13. Datang

Sepanjang perjalanan pulang, Najwa memikirkan kemungkinan-kemungkinan isi dari surat wasiat itu.

"Apa sebenarnya mas Affan sudah merasa, kalau umurnya tidak akan lama? dia sampai menuliskan surat wasiat seperti itu, seperti sudah mau siap meninggal," batin Najwa.

Selang 15 menit kemudian Najwa sudah hampir tiba di rumahnya. Namun dia berhenti tepat di depan rumah Butet, saat gadis itu terlihat tengah menyapu halaman.

"Eh...darimana kau rupanya?" tanya Butet.

"Dari rumah mertuaku. Mulai hari ini aku resmi pulang kerumah orang tuaku." Jawab Najwa.

"Ckk...matikanlah dulu mesin motormu saat sedang bicara. Agak pekak telingaku dibuatnya," ujar Butet. Najwapun memutar kunci motornya berlawanan jarum jam, sehingga suara berisik itu tidak lagi terdengar.

"Kenapa kau pindah dari rumah mertuamu? apa kau di usirnya?" canda Butet.

"Sembarangan. Mana ada mertua yang sanggup ngusir menantu cantik dan imut sepertiku?" kekeh Najwa, hingga Butet mencebikkan bibirnya.

"Apa mertuamu tidak masalah kau pulang secepat ini?" tanya Butet.

"Dia sedikit agak berat. Tapi mau bagaimana lagi? toh lambat laun akan terjadi juga." Jawab Najwa.

"Hah...sabar ya? aku yakin kau bisa melewati ini semua. Affan pasti bangga denganmu saat ini," ujar Butet.

Najwa hanya menanggapi ucapan Butet dengan senyuman hampa.

"Ya sudah aku pulang dulu. Sudah kangen mamakku," ujar Najwa.

"Oke." ucap Butet sembari mengacungkan jempol.

Najwa mulai menghidupkan mesin motornya, hingga motor itu berjalan perlahan. Najwa cukup heran, saat sampai di depan rumahnya semua jendela dan pintu rumah tertutup rapat.

"Mak'e, pak'e kemana ya? kok rumahnya tertutup? apa mereka sedang pergi?" ucap Nana lirih.

Tok

Tok

Tok

"Assalammu'alaikum. Mak'e? Nana pulang mak...."

Suara Najwa terdengar lantang, hingga salah satu tetanggapun mendengar suara itu.

"Nana. Bude Sumi ndak ada dirumah, dia pergi sama pakde suratmo ke puskesmas."

"Puskesmas? siapa yang sakit mbak?" tanya Nana sembari menghampiri Ratmi yang tengah mengendong bayinya.

"Pakde. Sudah 3 hari ini pakde meriang, nggak nafsu makan. Tensinya juga naik, dengar-dengar sampai 190 per 120. Kalau jalan juga sempoyongan seperti orang mabuk," ujar Ratmi.

"Makasih mbak Ratmi. Aku tak nyusul mereka saja ke puskesmas."

"Monggo mbak Nana," ujar Ratmi sembari masuk kedalam rumahnya karena bayinya sedang rewel.

Sementara itu Najwa bergegas melepaskan karet pengikat koper dari atas motornya. Koper itu kemudian dia letakkan di depan pintu rumahnya. Setelah itu dia bergegas meyusul kedua orang tuanya.

"Loh ndok?" tanya Sumirah saat melihat putrinya tengah memarkirkan motor di halaman parkir puskesmas.

"Sudah selesai Mak'e? bagaimana hasilnya?" tanya Najwa sembari menatap kening Suratmo dengan punggung tangannya.

"Cuma demam biasa. Tapi tensi pak'e mu sangat tinggi. Tadi di periksa tensinya 190." Jawab Sumirah.

"Ya Allah pak'e. Lah ngopo toh pak? kok bisa tensi sampeyan bisa naik drastis begitu?" tanya Najwa.

Suratmo hanya diam saja, pria itu memang tengah tidak enak badan saat ini, ditambah tensinya yang tinggi, jadi tubuhnya terasa lemas.

"Ya sudah lebih baik kita pulang dulu. Mak'e tadi naik becak ya?" tanya Najwa.

"Iya." Jawab Sumirah.

"Ya sudah naik becak lagi saja. Kalau bonceng tiga takutnya nggak muat dan jengkang kebelakang," ujar Najwa.

Najwa kemudian mencarikan becak untuk kedua orang tuanya. Setelah itu dia mengiringi becak itu dari belakang.

Najwa memijati kaki Suratmo saat mereka sudah tiba di rumah. Selama usianya sampai 23 tahun, baru kali ini dirinya melihat Suratmo seperti orang tidak memiliki semangat hidup.

"Pak'e kenapa? apa yang pak'e pikirkan? kok bisa sampai ngedrop parah begini?" tanya Najwa.

Diluar dugaan Najwa dan Sumirah, tangis Suratmo malah pecah seketika. Dan tiba-tiba saja pria itu memeluk erat putrinya sembari mengusap-usap puncak kepala Najwa.

"Apa kamu ndak apa-apa ndok? pak'e kepikiran awakmu. Kasihan sekali kamu ndok. Hikz...." Suratmo terisak.

Mendengar penyebab sakitnya Suratmo karena memikirkn dirinya, tangis Najwapun kembali pecah. Sumirah juga jadi menitikkan air mata. Memang banyak perubahan yang terjadi pada diri Suratmo akhir-akhir ini, pria tua itu sudah seminggu tidak pernah lagi mengadu ayam di kebun singkong milik pak Tukijan. Suratmo juga lebih banyak diam dan melamun. Dan nafsu makannya juga hampir tidak ada. Itulah sebabnya tubuhmya sedikit menyusut.

Tapi Sumirah sama sekali tidak terpikirkan, kalau penyebab pria itu sakit karena sedang memikirkan nasib putri semata wayang mereka.

"Pak'e jangan banyak pikiran. Nana baik-baik saja, Nana ini masih muda. Pak'e ndak usah khawatir lagi ya?" ucap Nana sembari terisak dipelukkan Suratmo.

"Pak'e merasa ini pasti gara-gara pak'e suka ngadu ayam. Ini pasti karma kan?"

"Eh?" Najwa jadi berhenti nangis seketika, terlebih Sumirah tiba-tiba mengedipkan matanya, jadi terpaksa Najwa sekalian bersandiwara.

"Kayaknya betul juga itu pak'e. Di Al-Qur'an juga disebutkan. Barang siapa yang berbuat kejahatan, walau sekecil apapun pasti akan menerima balasannya. Begitu juga sebaliknya. Tapi karena pak'e ngadu ayamnya sudah lama, jadi Najwa yang menanggungnya begitu besar."

"Maafkan pak'e ndok. Pak'e janji ndak akan ngadu ayam lagi," ujar Suratmo.

"Janji yo pak?"

"Iyo." Jawab Suratmo.

"Oh iya. Najwa mau memberitahu kalian. Besok mertuaku dan keluarganya akan datang kesini," ucap Najwa setelah pelukkan itu terlerai.

"Ada keperluan apa ndok?" tanya Sumirah.

"Sebelum berangkat ke kota Jp, ternyata mas Affan meninggalkan dua buah surat wasiat. Tapi dia ingin surat itu di baca di hadapan keluarga, termasuk kalian."

"Surat wasiat? isinya apa ya?" tanya Sumirah.

"Nana juga ndak tahu buk'e. Kata mertuaku suratnya masih bersegel."

"Apa suamimu punya peninggalan harta atau semacamnya?" tanya Suratmo.

"Ndak tahu juga. Tapi mertuaku pengen aku yang mengurus motor kesayangan mas Affan yang ada di depan rumah kita itu." Jawab Najwa.

"Ya sudahlah. Apapun itu semoga yang baik-baik saja isinya." ucap Sumirah.

"Amiin." Jawab Najwa dan Suratmo.

*****

Keesokkan harinya....

Sesuai yang telah disepakati, keluraga Rahmat benar-benar datang kerumah Najwa untuk membacakan surat wasiat dari Affan. Najwa terlihat cantik dengan gamisnya yang berwarna biru. Sementara Ega terlihat tampan dengan kemejanya berwarna senada dengan baju Najwa.

"Rasanya ingin ganti baju. Kenapa harus sama warna bajuku dengan dia?" batin Najwa.

Ega melihat-lihat isi rumah Najwa yang tampak sederhana. Tanpa sengaja pandangan matanya bertemu dengan Najwa dan kemudian Najwa membuang mukanya.

"Baiklah. Pak, buk, maksud kedatangan kami kemari karena ingin menyampaikan amanat Yang berupa dua buah surat wasiat dari Affan, sebelum dia pergi ke kota Jp," ujar Rahmat.

"Sebenarnya apa isi surat wasiat itu pak?" tanya Suratmo.

"Kami juga belum tahu pak. Tapi semoga isinya yang baik-baik. Apa bisa kita bacakan sekarang pak?" tanya Rahmat.

"Monggo pak," ujar Suratmo.

Rahmat kemudian mulai membuka segel kertas segi empat berwarna coklat, yang ternyata di dalamnya memang benar ada dua buah surat sesuai perkataan Affan.

TO BE CONTINUE...🤗🙏

Terpopuler

Comments

Micke Rouli Tua Sitompul

Micke Rouli Tua Sitompul

ega menikah dgn nazwa

2024-03-14

0

sari emilia

sari emilia

ga sk ada butet d crt ini...bikin infil

2023-01-18

0

Siti Muhtarom

Siti Muhtarom

wasiatnya Ega suruh nikah Ama Najwa🤭🤭

2022-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kencan Terakhir
2 2. Kau Yakin?
3 3. Jaga Diri, Jaga Sikap
4 4. Pengantin Tercantik Di dunia
5 5. Pergi
6 6. Berita
7 7. Duka Najwa
8 8.Tatapan Sinis
9 9. Tidak Nafsu Makan
10 10. Mimpi
11 11. Insiden
12 12. Pamit
13 13. Datang
14 14. Isi wasiat
15 15. Apa keputusanmu?
16 16. Setuju
17 17. Nasehat Butet
18 18. Petunjuk
19 19. Menerima
20 20. SAH
21 21. Obat Nyamuk
22 22. Bicara
23 23. Berangkat
24 24. Butet Sedih
25 25. Haru
26 26. Lama
27 27. Pisah Kamar
28 28. Indah Sekali
29 29. Nafkah Pertama
30 30. Melamar Kerja
31 31. Bertemu Lagi
32 32. Izin Mencium
33 33. Pasrah
34 34. Diterima
35 35. Tidur Bersama
36 36.Hari Pertama Kerja
37 37. Aku Merindukanmu
38 38. Pertanyaan Serupa
39 39. Pacaran Setelah Menikah
40 40. Liburan
41 41. Arga Terkejut
42 42. Apa Kamu Mencintainya?
43 43. Bimbang
44 44. Demam
45 45. Membuat Kenangan
46 46. Dia Kembali
47 47.Tunggu Aku
48 48. Lupakan Aku
49 49. Curhat
50 50. Pelukkan Hangat
51 51. Merasa Bersalah
52 52. Cantik
53 53. Dijenguk.
54 54.Memberi Syarat
55 55. Kenangan Terakhir
56 56. Ngaku Hamil
57 57. Keputusan Terbaik
58 58. Mengecewakan
59 59. Aku Sudah Kalah
60 60. Resmi Bercerai
61 61. Nikah Siri
62 62. Sesak
63 63.Berbeda
64 64. Rindu Terlarang
65 65. Nafkah
66 66. Butet Menyusul
67 67. Bertemu Keluarga Arga
68 68. Minta Pendapat
69 69. Terbongkar
70 70. Talak
71 71. Kecewa
72 72. Memberi Waktu
73 73. Kecelakaan
74 74. Kesedihan Najwa
75 75. Senyum Najwa
76 76. Sembuh
77 77. Kabar Buruk
78 78.Sabar
79 79. Putus Asa
80 80. Kecewa
81 81. Mari Bercerai.
82 82.Tekanan Batin
83 83. Numpang Nabok
84 84. Pulang Kampung
85 85. Merantau Ke Kota.
86 86. Tetangga Eror.
87 87. Panggilan Kerja
88 88. Melihat dia
89 89. Mengigau
90 90. Menikahlah Denganku
91 91. Heboh
92 92. Malam Pertama
93 93. Puas
94 94. Penjelasan
95 95. Kena Ledek
96 96. Kemarahan Najwa
97 97. Membujuk
98 98. Tatapan Maut
99 99. Mari Bersaing
100 100. Arga Kembali
101 101. Gugup
102 102. Hancur
103 103. Pingsan
104 104. Lamaran Dadakkan
105 105. Persetujuan
106 106. Anaconda
107 107. Gagal
108 108. Terong balado
109 109. Kebahagiaan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Kencan Terakhir
2
2. Kau Yakin?
3
3. Jaga Diri, Jaga Sikap
4
4. Pengantin Tercantik Di dunia
5
5. Pergi
6
6. Berita
7
7. Duka Najwa
8
8.Tatapan Sinis
9
9. Tidak Nafsu Makan
10
10. Mimpi
11
11. Insiden
12
12. Pamit
13
13. Datang
14
14. Isi wasiat
15
15. Apa keputusanmu?
16
16. Setuju
17
17. Nasehat Butet
18
18. Petunjuk
19
19. Menerima
20
20. SAH
21
21. Obat Nyamuk
22
22. Bicara
23
23. Berangkat
24
24. Butet Sedih
25
25. Haru
26
26. Lama
27
27. Pisah Kamar
28
28. Indah Sekali
29
29. Nafkah Pertama
30
30. Melamar Kerja
31
31. Bertemu Lagi
32
32. Izin Mencium
33
33. Pasrah
34
34. Diterima
35
35. Tidur Bersama
36
36.Hari Pertama Kerja
37
37. Aku Merindukanmu
38
38. Pertanyaan Serupa
39
39. Pacaran Setelah Menikah
40
40. Liburan
41
41. Arga Terkejut
42
42. Apa Kamu Mencintainya?
43
43. Bimbang
44
44. Demam
45
45. Membuat Kenangan
46
46. Dia Kembali
47
47.Tunggu Aku
48
48. Lupakan Aku
49
49. Curhat
50
50. Pelukkan Hangat
51
51. Merasa Bersalah
52
52. Cantik
53
53. Dijenguk.
54
54.Memberi Syarat
55
55. Kenangan Terakhir
56
56. Ngaku Hamil
57
57. Keputusan Terbaik
58
58. Mengecewakan
59
59. Aku Sudah Kalah
60
60. Resmi Bercerai
61
61. Nikah Siri
62
62. Sesak
63
63.Berbeda
64
64. Rindu Terlarang
65
65. Nafkah
66
66. Butet Menyusul
67
67. Bertemu Keluarga Arga
68
68. Minta Pendapat
69
69. Terbongkar
70
70. Talak
71
71. Kecewa
72
72. Memberi Waktu
73
73. Kecelakaan
74
74. Kesedihan Najwa
75
75. Senyum Najwa
76
76. Sembuh
77
77. Kabar Buruk
78
78.Sabar
79
79. Putus Asa
80
80. Kecewa
81
81. Mari Bercerai.
82
82.Tekanan Batin
83
83. Numpang Nabok
84
84. Pulang Kampung
85
85. Merantau Ke Kota.
86
86. Tetangga Eror.
87
87. Panggilan Kerja
88
88. Melihat dia
89
89. Mengigau
90
90. Menikahlah Denganku
91
91. Heboh
92
92. Malam Pertama
93
93. Puas
94
94. Penjelasan
95
95. Kena Ledek
96
96. Kemarahan Najwa
97
97. Membujuk
98
98. Tatapan Maut
99
99. Mari Bersaing
100
100. Arga Kembali
101
101. Gugup
102
102. Hancur
103
103. Pingsan
104
104. Lamaran Dadakkan
105
105. Persetujuan
106
106. Anaconda
107
107. Gagal
108
108. Terong balado
109
109. Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!