"Kenapa rupanya wajahmu mendung tanpa hujan?" tanya Butet, saat gadis itu melihat aura sedih di wajah sahabatnya.
"Mas Affan pergi tugas. Pulangnya lumayan lama." Jawab Najwa dengan wajah datar.
"Alamak...pengantin baru beda kali. Baru ditinggal beberapa jam sudah hello kitty hatimu. Tidak apanya dia pergi, nanti saat pulang bertambahnya itu kangen suamimu."
"Eh...tapi ngomong-ngomong coba kau ceritakan, bagaimana itu rasanya malam pertamamu? apa betul sakit?" tanya Butet dengan suara menggelegarnya.
Mendengar pertanyaan sahabatnya, Najwa jadi terpaksa melihat ke kiri dan ke kanan, takut seseorang mendengar ucapan Butet. Dan benar saja, ada pak Adri di sekitar mereka, yang berpura-pura tidak mendengar perbincangan mereka.
"Hussttt...kecilkan suaramu itu," ujar Najwa setengah berbisik.
"Maaf...maaf...jadi bagaimana? apa rasanya? apa kau tahu? kau yang malam pertama, tapi aku ikut membayangkannya," ucap Butet dengan setengah berbisik pula namun masih bisa di dengar oleh pak Adri.
"Otakmu harus kamu cuci dengan deterjen. Masih gadis dilarang berpikiran mesum,"
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku penasaran ini, cepatlah kau jawab pertanyaanku," ujar Butet.
"Aku tidak tahu rasanya. Soalnya saat malam pertama itu aku kena haid." Jawab Najwa.
"Bah...bagaimana pula bisa begitu? jadi kau masih perawan, kasihanlah itu si kacang ijo."
"Hussssttt...Butet, kecilkan suaramu!" Najwa menepuk dahinya, sementara Adri sekuat tenaga menahan tawanya.
"Ya habisnya, aku sudah nggak sabarnya nunggu kau masuk sekolah, pengennya aku dengar cerita malam pertamamu. Tapi ada pula tragedi berdarah macam itu. Kecewalah aku jadinya," ujar butet dengan logat bahasa kentalnya.
"Lagian ngapain kamu kepo dengan urusan begituan. Meski sudah, aku juga tidak akan menceritakannya padamu. Dosa tahu,"
"Dosa dibagian mana pula? eh, meski agama kita beda. Tapi jangan coba-coba bohongi aku, aku kan cuma tanya proses terjadinya. Bukan minta di ceritakan panjang dan diameter burung yang melakukannya?" ujar Butet.
"Hadehhh...mboh, ora urus...mumet ndasku," ucap Najwa.
"Ckk...mulai keluar lagi kan? demi menghindari pertanyaan si Butet, kau tega membuatku membuka kamus tradisional," ucap Butet yang dibalas kekehan renyah dari Najwa.
Tringgg
Tawa Najwa mereda, saat mendengar sebuah chat masuk kedalam ponselnya. Senyum Najwa mengembang saat melihat suami tercintanya, yang mengirim chat untuknya.
"Sayang. Mas, sudah sampai. Kamu sudah makan siang belum?"
"Alhamdulillah kalau mas sudah nyampe. Sudah mas, mas cepat pulang ya?"
Affan menyunggingkan senyum, saat membaca isi chat dari Najwa.
"Kagen mas ya?"
Najwa tidak membalas chat dari Affan, hingga pria itu menelponnya secara langsung.
"Kok nggak di balas chat dari Mas?" tanya Affan di seberang telpon.
"Soalnya Nana tahu, mas pasti nelpon langsung untuk mendengar jawabannya."
"Dasar nakal. Jadi kangen nggak nih?" tanya Affan.
Najwa melirik ke kiri dan ke kanan. Ada Adri dan Butet di dekatnya.
"Iya kangen," jawab Najwa setengah berbisik.
"Kok bisik-bisik gitu?" tanya Affan.
"Malu mas. Ada guru lain di dekatku." Jawab Najwa.
"Aku nggak dengar...aku nggak dengar. Apalagi pas Najwa bilang kangen, aku sungguh nggak dengar," ujar Butet, yang membuat mata Najwa jadi melotot.
Mendengar suara itu, Affan jadi terkekeh. Pria itu tahu, itu adalah suara Butet sahabat dari istrinya.
"Butet ya?" tanya Affan.
"Iya mas. Maaf ya, dia memang suka nyablak orangnya."
"Nggak apa. Lucu orangnya, menghibur. Mas senang kamu berteman dengannya, jadi saat mas pergi kamu nggak akan merasa sedih," ujar Affan.
"Ya sudah. Mas mau ngecek lokasi dulu ya?" kata Affan.
"Iya mas. Hati-Hati ya?"
"Ya. Sayang?"
"Hem?"
"Mas mencintaimu," ujar Affan.
"Nana juga,"
"Juga apa?"
"Mencintaimu." Jawab Najwa.
"Awas...ada petir, kasihanilah daku yang jomblo ini." teriak Butet.
Affan yang sempat mendengar banyolan Butet, jadi tertawa keras. Najwa melirik kearah butet, setelah panggilan itu berakhir.
"Kebiasaan!"
"Apa? cuma curi dengar dikit, dasar pelit!"
"Makanya cepat nikah, biar nggak kepo."
"Eh...sombong, mentang-mentang sudah laku," ujar Butet yang dibalas kekehan oleh Najwa.
*****
Keesokkan harinya...
"Ma. Nana berangkat ngajar dulu ya?" ujar Najwa sembari mencium tangan ibu mertuanya.
"Hati-Hati. jangan terlalu ngebut," ujar Intan.
"Ya Ma. Papa mana?" tanya Najwa.
"Aihh...Papamu sejak pensiun dari kepolisian, dia suka menghabiskan waktu berkebun di belakang rumah. Jadi pagi-pagi dia sudah ada dibelakang rumah sana." Jawab Intan.
"Kalau begitu bilang sama papa, kalau Najwa pamit ngajar dulu,"
"Iya." Jawab Intan.
Najwa pergi dengan perasaan senang, suaminya bilang kemungkinan hanya seminggu berada di tempat kerjanya. Dan ini sudah hari kedua sejak Affan pergi. Najwa begitu tidak sabar ingin bertemu kembali dengan sang suami.
Terik matahari berada tepat di puncak kepala, saat Najwa dan Butet tengah makan siang sembari menonton tv di kantor. Sedang asyik nonton sinetron, tiba-tiba tanyangan di alihkan karena ingin memberikan sekilas info untuk penonton.
"Pemirsa. Telah terjadi kembali bentrokkan antar sesama warga sipil di perbatasan kota Jp. Bentrokkan ini di picu masih tentang perebutan wilayah alias sengketa tanah puluhan hektar, di salah satu wilayah kota Jp. Sudah berulang kali para petugas mendamaikan kedua belah pihak. Namun aksi damai itu berujung gagal. Miris, bentrok kali ini harus menelan korban jiwa yang berasal dari pihak petugas yang bertugas mengamankan bentrok tersebut. Dan dua orang petugaspun dinyatakan gugur,"
Deg
Deg
Deg
Jantung Najwa berdegup dengan kencang, sendokpun terlepas dari tangannya. Hatinyapun mulai gelisah.
"Na. Apa kacang ijo bertugas disana?" tanya Butet yang diangguki oleh Najwa.
"Kau tenang dulu. Belum tentu itu si kacang ijo, kendalikan dirimu."
"Siapapun orang itu, aku bisa merasakan kesedihan keluarganya terlebih anak dan istrinya. Butet, aku sangat takut. Aku harus memastikan siapa yang gugur itu," ujar Najwa dengan lelehan air mata.
Butet bisa merasakan tangan Najwa sedingin es batu. Sejujurnya Butet juga merasa cemas, meskipun Affan bukan kerabatnya. Najwapun bergegas menelpon mertuanya untuk memastikan berita itu.
"Hallo ma?"
"Ya Na. Ada apa?"
"Apa mama sudah dengar berita dari tempat kerja mas Affan?"
"Belum. Ada apa memangnya?"
"Nana baru liat berita di tv. Katanya bentrok di kota Jp menelan korban jiwa Dan itu dari pihak petugas. Ada dua orang yang meninggal,"
"Ap-Apa?" Intan terkejut.
"Ma...siapa petugas itu? Nana takut ma. Hikz...."
"Nana tenangkan dirimu nak. Mama akan kasih kabar papa dulu, biar papa tanya dulu dengan distrik disana."
"Ya ma. Cepat kabari Nana ya ma? atau Nana pulang saja?"
"Tidak usah. Kamu mengajarlah dengan tenang, nanti Mama akan kabari sebentar lagi," ujar Intan.
"Iya Ma." Jawab Najwa.
Najwa mengakhiri percakapan itu dengan hati gelisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Rydwan Ap
ya ampun kasihan skli nana klo yg gugur itu benar² affan
2024-06-28
0
Siti Muhtarom
kalau aku udh yakin pasti Affan salah satu korban nya😭😭
2022-10-29
0
Nanda Lelo
aku merinding,, sumpah,, deg degan aku,, padahal dah tau lah y alurnya bakal kyk gtu
2022-09-12
0