Sumirah menyusul suaminya kedalam, karena dia tahu pasti apa yang akan di perbuat suaminya itu.
"Ndak ada duitnya pak. Duitnya udah buk'e pake buat belanja tadi pagi," ujar Sumirah saat melihat suaminya sedang melihat disetiap selipan dompet yang tampak tidak terlihat uang disana.
Suratmo melempar dompet kosong itu ke lantai. Tanpa banyak bicara, dia kembali keluar kamar dan menghampiri Najwa yang tengah menikmati makan siangnya.
"Bagi duitmu ndok," ujar Suratmo.
"Ndak ada Pak. Aku belum gajian, gajiannya tiga bulan lagi. Kan uang gajih Nana, Pak'e ambil semua seminggu yang lalu?" Jawab Najwa.
"Kamu ndak ikhlas ngasih pak'e mu?" tanya Suratmo.
"Siapa yang ikhlas pak, la wong duitnya di pake buat ngadu ayam tiap hari. Mbok yo eling to pak? wes tuwek sampeyan iku. Minggu depan Anakmu nikah, isin karo mantumu," Sumirah memotong ucapan Najwa yang hendak menyahuti Suratmo.
"Ndak mau ngasih ya ndak apa-apa, tapi ndak usah pakek ceramah," ujar Suratmo yang kemudian keluar kembali sembari membawa ayam aduannya.
"Ya begitu itu bapakmu itu ndok. Wes tuwek tapi ora eling," ujar Sumirah bersungut-sungut.
"Sudah buk'e. Malu di dengar tetangga," ujar Najwa yang langsung menyudahi acara makan siangnya.
"Untungnya di desa ini pakai sistem kekeluargaan. Bu'e ndak mumet lagi mikirin makanan apa yang harus bu'e buat untuk acara ijab qobulmu nanti. Kalau semua bahannya dari kita, duitnya darimana? buk'e ndak sempat nyimpan duit. Meski bu'e simpan di gulungan ******, pak'e mu itu jago nyarinya, pasti ketemu." ucap Sumirah yang menumpahkan semua kekesalannya.
"Wes toh buk'e. Malu di dengar tetangga," ujar Najwa.
Karena kesal, Sumirah jadi menangis. Melihat hal itu Najwa mendekati ibunya dan duduk disebelah wanita parubaya yang berprofesi sebagai tukang jahit itu.
Sumirah merapikan peralatan jahitnya, sembari menyeka air matanya.
"Seharusnya dulu aku mendengarkan kata-kata mbah mu, agar bercerai dari pak'e mu tapi...."
"Buk'e nyebut! ndak boleh ngomong begitu," ujar Najwa.
"Tidak ndok. Biarkan hari ini buk'e menumpahkan semuanya, biar kamu juga mendengar dan jadikan pengalaman dalam rumah tangga mu nanti," ujar Sumirah berapi-api.
"Judi itu sudah seperti penyakit. Kamu lihat pak'e mu, kebiasaan dari muda sampai terbawa-bawa ke usia tua. Padahal kulit juga sudah bauk balsem, tapi masih juga ndak eling. Tiap hari ngelusi ayam, buk'e saja jarang di elus. Tapi heran kalau tidur ndak mau satu kandang dengan ayam kesayangannya itu, masih mau tidur sama buk'e."
Najwa mendengarkan keluh kesah Sumirah yang sudah terdengar ngalor ngidul.
"Kamu nanti kalau sudah menikah, harus pandai jaga diri, jaga sikap. Jangan kayak pak'e mu itu, mesti depan mertua saja masih yang di elus ayam'e. Kamu dengar ndak buk'e ngomong?" tanya Sumirah dengan emosi.
"Iya buk'e, Nana dengar. Apa masih ada lagi yang mau buk'e luapkan?" tanya Najwa.
Meski sejujurnya Najwa sedikit bosan mendengar keluh kesah Sumirah, sebab pembahasan itu sudah puluhan kali di ulang terus menerus, bahkan sejak dirinya masih duduk di sekolah dasar dulu. Tapi Najwa tahu, Sumirah tipe orang yang curhatannya minta di dengarkan, meskipun yang mendengarkan tidak bisa memberi solusi apapun.
"Kamu temui lagi bude Laras. Pastikan lagi baju pengantinmu, tanyakan dengan pasti harganya. Bilang, kita belum bisa kasih DP dulu. Uangnya akan dibayar langsung saat nerima amplop nanti," ujar Sumirah.
"Iya. Nanti sore Nana akan temui bude Laras, sekarang Nana mau mandi dulu, gerah belum mandi dari pagi."
"Astaga ndok? jadi kamu ngajar tadi ndak mandi toh? owalahh...ndok-ndok, jangan kamu bawa kebiasaanmu itu di tempat mertuamu, ngisin-ngisini."
"Yo ndak toh buk'e. Tadi itu karena darurat, terpaksa karena telat bangun."
"Yo wes, mandi sana!"
Najwa pun masuk ke kamarnya untuk mengambil handuk. Setelah itu dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Disisi lain, Affan yang tengah beristirahat menerima panggilan telpon dari kakaknya yang sedang melanjutkan kuliah di luar kota.
"Kamu jadi nikah minggu depan?"
"Iya kak. Apa kakak benar-benar tidak bisa hadir?" tanya Affan.
"Kakak benar-benar minta maaf padamu Fan. Bukannya kakak tidak ingin hadir, tapi ditanggal pernikahanmu, kakak benar-benar sedang mengadakan ujian akhir. Tapi kakak akan menberikanmu restu untuk menikahi buk guru yang kamu bilang sangat cantik itu."
"Tapi rasanya aneh saja kalau keluarga kita tidak lengkap di hari penting seperti itu."
"Kamu tenang saja. Di hari ke tiga kakak akan pulang dan membawa hadiah pernikahan untukmu. Katakan! kamu mau minta apa?"
"Sungguh kakak akan mengabulkan apapun yang aku minta?" tanya Affan.
"Tentu saja. Aku janji akan mengabulkan semua permintaanmu tanpa terkecuali. Anggap saja itu untuk menebus rasa bersalahku karena tidak bisa hadir ke pernikahanmu "
"Baiklah. Aku akan mengatakannya setelah kakak datang,"
"Kenapa tidak kamu katakan sekarang? mumpung kakak berada di kota besar,"
"Tidak. Aku mau memikirkannya dulu sebelum memintanya."
"Ya baiklah, pikirkanlah matang-matang. Asal jangan kamu memintaku naik baling-baling pesawat saja." Affan terkekeh mendengar banyolan kakaknya itu.
"Sayang. Mandilah! air hangatmu sudah kusiapkan," ujar seorang wanita setengah berteriak.
"Kakak siapa lagi itu? ckk...kakak habis tidur dengan siapa lagi?" tanya Affan.
"Kakakmu ini sangat tampan, jadi para gadis mengantri untuk ku tiduri."
"Hati-Hati meniduri gadis yang nggak bersegel. Takutnya bawa bibit penyakit. Lagian, kakak harus mulai memikirkan masa depan yang serius dengan seorang gadis," ujar Affan.
"Akan kakak pikirkan nanti. Sekarang kakak mau puas-puasin dulu, ntar kalau sudah nikah belum tentu bisa kayak gini lagi."
"Kakak kalau ngomong suka ngasal. Jangan suka bermain-main dengan perasaan wanita, cukup satu saja nggak habis-habis kok."
"Mana bisa kakak seperti kamu. Kakak sudah membayangkan, pacaran 9 tahun pasti sangat membosankan. Apa kamu tidak bosan melihat wajah yang sama dalam waktu 9 tahun, terlebih sudah kamu pegang, kamu cium, bahkan sudah kamu lubangi."
"Hussttt...bahasa kakak nggak enak banget di dengar. Calon istriku bukan gadis seperti itu, kakak nggak akan percaya kalau aku bilang 9 tahun pacaran, tapi kami nggak pernah berpegangan tangan, apalagi mau begituan?"
"Emang nggak percaya. Hari gini gitu? kamu kalau bohong, jangan bohongi kakak, sana bohongi bocah SD,"
"Ya sudah kalau nggak percaya. Apa boleh aku kasih nasehat untuk kakak?" tanya Affan.
"Berhentilah berpetualang yang tidak jelas begitu. Carilah gadis baik-baik yang bisa kakak nikahi. Percayalah, hubungan yang halal itu sangatlah menyenangkan. Kalau ada gadis seperti Najwa, aku akan mengenalkannya padamu."
"Kalau begitu kenapa tidak Najwa saja yang kakak nikahi?"
"Enak saja. Najwa hanya milikku, nggak bisa ku bagi dengan orang lain. Kecuali aku mati,"
"Husttt...jangan ngomong sembarangan,"
"Aku cuma bercanda," ujar Affan terkekeh.
"Ya sudah, aku ucapkan selamat untukmu. Kakak do'akan semoga hubunganmu langgeng, jangan lupa beritahu kakak apa yang akan kamu minta nanti ya?"
"Oke baiklah playboy." Jawab Affan yang disambut tawa oleh kakaknya itu.
Affan mengakhiri panggilan itu, dengan sisa senyum dibibirnya.
TO BE CONTINUE...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nanda Lelo
langit n bumi bgt adek ma Kakak 🤣
btw kyknya kakaknya Affan yg bakal jadi jodohnya Nana deh y 🤗
2022-09-12
0
Maskanah Ay
mantap
2022-04-21
0
Sweet Girl
jok Sampek kebablasan kak.....
untung sekali si bapak punya anak Sholihah, walau kelakuan bapakny minus.
2022-04-20
1