Tak
Tok
Tak
Tok
Suara bising terdengar di kediaman Najwa saat ini. Para ibu-ibu dan bapak-bapak tengah sibuk membantu menyiapkan bahan makanan yang akan di masak untuk menu resepsi pernikahan esok hari. Sore ini, tepatnya 1 jam yang lalu, sudah dilaksanakan acara Ijab Qobul antara Najwa dan Affan. Dua sejoli itupun sudah resmi jadi pasangan suami istri.
"Ah...akhirnya kita bisa dipersatukan juga," ujar Affan yang kemudian berbaring diatas ranjang pengantin, yang tak lain adalah kamar pribadi milik Najwa.
"Maaf ya mas. Kasurku tidak seempuk yang ada dirumahmu," ucap Najwa.
"Kamu bicara apa. Mas tidak mempermasalahkan hal sepele seperti itu. Yang penting mas saat ini sangat senang, karena sudah menjadikanmu pengantin tercantik di dunia." ujar Affan. Mendengar itu Najwa tersipu malu.
"Mas. Kita masih harus keluar, di depan masih banyak tamu." ujar Najwa, saat Affan mendekatkan wajahnya, karena ingin mencium dirinya.
"Ah...ya kamu benar. Sepertinya mas harus bersabar hingga malam hari, takutnya kalau mas menyentuhmu sekarang, mas nggak bisa mengendalikan diri," ucap Affan sembari terkekeh.
"Ayo kita keluar lagi mas. Ntar tamu malah nyariin kita ke kamar lagi," Najwa kembali merapikan dandanannya sembari menatap sebuah cermin yang berukuran lumayan besar.
Kedua sejoli itu kembali keluar kamar setelah sempat meluruskan pinggang sejenak. Dan benar saja, para tamu yang hadir bergantian , tengah menanti untuk melihat penampilan pengantin yang di pajang di pelaminan kecil dalam rumah Najwa.
Warga yang melihat sejoli itupun kasak kusuk, memuji kecantikan dan ketampanan mereka.
"Darimananya kau? sabarlah, belum malamnya ini, apa tadi kalian membuat cicilan?" bisik Butet namun masih bisa didengar oleh Affan.
Pria itu hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum yang tipis, saat mendengar ucapan sahabat dari istrinya itu.
"Husstttt...jangan keras-keras ngomongnya, nanti didengar orang," ujar Najwa sembari memberi isyarat dengan jari telunjuknya.
"Sudah pelannya itu suaraku," ucap Butet.
"Tapi kawan. Kau terlihat sangat cantik hari ini, beruntungnya kacang ijo dapatin kau," sambung Butet.
"Kamu benar. Aku memang beruntung dapatin dia," timpal Affan.
"Sudahlah, kalian ini sangat nyambung kalau bicara ngawur. Pasang wajah serius, orang-orang sedang memperhatikan kita," ujar Najwa.
"Kau mau jadi manten, apa sedang ujian skripsi? serius kali," ucap Butet.
Affan mengulum senyumnya, pria itu cukup terhibur mendengar banyolan dari sahabat istrinya itu.
Hari sudah mulai senja, para tamu sudah berangsur berkurang. Meskipun saat malam menjelang, tamu masih bergantian datang. Tapi tidak lagi seramai waktu siang hari.
"Mas mau mandi? ini sudah Nana siapkan handuk bersih untukmu," tanya Najwa.
"Terima kasih." Jawab Affan sembari meraih handuk dari tangan Najwa.
Najwa memang sudah mandi lebih dulu, diapun sudah berganti pakaian dengan piyama panjang tanpa motif. Dan seutas jilbab berwarna hitam bertengger di kepalanya.
Hampir 15 menit Affan membersihkan diri, dan masuk kembali kedalam kamar. Pria itu terlihat segar setelah mandi dan berganti pakaian santai.
"Sayang. Haruskah setelah sah menjadi suami istri, jilbabmu itu masih kamu pakai?" tanya Affan.
"Eh?"
"Ini kan di dalam kamar, aku juga sudah sah menjadi suamimu. Seharusnya tidak masalah kan aku melihat mahkotamu itu?" tanya Affan.
"I-Iya mas. Maaf hanya saja Nana belum terbiasa." Jawab Najwa.
"Kemarilah! biar mas menjadi pria pertama yang melepas jilbabmu itu. Mas mau melihat sendiri kecantikan yang istri mas milikki," ujar Affan yang membuat Najwa jadi tersipu malu.
Najwa kemudian perlahan mendekati Affan yang tengah duduk di tepi tempat tidur.
"Mas buka ya?" tanya Affan.
"Emm." Najwa menganggukkan kepalanya.
Affan perlahan menarik jilbab Najwa, dan menarik gulungan rambut istrinya, hingga rambut hitam legam dan panjang milik Najwa tergerai indah.
"Cantiknya," ujar Affan.
Mendengar pujian itu, Najwa tersipu malu.
"Sayang. Ini adalah malam pertama kita, bolehkah mas meminta hak mas sekarang?" tanya Affan.
"Eh?"
"Kenapa ekspresimu begitu? jangan bilang kamu ingin mengatakan kalau kamu juga tidak terbiasa," ujar Affan terkekeh.
"Bu-Bukan begitu mas. Tapi ada hal lain yang membuat kita harus menunda malam pertama kita." Jawab Najwa.
"Kenapa? kamu...."
"Ya mas. Barusan Nana baru dapat tamu bulanan." Jawab Najwa tersipu.
Plakkk
Affan menepuk dahinya sembari menjatuhkan diri dengan posisi tubuh tertelentang.
"Apesnya aku," ujar Affan. Sementara Najwa hanya senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Affan.
"Jadi apa yang bisa kita lakukan malam ini?" tanya Affan.
"Tidak ada. Sebaiknya kita tidur dan beristirahat . Besok masih ada acara resepsi bukan? dan lusa acara ngunduh mantu dirumah mas. Nana jadi bingung, kenapa acara ngundu mantu diadakan begitu cepat?" tanya Najwa.
Affan terdiam. Dirinya memang belum menceritakan tentang dirinya yang akan bertugas untuk mengamankan perbatasan sebuah kota yang tengah terjadi bentrok karena perebutan sebuah wilayah. Affan bingung harus memberikan penjelasan seperti apa pada Najwa, karena dirinya merasa tidak tega untuk mengatakannya sementara mereka baru saja menikah alias masih jadi pengantin baru.
"Mas? kok malah melamun sih?" tanya Najwa.
Affan tersadar dari lamunannya dan menatap wajah istri cantiknya.
"Apa sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan tentang kepergianku?" batin Affan.
"Tapi bagaimana kalau Najwa bersedih dan murung? tapi kalau aku tidak mengatakan secepatnya, dan tiba-tiba saja aku pergi tanpa pemberitahuan sebelumnya, Najwa pasti akan bertambah sedih dan kecewa."
"Mas. Ada apa? sepertinya mas sedang ada yang dipikirkan? kalau ada yang mau mas bagi denganku, Nana siap mendengarkan keluh kesah mas," ujar Najwa.
"Sayang. Apa pendapatmu tentang mas yang seorang Tentara negara?" tanya Affan.
"Tentu saja menjadi seorang Tentara adalah pekerjaan mulia. Bagiku tugas melindungi negara bukan hanya tugas Tentara saja, tapi tugas seluruh lapisan masyarakat. Tapi dengan mas yang seorang Tentara, pasti memiliki beban tersendiri yang harus di pikul. Dan beban itu merupakan suatu kebangggaan bagi kami yang memilikimu," ujar Najwa.
"Artinya kamu paham tugas kami sebagai abdi negara. Setiap ada panggilan bertugas, kapanpun dan dimanapun kami di butuhkan, kami harus bertugas sesuai perintah."
"Ya mas, Nana paham." Jawab Najwa.
"Sayang. Itulah alasan kenapa ngundu mantu di rumah mas dipercepat, karena di hari ke 4 pernikahan kita, mas mendapat tugas untuk mengamankan sebuah perbatasan yang ada di kota JP. Disana tengah terjadi bentrok perebutan wilayah, dan kami bergantian menerima tugas disana."
"Jadi hari ke 4 pernikahan kita, giliran mas yang ditugaskan kesana?" tanya Najwa.
"Ya. Kamu tidak keberatan kan?"
Najwa menghela nafas panjang, kemudian menatap mata suaminya dengan intens.
"Bohong sekali kalau Nana bilang tidak sedih dan tidak keberatan. Tapi bukankah itu menjadi suatu keharusan? Nana percaya, kalau Nana ikhlas, pasti akan mendapat berkah. Nana akan selalu mendukung mas, jika memang pekerjaan itu positif." Jawab Najwa.
Affan tersenyum. Diluar dugaannya Najwa malah tampak lebih tegar dari yang dia bayangkan.
"Kemarilah! meskipun kita tidak jadi melakukan malam pertama, tapi mas ingin memelukmu semalaman malam ini," ujar Affan.
Najwa mendekati Affan dan berbaring dilengan kekar suaminya.
"Rambutmu wangi," ujar Affan sembari mencium puncak kepala Najwa.
Najwa sangat menikmati saat-saat kemesraan itu. Meskipun malam itu mereka hanya saling memeluk satu sama lain sepanjang malam.
TO BE CONTINUE ...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hìķàwäþî
firasat gw mngatakn mrk akan berpisah gr2 author
2022-09-30
0
Nanda Lelo
mulai deh ini menjurus k judul
2022-09-12
0
Adelia Rahma
dari judulnya ku tau bahwa nn di tgl dlm keadaan masih besegel..dan kk nya yg gantikan dia jadi suami Najwa
2022-04-21
0