" Aku melakukan tes DNA pada gibran. Buat apa aku melakukan nya?. Memangnya siapa gibran hingga aku harus melakukan tes DNA?. Kecuali....."
Anjas menatap ke arah gibran yang masih tertidur.
" Kecuali gibran adalah anak ku." Lirih anjas.
Dia mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia berjalan mendekati gibran.
Dipandangi wajah gibran yang tidur. Mirip dengan wajah nya waktu masih kecil.
" Mungkinkah gibran adalah anak ku?" Gumam anjas.
" Tapi itu tidak mungkin. Aku dan ayuna sudah bercerai selama 5 tahun. dan usia gibran saat ini adalah...."
Anjas menjeda ucapan nya, seakan ingatan nya kembali ke masa saat dia dan ayuna resmi bercerai. Dia mencoba mengingat-ingat tahun mereka bercerai.
" Tidak mungkin !!!!. Aku, aku harus mencari tahu tentang ini." Ucap anjas.
Anjas memutuskan untuk pergi dan mencari tau semua tentang ayuna dan gibran.
Tap
Tap
Tap
Saat anjas hendak melangkah, ayuna dan sisil masuk ke dalam kamar.
" Anjas, kau mau kemana?" Tanya ayuna.
" Ada meeting mendadak. Sekertaris ku barusaja memberitahu. Jadi aku harus pergi sekarang. Aku akan datang lagi nanti. Boleh kan?"
Ayuna melamun. Sisil menyenggol lengan ayuna.
" Ha? apa?. Ya boleh." Ucap ayuna kikuk.
" Baiklah. Kalau begitu aku pergi."
Sepeninggalan anjas.
" Lihat kan. Anjas tidak mungkin curiga tentang gibran. Dia baik hanya untuk menebus rasa bersalah nya."
" Ya. Semoga saja kau benar."
Sementara itu, anjas langsung menyuruh orang untuk mencari semua infomasi tentang ayuna selama lima tahun terakhir ini.
...
Hari demi hari berlalu..
Kesehatan gibran cepat pulih. Anjas juga tidak pernah absen menemani gibran siang dan malam.
" Jika kesehatan nya terus membaik. Besok sudah bisa pulang." Ucap dokter setelah selesai memeriksa gibran.
" Asik, gibran boleh pulang." Oceh gibran.
Beberapa saat kemudian, gibran menatap anjas dengan tatapan sedih. Ayuna heran melihat perubahan wajah gibran, yang tadi nya senang sekarang menjadi sedih.
" Gibran kenapa sayang?"
Ayuna mendekat dan mengelus kepala gibran.
" Jika gibran pulang, paman tidak akan datang lagi untuk bermain dengam gibran?" Ucap gibran sambil menunduk.
Ayuna dan anjas saling menatap.
" Kenapa gibran bicara seperti itu?" Tanya anjas.
" Karena ibu tidak pernah mengijinkan siapapun untuk datang ke rumah."
Anjas menatap ayuna. Seperti bertanya kenapa?.
" Aku dan gibran hanya tinggal berdua. Jadi, tidak menerima tamu, kecuali bertemu di toko. Hehe." Kekeh ayuna.
" Dengar. Gibran tidak usah sedih. Paman akan selalu menemui gibran, Bagaimana?"
" Tapi, apa ibu mengijinkan?"
Gibran menatap ayuna.
" Boleh kok. Tapi bertemu di toko saja. Bagaimana?"
" Terima kasih bu." Gibran memeluk anjas.
Drttt drttt drttt drttt..
Anjas pamit untuk mengangkat telepon.
" Ya ada apa?"
"-----"
" Hanya itu?"
"------"
" Baiklah. Siapkan penerbangan ku. Aku akan kesana hari ini juga."
" ----"
Setelah menerima panggilan. Anjas kembali kepada gibran.
" Jagoan. Paman harus pergi, paman ada pekerjaan penting. Paman janji akan segera menemui gibran begitu pekerjaan paman selesai."
Gibran kembali menunduk dan bersedih. Ayuna menatap anjas.
" Sayang. Tidak boleh sedih. Kenapa gibran jadi sedih?" Ucap ayuna.
" Gibran menyayangi paman."
Perkataan gibran membuat ayuna terkejut. Khusus nya anjas.
Anjas mendekati gibran, ayuna menjauh. Anjas lalu memeluk gibran.
" Terima kasih sudah menyayangi paman. Dan begitu paman kembali, paman akan mengajak gibran ke toko milik paman. Seperti yang paman janjikan. Bagaimana gibran mau kan?"
" Gibran mau, gibran mau."
" Kalau begitu bersikaplah baik."
" Baik paman."
" Anak pintar. Paman pergi dulu jagoan."
Cup
Anjas mencium kening gibran. Sungguh pemandangan yang menggembirakan untuk ayuna. Jika saja mereka adalah sebuah keluarga yang utuh.
Anjas langsung pamit. Bukan untuk bekerja. Tapi pergi ke kampung dimana ayuna dulu pernah tinggal. Anjas sudah bertekad untuk mencari tau siapa gibran.
Menurut infomasi yang anjas dapat. Ayuna dulu tinggal di rumah kontrakan bu sinta. Jadilah dia langsung menuju rumah bu sinta.
" Permisi..." Ucap asisten anjas.
" Maaf cari siapa?" Tanya pak joko.
" Apa benar ini kediaman bu sinta dan pak ali?"
" Benar. Maaf, anda siapa? dan apa perlu apa?"
" Kami adalah kerabat ayuna. Orang yang pernah menyewa rumah bu sinta. Kami datang, untuk menayakan perihal ayuna."
" Sebentar."
Joko terlihat menelpon, hingga beberapa saya kemudian. Gerbang rumah bu sinta terbuka.
" Silahkan masuk. Nyonya ada didalam. Kalau tuan, masih ada di kantornya."
" Dengan nyonya saja cukup." Ucap asisten anjas.
Joko mengantar mereka masuk dan mempersilahkan untuk duduk, sementara dia memanggil bu sinta.
" Selamat siang bu, maaf jika kedatangan kami mengejutkan ibu." Ucap asisten anjas.
" Iya, tidak masalah. Ada perlu apa ya?"
" Begini, kami kesini untuk mencari tahu tentang ayuna. Informasi yang kami dapat, ayuna tinggal disini. Di kontrakan ibu yang berada di jalan yuditira no 4."
" Benar. Dulu ayuna tinggal disana. Tapi kalian ini siapa?" Tanya bu sinta.
" Saya adalah kerabat ayuna." Jawap anjas.
" Kerabat?. Bukankah ayuna besar di Panti Asuhan?"
" Emm ya. Kami sudah kesana. Namun panti itu telah berubah menjadi sebuah pabrik."
" Begitu. Ya, ayuna memang pernah tinggal disini. Tapi dia sudah pindah ke kota beberapa bulan yang lalu." Terang bu sinta.
" Apa ayuna tinggal sendirian?" Tanya anjas.
" Tidak, ayuna tinggal berdua?" Jawap bu sinta.
" Berdua?, dengan suami nya?" Tanya anjas lagi."
" Tidak. Dengan putra nya."
" Putra, Itu artinya ayuna sudah menikah?" Ucap anjas.
" Dia memang sudah menikah. Tapu bercerai. Ayuna baru tau dia hamil sejak dia tinggal disini. Aku yang membantu merawat nya dan bayi nya." Mata bu sinta berkaca kaca.
" Maaf bu, kami tidak bermaksud membuat ibu sedih."
Bu sinta menghapus airmata nya.
" Tidak apa apa. Aku hanya kesal dengan laki laki yang mencampakan wanita sebaik ayuna. Dia adalah wanita hebat, dia membesarkan gibran seorang diri. Walau banyak warga yang memperolok nya dan gibran sebagai pelacvr dan anak haram. Tapi ayuna tetap tegar. Aku mengutuk laki laki brengsek yang melepas ayuna hanya karena derajat. Semoga ayuna tidak pernah bertemu dengan mantan suami nya itu. Aku tidak rela mantan suami ayuna mengetahui jika gibran adalah anak nya."
Deg !!
Jantung anjas seperti berhenti berdetak mendengar penuturan bu sinta.
Anak ku, jadi.., gibran adalah anakku. Buah cinta kami berdua. Batin anjas.
" Tuan tidak apa apa?" Bisik asisten anjas.
" Aku tidak apa apa."
" Syukurlah jika kalian benar kerabat ayuna. Setidaknya kini ayuna mempunyai saudara."
" Benar bu, jadi. Apa kami boleh tau alamat ayuna di kota."
" Tentu, Sebentar saya ambilkan."
Bu sinta ke dalam untuk mengambil alamat yang pernah di tinggalkan ayuna.
" Kau dengar itu. Jadi gibran adalah anak ku. Dia anakku." Ucap anjas dengan mata berbinar.
" Anda harus tenang tuan. Jangan sampai bu sinta curiga ataupun tau bahwa anda adalah laki laki brengsek itu." Bisik asisten anjas.
" Ya kau benar."
Tak lama kemudian, bu sinta kembali membawa catat alamat tempat tinggal ayuna.
" Ini adalah alamat rumah sisil, ayuna tinggal dengan nya untuk sementara waktu. Kalian bisa mencari nya kesana."
" Baik bu, terima kasih. Kalau begitu kami permisi. Kami sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ayuna."
" Titip salam dariku untuk ayuna, jika kalian telah menemukan nya." Kata bu sinta
" Baik bu."
Ayuna. Kenapa kau tidak mengatakan padaku jika gibran adalah anak kita?. Kenapa kau menyembunyikan nya dariku. Batin anjas.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Jangan lupa like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
amalia gati subagio
👊👊👊👊
2022-06-11
0
Kenzo Asfa
semangat
2022-02-02
1