"Loh kamu mau kemana?" tanya Intan yang melihat Ega kembali menyeret sebuah koper.
"Seperti kata ku kemarin, Ega mau kembali ke kota J ma. Ega sudah mulai masuk kerja ini." Jawab Ega.
"Ingat! tiga bulan lagi kamu harus pulang, kita harus memastikan rencana pernikahan itu," ucap Intan.
"Urusan seperti itu Ega rasa nggak perlu ikut andil lah ma. Ega ini kerja, nggak bisa seenaknya minta libur. Nanti kalau dia setuju menikah denganku, aku tinggal datang saja saat pernikahan kami." Jawab Ega.
"Awas saja kalau kata-kata kamu nggak bisa di pegang. Jangan buat malu, mama nggak akan anggap kamu anak kalau kamu sampai buat malu. Dan satu lagi, berhenti bermain-main diluar sana. Sekarang kamu sudah punya tunangan, jadi kamu harus fokus dengan masa depan kamu saja." ujar Intan.
"Iya mamaku yang cantik. Sekarang biarkan anakmu ini pergi, kalau sampai hari ini aku gagal pulang lagi, alamat putra tampanmu ini akan jadi pengangguran sejati," ucap Ega.
"Kamu benar-benar mau kembali?" tanya Rahmat yang baru muncul dengan pakaian kebunnya.
"Iya pa. Ega harus kerja." Jawab Ega.
"Ya sudah, hati-hati. Ingat, jangan lupa pulang saat pernikahanmu nanti. Kamu harus bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah kamu ambil," ujar Rahmat.
"Bagaimana kalau Najwa yang berubah pikiran pa?" tanya Ega.
"Kalau seperti itu bukan salah kamu lagi. Kamu bisa bebas dari tanggung jawabmu itu." Jawab Rahmat.
"Baiklah Ega mengerti," ujar Ega.
"Ega pamit dulu ya pa, ma?" Ega kemudian mencium tangan kedua orang tuanya secara bergantian.
Tukang ojek langgannan tiap kali Ega pulang dan minta di antar ke kota S, sudah tiba. Kediaman Ega memang berada disalah satu kabupaten kota S. Itulah sebabnya dia harus ke kota S dulu, agar bisa kembali ke kota J dengan menggunakan pesawat. Dan jarak yang harus ditempuh sampai ke bandara lumayan jauh, bisa memakan waktu hingga 2 jam lebih.
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh, Ega tiba di bandara dan segera melakukan pengecekan tiket yang sudah dia beli secara online. Setelah itu dia segera melakukan boarding pass dan duduk tenang di ruang tunggu. Setelah menunggu beberapa saat, barulah pesawat yang dia tumpangi mengudara.
Sementara itu di tempat berbeda, Butet dan Najwa berdebat tentang rencana Najwa yang ingin naik ranjang.
"Bah...bagaimana ceritanya kamu jadi kawin dengan kakaknya Affan?" tanya Butet sembari menggebrak meja.
"Apaan sih Butet. Kebiasaan banget deh bikin orang jantungan. Ya tapi itu belum pasti juga, aku kudu mikir ulang ini." Jawab Najwa.
"Kenapa? aku lihat juga pas waktu ngelayat. Parasnya alamak jang, ganteng kali. Macam orang timur tengah dia, lihat dia bawaannya ingat kasur aja. Beruntung kali kau dapat dua kakak beradik itu. Yang satu macam opa-opa Korea, yang satu macam orang Turki. Hoki kali lah kau," ujar Buter panjang lebar.
"Ngomong apa sih Butet. Aku juga kalau nggak mikir isi surat wasiat itu juga ndak mau. Kamu ndak tahu saja si Ega itu bagaimana," ucap Najwa.
"Lah kenapa dia? kulihat kalem dia orangnya. Tatapan matanya itu bikin para gadis meleleh," ujar Butet sembari meletakkan kedua tangannya di kedua sisi wajahnya.
"Lilin kali ah meleleh. Pokoknya dia itu berbeda dengan mas Affan. Sangat-Sangat bertolak belakang. Galak banget orangnya," ucap Najwa
"Kau ini tidak mengerti nilai seni dari laki-laki. Justru kalau pria galak, biasanya lebih jantan, lebih garang saat ditempat tidur. Macam harimau gitu...aummmm..."
Najwa menepuk dahinya. Kalau berbicara dengan butet dirinya serasa ingin segera taubat nasuha. Tingkat kemesuman sahabatnya itu sudah tingkat akut alias tak tertolong lagi.
"Eh...kenapa rupanya? sekarang saja kau sok nggak mau, kau boleh iris ini aku punya telinga. Pria macam si Ega itu macannya kasur itu, hati-hati kau nanti, bisa dibuat nggak tidur semalaman oleh dia." sambung Butet.
"Butet. Bisa nggak kalau ngomong nggak usah bahas kasur terus? sana nikah sama bang ucok, biar otakmu itu nggak bermasalah lagi," ucap Najwa.
"Itulah kau tidak tahu penderitaan temanmu ini. Akupun tak sampai hatinya bercerita sama kau tentang masalahku ini, karena kurasa masalahmu itu lebih gawat," ujar Butet yang tiba-tiba berwajah mendung.
"Bisa juga kamu memperlihatkan ekspresi seperti itu. Seperti orang sedang putus cinta saja," ucap Najwa sembari terkekeh.
"Memang betul aku sedang putus cinta." Jawab Butet.
"Loh kenapa? katanya bang Ucok sudah janji akan menikahimu," tanya Najwa.
"Ah...pria jaman sekarang biasanya obral janji. Seharusnya kalau tidak ingin menikahi, tidak usah membuang waktuku. Bajingan itu ternyata berselingkuh dengan teman kantornya, mana cantiklah itu sainganku."
"Masak sih?" Najwa terkejut.
"Iya. Aku juga kalah dari segi karier. Sainganku itu sudah PNS, sementara aku masih gini-gini aja. Kalah saingan aku jadinya," ujar Butet.
"Sabar. Anggap saja dia bukan jodohmu, ambil sisi positifnya saja. Coba kalau dia selingkuh setelah kalian menikah? itu akan lebih menyakitkan lagi. Lagipula sudah jodohpun belum tentu lama, contohnya aku. Belun nikah seminggu, sudah jadi janda,"ucap Najwa.
"Jadi bagaimana keputusanmu? apa kamu masih ingin menjalankan amanat itu?" tanya Butet.
"Tidak tahu, lihat saja nanti. Lagian bang Ucok jadi mengingatkan aku tentang dia," ujar Najwa.
"Apanya?" tanya Butet.
"Itu, tukang mempermainkan perasaan wanita."
"Jangan asal. Darimana kau tahu dia begitu? dia kan kerja diluar kota, kalian serumah cuma satu minggu. Darimana kau tahu kalau di playboy?" tanya Butet.
"Dari mas Affan. Apa kamu tahu? tujuan surat wasiat itu salah satunya mas Affan ingin aku membimbing Ega, agar jadi orang yang lebih baik. Tapi kalau melihat perangainya, sepertinya aku nggak bakalan sanggup deh."
"Amanat yang mulia itu. Belum apa-apa kamu sudah kalah sebelum berperang. Siapa tahu lama bersama, dia bisa jatuh cinta beneran sama kau,"
"Jatuh cinta apaan? aku sama sekali tidak menyukai dia. Lagian dia juga sudah punya pacar. Dia bilang sendiri kalau aku ini bukan seleranya dia. Huu...kamu tidak tahu saja, bagaimana sombongnya pria itu. Seolah dia itu orang yang paling tampan di dunia," ucap Najwa.
"Ya sudahlah...apapun itu, aku mendukung apapun keputusanmu. Tapi entah mengapa aku merasa, hubunganmu dengan dia malah bakal lebih awet, seawet mummy," ujar Butet sembari terkekeh.
"Huuu...boro-boro awet. Bahkan aku nggak mau natap wajahnya lebih dari 5 detik."
"Bolehkah aku kasih saran?" tanya Butet.
"Apa?"
"Lebih baik kamu terima saja pernikahan itu, minimal kau sudah membuat Affan senang disana. Kau bilang kalian tidak saling mencintai, barang tentu dia tidak akan menyentuhmu. Kalau ditengah perjalanan kau menyerah, tentu kau juga tidak dirugikan bukan? yang penting kalian sama-sama menjalankan amanat itu dulu,"
Najwa terdiam. Dian mencerna ucapan Butet. Dan dia membenarkan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Diapun memutuskan akan mencobanya seberapa dia sanggup menjalaninya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nanda Lelo
bah,, kalau putus tengah jalan ,, manjanda dua kali lah si Najwa itu Butet,, cam mana la kau ni,,
masa si Najwa menjanda ,, suami ny kakak beradik,,
do'akan awet aja lah pernikahan kawan kau tu Butet,,
2022-09-12
0
Beldha Loundry
kalo gk cocok bs menjanda lagi dong najwa
2022-06-13
0
Andi Salsabila Ilmi
butet aku padamu
2022-05-15
0