Semalaman Najwa tidak bisa tidur. Matanya masih menerawang, bahkan saat ini dirinya sedang meraba-raba tempat tidur, dimana Affan biasa berbaring. Najwa mencium seprei yang masih meninggalkan aroma tubuh suaminya. Dan lagi-lagi air matanya jatuh kembali.
"Mas. Ini adalah malam perpisahan kita. Setelah aku melangkah keluar dari rumah ini, maka disaat itu pula kita resmi berpisah. Kalau aku boleh meminta, bolehkah mas hadir didalam mimpiku sekali saja? aku ingin memelukmu sebagai salam perpisahan kita. Aku ingin melepaskan rasa rindu ini mas, ku mohon hadirlah. Sungguh aku sangat merindukanmu. Hikz...."
Tubuh Najwa kembali bergetar karena terisak. Dia bahkan meraung meski suaranya dia redam menggunakan sebuah bantal. Sungguh duka kehilangan Affan benar-benar mengoyakkan hati dan perasaannya. Dia benar-benar menderita.
Dan di saat isak tangis itu mulai mereda. Rasa lelahnya tak mampu lagi menopang pertahanan matanya yang kian lama kian meredup. Najwapun jatuh tertidur.
"Mas. Kamu benar-benar datang mas?" Najwa yang tengah berbaring , langsung bangkit dan berhambur kepelukkan Affan.
"Kenapa kamu sesedih ini. Hem?" tanya Affan.
"Bagaimana mungkin Nana tidak sedih? mas meninggalkan Nana seorang diri, mas meninggalkan Nana disaat pernikahan kita belum genap satu minggu. Apa mas tidak merasa sedih meninggalkan Nana?"
Affan mengusap puncak kepala Najwa. Kebiasaan yang sering pria itu lakukan, kebiasaan yang membuat Najwa selalu merasa di cintai dan di sayangi.
"Mas juga sedih, tapi mas tetap harus pergi. Mas menunggumu di surga. Mas sudah lega, karena sudah meninggalkanmu dengan orang yang lebih tepat."
"Apa maksud ucapan mas? Nana nggak rela mas pergi ninggalin Nana lagi. Mas tolong bawa Nana juga, Nana mau ikut mas saja."
"Sayang. Wanita sholehah akan tetap menjaga imannya, meskipun iman itu sedang di uji. Dan Allah memilihmu untuk menerima ujian ini, karena DIA tahu kamu mampu melewatinya."
"Percayalah. Dimasa depan kamu akan menemukan kebahagiaan yang jauh lebih indah dan berwarna, meskipun kamu akan melewati ujian demi ujian yang akan membuatmu bertambah dewasa."
"Apa itu artinya kita memang harus benar-benar berpisah mas?"
"Ya. Karena jodoh kita memang sudah ditakdirkan singkat. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, meski jodoh kita singkat, tapi mas sangat bahagia bersamamu."
"Hikz...kenapa jodoh kita harus sesingkat ini mas? rasanya sakit sekali. Hikz...."
"Tidak lama lagi akan ada yang mengobati rasa sakitmu itu. Kamu akan mendapatkan banyak cinta dari dia. Sayang, jika suatu saat kamu mendengar ucapanku, maka dengarlah dan terimalah. Itu semua demi kebaikkanmu di masa depan,"
Affan melepaskan pelukkan Najwa dan mencium kening wanita itu. Affan tersenyum dengan senyum khasnya. Perlahan pria itu menjauh, Najwapun mengejarnya hingga ke ambang pintu. Najwa berteriak-teriak memanggil nama Affan, namun pria itu perlahan menghilang dalam kegelapan lorong.
"Mas...jangan tinggalin Nana mas...mas, bawa Nana pergi mas. Hikz...."
Blammmmm
Mata Najwa terbuka seketika, air mata Najwa membasahi seluruh wajahnya. Mimpi yang dia dapatkan terasa begitu nyata, hingga Najwapun merasa hangatnya pelukkan Affan masih begitu membekas di dadanya.
Najwa kembali terisak. Meski dia senang Affan benar-benar hadir dalam mimpinya, tapi rasa rindu itu benar-benar mengguncang perasaannya.
"Mas. Nana masih kangen kamu mas...hikz...."
"Akhh...ya Allah...kenapa harus aku? kenapa? hikz...."
Ditengah malam, suara tangis Najwa yang pecah benar-benar memecahkan keheningan. Sementara di luar pintu, Ega mendengar isak tangis itu sempat mencengkram dadanya. Tangis itu benar-benar sampai ke sanubarinya, hingga dirinya ingin sekali masuk dan memeluk adik iparnya itu.
"Dia sepertinya benar-benar menderita kehilangan Affan. Tapi aku tidak boleh luluh, karena ini semua terjadi ada andil dia didalamnya. Dan aku sangat membenci itu," batin Ega.
Ega meninggalkan tempat itu dan kembali ke kamarnya setelah mengambil air minum di bawah.
Najwa meraih foto Affan dan mendekapnya didada. Kali ini matanya benar-benar tidak bisa lagi terpejam. Hingga adzan berkumandang, barulah Najwa bangkit dan membersihkan diri. Setelah itu dirinya menunaikan kewajibannya kepada Tuhan.
Najwa turun kebawah dan membantu mertuanya menyiapkan sarapan pagi.
"Kamu sudah bangun? ini masih pagi, tidurlah kalau masih ngantuk. Matamu juga ada lingkaran hitam, sepertinya kamu tidak istirahat dengan baik akhir-akhir ini," ujar Intan.
"Ngga apa ma. Najwa memang susah tidur belakangan ini. Mama masak apa?" tanya Najwa.
"Ini mama masak nasi goreng seafood sama rendang jengkol kesukaan kakakmu. Dia minta dibuatkan rendang jengkol katanya,"
"Oh...jadi Nana bisa bantu apa ini?" tanya Najwa.
"Emm...kamu goreng ayam saja kalau gitu," ujar Intan.
"Baiklah." Jawab Najwa.
"Kamu ngajar hari ini?" tanya Intan.
"Nggak ma."
"Baguslah. Jadi kamu bisa istirahat hari ini," ujar Intan.
"Bagaimana caranya aku mengatakan, kalau hari ini aku ingin berpamitan pulang kerumah orang tuaku. Aku tidak mungkin berada disini terus menerus, karena aku tidak lagi mempunyai ikatan apapun lagi. Sejujurnya aku sangat sedih meninggalkan mereka, karena mereka semua baik padaku," batin Najwa.
"Hey...kenapa melamun. Hem? nanti ayamnya gosong," tanya Intan sembari terkekeh.
Najwa membolak balik ayam yang dia goreng, setelah selesai dia meniriskannya dan meletakkannya di piring.
"Kamu panggil Ayu sama kakak kamu saja gih, biar kita bisa sarapan sama-sama," ucap Intan.
"Iya Ma." Najwa kemudian membangunkan Ayu yang kebetulan memang hendak turun kebawah.
"Kakak mau kemana?" tanya Ayu.
"Mau bangunin kak Ega, buat sarapan sama-sama." Jawab Najwa.
"Kakak harus hati-hati, kak Ega sangat galak kalau tidak mood dibangunkan. Kak Ega juga sering mengigau, dan kalau mengigau suka aneh,"
"Aneh?"
"Ya. Ayu sarankan bawa air satu gayung, buat jaga-jaga."
Najwa terkekeh mendengar ucapan adik iparnya, sembari mengibaskan tangan dan kemudian berlalu dari hadapan Ayu.
"Ye...dibilangin tidak percaya," ujar Ayu dan pergi turun kebawah.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu sama sekali tidak membuat Ega terbangun.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan itu semakin keras, dan Najwapun memanggil nama Ega. Namun pria yang dia panggil itu sama sekali tidak terjaga dari tidurnya.
"Bagaimana ini? kalau aku langsung masuk, bukankah itu tidak sopan dan tidak pantas? tapi kalau aku tidak membangunkannya, bagaimana kalau mama mengira aku bermusuhan dengan dia karena sikapnya padaku? lagian ini orang tidur, apa pingsan sih?" batin Najwa.
"Bismilah. Semoga tindakanku ini tidak menimbulkan masalah," ujar Najwa lirih.
Kriekkkk
Najwa menekan handle pintu yang ternyata tidak dikunci. Suasana kamar itu tampak remang, hingga mata Najwa awalnya sedikit agak sulit menyesuaikan dengan cahaya di kamar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nanda Lelo
nahloh,, masalah ntik nih ma Ega
2022-09-12
0
eka
tinggalin aj
2022-05-15
0
Adelia Rahma
Ega salah faham deh
2022-04-21
0