Ega yang mengekor di belakang Najwa tampak larut dalam pemikirannya sendiri.
"Dia mau kemana? apa dia mau pulang kerumahnya? tapi kenapa? apa itu karena kejadian tadi? atau dia memang ingin pulang?" batin Ega.
Intan yang tengah berbincang diruang tamu dengan Rahmat, mendadak berdiri seketika saat melihat Najwa menyeret koper besarnya.
"Najwa? kamu mau kemana nak?" tanya Intan sembari mendekati Najwa.
Dan keterkejutan itu belum juga sirna, kini matanya melotot saat melihat Ega yang berada di belakang Najwa melakukan hal serupa.
"Kalian ini mau kemana? kok bawa koper segala? kalian mau liburan bersama?" tanya Intan.
"Eh?" Najwa terkejut saat mendengar kata mertuanya.
"Kalau mau liburan bersama, sebaiknya kita liburan sekeluarga saja. Mungkin dengan begitu, kita bisa menjernihkan pikiran," sambung Intan.
"Ma-Mama," Najwa tiba-tiba berhambur kepelukkan Intan.
"Ada apa. Hem?" tanya Intan.
"Nana mau pamit pulang ma. Nana pamit pulang untuk selamanya." Jawab Nana sembari menitikkan air mata.
Mendengar itu jelas Intan sangat terkejut. Air matanyapun langsung merebak.
"Ka-Kamu kenapa harus pulang? kenapa tidak tinggal disini saja? mama baru kehilangan affan, apa mama harus kehilangan kamu juga?"
"Ma-Ma jangan bicara seperti itu. Nana tetap jadi anak mama kok, tapi situasinya sekarang sudah beda ma. Lambat laun Nana juga harus pergi kan?" Najwa terisak.
"Ma. Kendalikan diri mama. Apa yang Najwa katakan memang benar. Tidak mungkin kita menahannya dirumah ini tanpa sebuah ikatan yang jelas. Dia masih sangat muda, dia bisa melanjutkan hidupnya dan bertemu dengan jodoh yang lain."
"Kalau begitu kenapa Nana tidak menikah saja dengan Ega?"
"Tidak!" Jawab Najwa dan Ega bersamaan.
"Mama apa-apaan sih ma? kok main jodoh-jodohin orang sembarangan?" ujar Ega.
"Kenapa emangnya? mama menyukai Nana jadi menantu mama. Kalau gadis lain belum tentu sebaik dia," ucap Intan.
"Pokoknya Ega nggak mau. Dia memang tipe Affan, tapi bukan seleraku." ujar Ega.
"Ihh...sok ganteng. Emangnya kamu itu seleraku? aku tidak berselera dengan pria mesum dan playboy sepertimu." batin Najwa.
"Benar ma. Lagipula kak Ega juga bukan tipeku, tipeku pria yang lembut dan penyayang seperti mas Affan. Bukan playboy cap harimau, apalagi mesum," Sindir Najwa.
Mendengar itu Rahmat menahan tawanya. Pria itu tahu Ega dan Najwa sepertinya kurang akur, dan Rahmat sama sekali tidak menyalahkan Najwa atas sikap dan komentarnya itu. Karena Ega juga sering kelewatan dan sesuka hati saat mengekspresikan rasa tidak sukanya pada orang lain.
"Sialan nih cewek. Pakai ngatain aku playboy dan mesum. Meskipun kamu cantik, tapi aku suka cewek seksi dan modern. Tidak seperti kamu yang kuno," batin Ega.
Intan tertunduk dan memasang wajah sedih. Najwa mendekati Intan, dan menggenggam kedua tangan mertuanya itu.
"Mama jangan sedih ya? Nana janji akan sering main kesini. Bagiku mama itu sudah kuanggap orang tuaku sendiri. Tapi ma, kita memang harus berpisah sekarang. Benar kata papa, Nana harus mulai menata masa depan yang baru,"
"Hikz...tapi mama belum rela kehilangan anak dua sekaligus," Intan memeluk Najwa sembari terisak.
"Sebenarnya apa istimewanya dari wanita ini? sehingga mama begitu sangat menyukainya. Affan juga begitu, pacaran 9 tahun apa nggak bosan? apalagi kalau sudah sering di tiduri," batin Ega.
"Sabar ya ma? ini ujian buat kita semua," ujar Najwa.
"Cih...ujian. Kamulah ujian kami sebenarnya," batin Ega.
"Kamu. Kenapa kamu buru-buru mau ninggalin rumah ini?" tanya Intan sembari menyeka air matanya.
"Ega kan sudah selesai semesteran Ma. Ega sudah terlalu banyak cuti, Ega sudah mau masuk kerja." Jawab Ega.
Intan menghela nafas. Duka yang dia rasakan saat kehilangan Affan, seolah terkoyak kembali meliha anak-anaknya satu persatu meninggalkan dia meski bukan untuk selamanya.
Rahmat memberi kode untuk Ega. Agar segera menenangkan perasaan Intan. Ega melepaskan kopernya, dan mendekati Intan. Ega membawa Intan kedalam pelukkannya.
"Ega janji akan sering-sering pulang. Nanti saat pulang, mungkin Ega akan membawa calon menantu buat mama."
"Benarkah?" Intan melepaskan pelukkannya dan menatap Ega dengan antusias.
"Tentu saja. Apa mama tahu? calon menantu mama itu sangat cantik," mata Ega melirik kearah Najwa, seolah ingin mengejek wanita itu.
"Dia juga sangat seksi, berpendidikan tinggi, kariernya bagus, pokoknya mama pasti suka sama dia." ujar Ega.
Pukkkk
Intan menepuk bahu Ega, karena anaknya itu masih saja bicara sembrono.
"Kamu kalau bicara jangan suka ngawur. Apa pentingnya buat mama kalau punya mantu bertubuh seksi?" tanya Intan.
Najwa dan Rahmat menahan tawanya. Terlebih saat Intan menarik terlinga Ega.
"Hah...coba kalian duduk dulu, ada yang ingin mama sampaikan pada kalian. Takutnya mama lupa," ujar Intan.
Ega dan Najwa duduk di sofa yang bersebrangan.
"Ada apa ma?" tanya Ega.
"Sebenarnya mama juga tidak tahu apa tujuan Affan meninggalkan dua buah surat wasiat untuk kalian berdua, sebelum dia pergi bertugas di kota Jp." Jawab Intan.
"Surat wasiat?" tanya Ega. Najwapun jadi mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Mertuanya.
"Tapi anehnya Affan juga ingin surat wasiat ini di bacakan di depan keluarga lengkap. Termasuk kedua orang tua Najwa." sambung Intan.
"Apa surat wasiat itu ma?" tanya Ega.
"Iya ma. Kok mama nggak bilang-bilang papa?" tanya Rahmat.
"Maaf. Tadinya mama menganggap surat itu hanya lelucon. Tapi untunglah mama teringat tentang surat itu sebelum kalian pergi." Jawab Intan.
"Jadi apa isi surat wasiat itu ma? bacakanlah sekarang," ujar Ega.
"Tidak bisa. Kita harus membacakan sesuai amanat Affan. Dia ingin agar orang tua Najwa juga ikut mendengarkan." Jawab Intan.
"Apa Affan punya harta yang ingin dia berikan pada Najwa?" tanya Rahmat.
"Mama juga tidak tahu pa. Suratnya aja masih bersegel kok. Tapi seharusnya kalau Affan memang punya harta, memamg harusnya ada bagian untuk Najwa. Setahu mama cuma ada motor matic merah itu, nggak tahu kalau isi ATM nya." Jawab Intan.
"Kalau begitu, nanti kita minta pihak bank untuk mengeceknya," ujar Rahmat.
"Jadi Na. Hari ini tidak apa-apa kalau kamu mau pulang dulu, besok kami sekeluarga akan datang kerumahmu untuk berkunjung. Kita akan membacakan surat wasiat Affan disana," ujar Intan.
"Baiklah ma." Jawab Najwa.
"Kamu. Kamu harus batalkan dulu kepergianmu hari ini. Besok pagi kita akan kerumah Najwa, setelah itu terserah kamu kalau mau kembali ke kota J." ujar Intan.
"Ya ma." Jawab Ega.
"Nana. Affan sangat menyayangi motor matic merah itu. Mulai sekarang motor itu jadi milikmu, mama ingin kamu merawat benda peninggalan Affan. Mama harap kamu tidak menolaknya ya?" ucap Intan.
"Ya ma." Jawab Najwa.
Najwa menyeka air matanya saat mendengar ucapan mertuanya. Sejujurnya Najwa juga ingin merawat peninggalan Affan yang sangat dia sayangi itu. Dan Najwa sangat bersyukur, keinginannya itu terkabul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Adelia Rahma
masih nunggu nih
2022-04-21
0
Gadis23
sampai disini ceritanya seru habis
2022-04-15
0
Tiah Sutiah
kaya nya isi surat wasiat alfan najwa harus menikah sa.a ega
2022-04-04
0