meraung didepan kediaman pak Rahmat. Saat peti jenazah diturunkan, darah Najwa terasa berdesir seketika. Air matanya laksana air terjun, yang mengalir bebas dari pelupuk matanya. Andai imannya goyah, andai rasa malu sudah tiada, barang tentu dia akan menangis meraung untuk memeluk jenazah Affan terakhir kalinya.
"Apa peti jenazahnya bisa di buka pak? saya ingin melihat wajah anak saya untuk yang terakhir kalinya," ujar Intan pada petugas rumah sakit yang membawa jenazah Affan.
"Maaf bu tidak bisa. Jenazah sudah dimandikan dan juga kondisinya juga tidak memungkinkan. Kami harap ibu dan keluarga bisa bersabar dan mengikhlaskan beliau,"
Tangis Intan pecah, terlebih Najwa. mata wanita itu sudah membengkak, dengan suara yang sudah menghilang karena terlalu sering menangis.
Setelah pemuka agama datang, Peti jenazah pun dimasukkan kedalam rumah untuk di sholatkan. Setelah selesai, jenazah Affanpun dibawa masuk kembali ke dalam ambulans untuk segera di makamkan.
Prosesi pemakamanpun diadakan sesuai prosedur. Saat suara tembakkan udara di lepas, seseorang tiba dengan tergesa-gesa, bahkan nyaris tersungkur diantara nisan.
Intan dan Rahmat melihat kedatangan putranya yang sedikit datang terlambat. Langkah pria tampan itu sedikit goyah saat melihat peti jenazah sang adik, perlahan dimasukkan ke liang lahat.
Tes
Tes
Tes
Air mata Ega Dirgantara menetes seketika. Bayang-Bayang kebersamaannya dengan Affan begitu membekas di ingatannya. Namun tentu saja itu jarang terjadi, karena dirinya sibuk kuliah dan bekerja diluar kota. Dan penyesalan terdalam dirinya adalah, dirinya tidak bisa memeluk Affan untuk terakhir kalinya.
Dan dengan mata kepalanya sendiri, Ega harus menyaksikan adik laki-lakinya itu di kebumikan. Suara lembut Affan begitu terngiang ditelinganya, saat adiknya yang ta'at beribadah itu menasehati dirinya tentang pola hidup yang benar.
"Hikz..." tangis Ega pecah sembari memeluk Rahmat.
Ada rasa sesak yang tidak bisa Ega ungkapkan, mungkin karena dia tidak bisa melihat wajah Affan untuk terakhir kalinya.
Para pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman. Termasuk keluarga Rahmat. Hanya Ega yang masih ingin tinggal disana lebih lama, karena pria itu ingin mengungkapkan isi hatinya meskipun sedikit terlambat.
"Mas. Nana pulang ya? Nana janji akan mengunjungimu lagi. Kak," sapa Najwa pada Ega, namun sama sekali tidak di gubris oleh pria itu.
Najwa meninggalkan Ega sendiri. Dia teringat pesan Affan, kalau kakak iparnya itu temperamennya memang sedikit kurang baik. Pria itu juga cuek dan sedikit sombong.
"Affan. Banyak waktu yang kita buang selama ini. Mungkin lebih tepatnya, kakaklah yang selalu menyia-nyiakan kebersamaan keluarga. Andai waktu bisa di putar kembali, kakak lebih baik tidak lulus ujian, agar bisa memelukmu untuk terakhir kalinya. Hikz...." Ega kembali emosional dengan terisak di samping makan Affan.
"Kamu bahkan belum sempat mengatakan apa yang kamu inginkan untuk kado pernikahanmu, padahal kakak menunggu permintaanmu itu. Hikz...."
"Kakak minta maaf karena belum bisa menjadi kakak yang baik buat kamu. Kakak do'akan kamu tenang disana. Kakak percaya orang-orang sholeh dan mati karena jihad adalah penghuni surganya Allah, dan kamu salah satu orang yang beruntung itu."
"Sampai jumpa lagi adikku sayang, suatu saat kita pasti akan berkumpul lagi." Ega menyeka air matanya dan kemudian mencium pusara Affan untuk terakhir kalinya sebelum dia melangkah pulang.
Saat Ega pulang kerumah, rumah itu tampak ramai, karena malam ini akan diadakan tahlilan dirumah itu. Ingin rasanya Ega memasuki kamar Affan, tapi dia ingat kalau adiknya itu sudah menikah. Terlebih dari luar pintu dia mendengar Najwa tengah terisak.
"Nana masih nggak percaya mas ninggalin Nana begini. Apa yang harus Nana lakukan sekarang mas? aku nggak bisa kalau nggak ada kamu, Nana sudah terbiasa ada mas disamping Nana. Sekarang Nana bisa apa?"
Air mata Najwa merebak membasahi pigura Affan yang tengah tersenyum manis berseragam loreng. Hingga tidak terasa, lambat laun Najwa pun tertidur.
*****
Mata Najwa terbuka saat seseorang diluar pintu memanggil namanya. Suara itu tidak lain suara Intan sang ibu mertua.
Kriekkkkk
Dapat Intan lihat wajah kuyu Najwa, dengan mata yang bengkak. Intan mengusap puncak kepala menantunya itu, kemudian sedikit tersenyum untuk menghibur.
"Bersihkan dirimu, sebentar lagi magrib. Nanti akan ramai orang datang setelah isya."
"Iya ma." Jawab Najwa dengan suara yang menghilang.
"Kami jangan nangis lagi ya? suaramu sampai hilang begitu. Kalau Affan tahu, dia pasti tidak menyukai itu."
"Emm." Najwa menganggukkan kepalanya.
Meskipun perkataan Intan benar, tapi itu hal yang mustahil untuk Najwa lakukan. Duka dan luka yang dia rasakan saat ini sangatlah dalam, hingga dirinya sendiri tidak tahu kapan air matanya itu habis dan tidak mengizinkannya menangis lagi.
"Ya sudah kamu mandi sekarang, mama mau lihat persiapan konsumsi dulu," ujar Intan sembari mengusap punggung Najwa.
"Ya ma. Nanti nana nyusul," ucap Najwa.
Intan meninggalkan Najwa yang masih berdiri mematung di depan pintu. Hanya jarak beberapa meter, Ega terlihat berjalan sembari sibuk dengan ponselnya. Dan saat menyadari ada seseorang didepannya, Ega menegakkan kepalanya dan pandangan matanyapun bertemu dengan Najwa.
"Kak," sapa Najwa.
Diluar dugaan Najwa, Ega malah menatapnya dengan sinis. Entah apa yang dipikirkan pria itu, sehingga dirinya melihat Najwa dengan tatapan sedemikian rupa.
Ega kemudian membuang muka dengan kembali sibuk mengotak atik ponselnya. Pria itu berjalan hingga keujung lorong, untuk kembali masuk ke kamarnya. Kamar yang cukup aneh, karena pria itu tidak mengizinkan di ujung lorong itu di beri lampu untuk penerangan.
"Kak Ega kenapa ya? sepertinya dia tidak menyukaiku. Tapi salahku apa? apa karena aku dari keluarga sederhana?" batin Najwa.
"Tapi aku harus mengingat pesan mas Affan. Sifatnya memang begitu, aku tidak boleh mengambil hati atas sikapnya itu. Lagipula aku tidak akan berada disini sebentar lagi,"
Najwa kembali memasuki kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah selesai menunaikan kewajibannya, diapun menyusul Intan ke belakang untuk melihat persiapan tahlilan malam nanti.
Suasana tahlilan begitu khidmat, saat dilantunkan barisan ayat dan juga do'a-do'a yang orang-orang kirimkan untuk almarhum.
"Mas, aku berharap kamu melihat kesedihanku saat ini. Saat melihat orang-orang ini mendo'akan kepergianmu, tapi aku masih saja tetap tidak percaya kalau kamu sudah meninggalkan aku. Nana kangen kamu mas," batin Najwa yang kemudian air matanya kembali terjun bebas.
Sementara itu, di sebuah sudut seseorang tampak menatapnya dengan sinis dan penuh kebencian. Pria itu tampak tidak suka melihat Najwa menangisi adiknya sedemikian rupa.
Najwa bejalan gontai menuju kamarnya setelah acara tahlilan itu sudah usai, Namun sebelum membuka pintu kamar itu, Najwa melihat Ega berada di depan pintu kamarnya yang ada di ujung lorong. Dan seperti biasa, pria itu membuang mukanya saat bersitatap dengan Najwa.
Brakkkkk
Suara pintu di tutup dengan kasar, saat pria itu memasuki kamarnya. Najwa hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kemudian juga masuk ke kamar untuk beristirahat.
TO BE CONTINUE....🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
nesya
Ega itu knp kok bersikap tdk baik gitu pd adik ipar nya.
2022-12-05
0
Siti Muhtarom
karya mu selalu sukses bikin aku mewek😭😭😭 thor
2022-10-29
0
hìķàwäþî
wuah songong lu.. ntar dibikin bucin lo ma author.. br rasa dah
2022-09-30
0