Najwa menelan ludahnya sebelum mulai membaca isi surat itu dalam hati. Entah mengapa dirinya mendadak seolah Affan turut hadir bersama surat itu.
"Sayangku...apa kabarmu. Hem? mas harap kamu baik-baik saja. Saat kamu menerima surat ini, mas pasti sudah berada sangat jauh. Mas harap kamu jangan sedih ya?"
Najwa meraih tisu yang diberikan Intan padanya, karena air matanya sudah tumpah ruah sejak pertama kali membaca awal kalimat yang Affan tulis.
"Suatu hari nanti, kita pasti akan bertemu lagi. Mas tunggu kamu di taman surganya Allah. Mas mau kamulah yang menjadi bidadari surganya mas nanti, itupun jika Tuhan menghendaki. Tapi mas tahu perjalanan hidupmu masih sangat panjang, waktu yang kita habiskan selama 9 tahun akan ada orang yang menggantikan mas selama puluhan tahun. Tentu kamu akan lebih memilih menjadi bidadari surganya pria itu dibandingkan dengan mas. Hehehe...mas nulisnya udah ngawur, udah melenceng dengan tujuan mas nulis surat ini
Sayang...apa kamu mau menuruti permintaan mas? jangan pernah kamu menganggap mas melakukan ini karena menganggapmu seperti mainan atau bola, yang sesuka hati mas melemparmu dan memberikanmu pada orang lain. Kamu begitu berharga bagiku, aku sangat sayang dan juga mencintaimu. Tapi jika kamu mau menuruti permintaanku, maka mas akan tenang disini.
Sayang...menikahlah dengan kak Ega. Bantu mas membimbing dia kejalan yang benar. Mas sangat menyayangi kak Ega. Kata yang tak pernah mas ucapkan padanya, tapi mas benar-benar sangat menyayanginya. Kalau kak Ega bersamamu, mas bisa tenang menitipkan dia padamu. Mas ingin dia jadi orang yang lebih baik, meskipun sebenarnya dia itu orang yang sangat baik. Hanya saja suka salah memilih pergaulan.
Mas tidak akan memaksa, karena hidupmu hanya kamu sendiri yang bisa mengukur kebahagiaanmu seperti apa. Jangan terpengaruh dengan isi surat ini, jika memang kamu tidak bisa menerima dia sebagai suamimu. Kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri. Tapi memang, sejujurnya mas tetap akan bahagia jika seandainya kamu menikah dengan kak Ega.
Sudah dulu ya sayang...dari mas yang selalu mencintaimu.
Kali ini tangis Najwa benar-benar pecah, hingga Intan terpaksa memeluk Najwa untuk menenangkan Wanita itu. Najwa benar-benar merasa seolah Affan ikut hadir bersama surat itu, dan dia sangat merindukan pria itu.
"Kendalikan dirimu sayang. Kenapa? apa isi suratnya membuatmu sangat sedih. Hem?" tanya Intan sembari mengusap-usap punggung Najwa.
"Kenapa mas Affan ninggalin Nana secepat ini ma. Nana masih belum bisa ikhlas. Hikz...." Najwa terisak.
"Hustttt...kamu nggak boleh bicara seperti itu. Ini semua sudah ketentuan Allah," ujar Intan.
"Sekarang hapus air mata kamu, kita semua mau mendengar keputusan kamu setelah membaca surat wasiat itu," sambung Intan.
Intan kembali meraih selembar tisu yang ada diatas meja. Kemudian menyerahkannya pada Najwa. Najwa kemudian meyeka air matanya dan duduk sempurna dengan mata yang sudah sangat sembab.
"Jadi bagaimana keputusanmu ndok? apa kamu setuju menikah dengan Ega?" tanya Rahmat.
Najwa kemudian berdiri dan menghampiri kearah Sumirah dan Suratmo yang duduk berdampingan. Najwa kemudian menjatuhkan lututnya dan bersimpuh di depan kedua orang tuanya.
"Buk'e, pak'e. Apa kalian ridho, kalau Nana menikah kembali dengan kak Ega?" tanya Najwa.
Belum sempat menjawab, tangis Sumirah pecah sembari memeluk putrinya itu. Tidak jauh berbeda dengan Sumirah, Suratmo jadi ikut terharu dan meneteskan air mata.
Sumira kemudian melerai pelukkannya, dan memegang kedua sisi wajah putrinya itu.
"Semua keputusan ada ditanganmu ndok. Mak'e setuju apapun dengan pilihanmu," ujar Sumirah.
"Iyo ndok. Pak'e juga merestui kalau kamu memang mau melepas status jandamu secepat ini. Itu lebih baik daripada menimbulkan fitnah toh?"
Najwa mengangguk sembari tersenyum, Najwa kemudian kembali menyeka air matanya dan duduk kembali ketempat duduknya.
"Kamu nggak usah khawatir ndok. Jangan karena merasa tidak enak hati sama papa dan mama, kamu jadi tidak enak untuk menolak. Ingatlah kata-kata papa, tidak seorangpun boleh memaksamu kalau kamu memang nggak mau menikah dengan Ega."
"Iya nak. Meski mama senang kamu bisa menjadi menantu mama lagi, tapi mama juga tidak ingin kalau kamu tidak bahagia menerima pernikahan ini. Mama akan bahagia, kalau kamu juga bahagia," timpal Intan.
"Apa Nana benar-benar masih diterima di keluarga mama?" tanya Najwa.
"Tentu saja nak. Apa kamu tahu? kamu itu bagi mama menantu idaman." Jawab Intan.
Najwa kemudian melirik kearah Ega, yang juga menatap kearah dirinya.
"Ya Tuhan...apa aku harus menuruti permintaan mas Affan? menikahi pria di seberang tempat dudukku ini, seperti aku merasa akan menikah dengan harimau," batin Najwa.
"Sial. Kenapa aku merasa gugup ya? kenapa aku bisa punya perasaan, akan kecewa kalau dia sampai menolakku?" batin Ega.
"Bukankah menikah itu ibadah? kalau aku menikah dengannya, maka akan banyak pahala yang bisa kudapat. Mas Affan ingin aku merubah dia jadi orang yang lebih baik. Apa sebaiknya aku coba saja? tapi kesannya aku mempermainkan sebuah pernikahan. Lagipula dia tidak menyukaiku, jadi dia tidak mungkin mau menyentuhku. Kejadian itu terjadi karena dia sedang tidak sadar, buktinya saat sadar dia seperti seekor harimau," batin Najwa.
"Jadi bagaimana ndok? apa keputusanmu? apa kamu setuju menikah dengan Ega?" tanya Rahmat.
"Apa Nana boleh bicara 4 mata dengan kak Ega?" tanya Najwa.
"Tentu." Jawab Ega santai.
Najwa kemudian berdiri dan Ega mengekor dibelakang Najwa menuju depan rumah wanita itu.
"Beri Nana alasan. Kenapa kak Ega setuju dengan isi wasiat itu?" tanya Najwa tanpa melihat kearah Ega.
"Jawabannya cukup simpel. Karena aku ingin menepati janjiku sebelum dan sesudah Affan meninggal." Jawab Ega.
"Alasan lainnya?" tanya Najwa.
"Oh...ayolah Najwa, kamu tidak berpikir kalau aku menyukaimu kan? kamu kan tahu, kalau kamu itu bukan tipeku?"
"Lalu kenapa kakak setuju kalau begitu?"
"Kamu tidak tuli kan? sudah ku bilang, itu karena aku ingin menepati janji." Jawab Ega.
Najwa menghela nafas panjang, Najwa kemudian menatap kearah Ega sehingga pria itu mendadak gugup. Ega akui penilaiannya selama ini salah besar, setelah Ega melihat Najwa lebih dekat. Najwa tidak hanya cantik di matanya, tapi tatapan matanya begitu menenangkan.
Setelah melihat Ega, Najwa tiba-tiba masuk tanpa mengucapkam apapun lagi pada pria itu Yang membuat pria itu sedikit bingung, dan kembali mengekor dibelakang Najwa.
"Cepat sekali berundingnya," ujar Intan.
Yang dibalas senyuman oleh Najwa. Ega terlihat duduk kembali dengan tenang.
"Jadi bagaimana ndok? apa sudah ada keputusannya? kalau kamu memang mau menunda, atau sholat istikharah juga tidak masalah. Tidak usah terburu-buru saat memutuskan hal ini," tanya Rahmat.
"Nggak pa. Nana sudah punya keputusan sendiri. Dan Nana tidak ragu sedikitpun," ujar Najwa.
"Lalu apa keputusanmu?" tanya Rahmat.
Deg
Deg
Deg
Ega tidak tahu kenapa dia mendadak gugup ditolak. Karena sepanjang sejarah percintaannya, tidak sekalipun dia pernah di tolak oleh wanita.
To be continue...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hìķàwäþî
kl gt.. g jd tenang dong kl g mau nikah ma ega..
2022-09-30
0
hìķàwäþî
dr mn dy tau dy bkl tenang? urusan dunia ga akan kepikir lg ma yg di akhirat.. dy ga akan tenang atw rusuh.. urusan duniawi dy aj yg jd urusannya
2022-09-30
0
Samsuna
masih sedih aku 😢😢😢
2022-06-28
0