Seperti yang sisil janjikan. Dia dan suami mampir ke rumah kontrakan ayuna. Disana mereka bercerita dan saling bertukar kisah hidup.
" Jadi, kau membesarkan gibran seorang diri?. Apa anjas tau jika gibran adalah putra nya?"
Ayuna menggeleng.
" Biarkan saja. Lebih baik dia tidak tahu. Aku tidak mau lagi berurusan dengan keluarga Barata."
" Sayang, bukankah kau ingin membuka ruko. Kenapa tidak kau ajak teman mu untuk berbisnis. Pasti akan menyenangkan bukan, jika kalian bekerja sama."
" Ruko?" Ayuna menatap sisil.
" Jadi, aku berniat membuka ruko di salah satu mall di kota XXX. Aku bosan jika terus berada di dalam rumah. Tapi, aku binggung harus mengisi nya dengan apa."
" Kau sudah kaya, masak membuka ruko. Harusnya kau buka restoran." Ledek ayuna.
" Aku sudah memberikan sisil restoran. Tapi dia tidak mau mengolahnya."
Drttt drttt drttt..
" Maaf, aku harus mengangkat panggilan sebentar." Ucap suami sisil.
Sepeninggalan suami sisil.
" Hei, setajir apa suami mu?" Tanya ayuna.
" Entah. Aku tidak tau, dan tidak mau tahu." Bisik sisil.
" Kenapa kau menolak restoran dari nya?"
" Aku ingin mulai dari nol. Lagi pula, aku ingin berbisnis dengan tangan dan kaki ku sendiri. Bukan dari suami ku"
" Aku salut pada mu."
" Jadi, kau mau kan berbisnis denganku."
" Tapi, aku tidak punya modal." Ucap Ayuna
" Jangan pikirkan soal modal. Kita jalani saja dulu, bagaimana?"
" Tapi kita mau membuka apa?"
Sisil terlihat berpikir.
" Bagaimana jika kita buka toko kue saja? bukankah kue buatan mu enak?"
" Apa laku?, Selera orang kota kan biasa nya tinggi."
" Kita bisa sesuaikan selera mereka nanti."
Ayuna tampak berpikir. Jika ia menerima tawaran sisil. Itu arti nya, dia harus kembali ke kota dimana anjas dan keluarga nya tinggal.
" Tapi, kota XXX ..."
" Ayuna. Disana itu sangat lebar dan luas. Tidak mungkin juga kalian akan bertemu lagi."
" Ya kau benar."
" Pikirkan masa depan gibran juga. Jika kau setuju, aku bisa memasukan gibran ke sekolah terbaik di kota itu. Soal biaya, itu urusan nanti."
" Sil.."
" Ya?"
" Aku..aku..."
" Pikirkan dulu, Aku beri waktu kau tiga hari. Dan tiga hari lagi, aku akan datang."
Sisil tersenyum kepada ayuna. Lalu pamit undur diri.
Keesokan hari nya, ayuna menceritakan rencana nya dan sisil kepada bu sinta.
" Ya bagus dong. Usaha ayuna bisa maju jika jualan di kota. Kalau disini, ya akan tetap jalan di tempat."
" Tapi bu.."
" Ibu tau, kau takut bertemu dengan anjas kan?. Tidak perlu risau. Disana itu luas. Tidak mungkin kalian akan bertemu."
" Menurut bu sinta, apa yang harus ayuna lakukan."
" Nak, sekarang kau sudah ada gibran. Kau harus berjuang untuk masa depan nya yang lebih baik. Kau harus menjadikan gibran orang sukses. Sehingga mereka yang dulu meremehkanmu. Bisa tahu, jika si miskin itu bisa menjadi si kaya dengan usaha dan kerja keras nya sendiri"
Ayuna menatap bu sinta. Lalu mengalihkan pandangan kepada gibran yang tengah belajar menulis bersama gilang.
" Ada apa bu." Tanya lukman yang datang bergabung dengan ayuna dan bu sinta.
" Ini lo. Ayuna. Dia ditawari kerja sama dengan teman masa kecil nya dulu. Tapi dia takut, jika dia pergi ke kota, dia akan bertemu dengan mantan suami nya."
" Kenapa harus takut. Memang nya kau ada salah pada nya?" Tanya lukman.
" Tidak juga sih.."
" Atau, kau takut. Karena ternyata kau masih mencintai nya, dan berharap bisa kembali dengan nya?" Hardik lukman.
" Itu...itu..."
" Ayuna dengar. Laki laki yang tidak mau memperjuangkan wanita yang di cintai nya. Tidak pantas untuk di harapkan. Pantas nya, di hempas ke laut."
" Termasuk bang lukman juga?"
" La, kok jadi aku sih."
" Ya, kan tadi bang lukman bilang Laki laki yang tidak mau memperjuangkan wanita yang di cintai nya. Tidak pantas untuk di harapkan. Pantas nya, di hempas ke laut."
" Ya, terkecuali aku."
" Hehe bang lukmaan bisa aja."
" Dengar inti nya gini. Selama dia tidak berbuat macam macam denganmu dan gibran. Kau tidak perlu takut. Lagipula, dia sudah menikah kan?, dia tidak akan menganggu mu lagi."
" Bener kata lukman. Lebih baik terima saja tawaran teman mu itu. Siapa tau disana, kau bisa mengubah takdir mu." Timpal bu sisil.
" Terima kasih bu sinta, kak lukman. Ayuna akan bicara dengan gibran nanti. Apakah dia mau atau tidak."
" Sama sama."
..
Tiga hari kemudian, sisil dan suami nya datang.
" Ayuna, bagaimana keputusan mu?" Tanya sisil.
" Ya. Aku mau ikut ke kota dan berbisnis dengan mu."
" Syukurlah akhirnya kau mau. Kalau begitu bersiaplah. Kita akan berangkat besok."
" Apa besok?. Secepat itu?"
" Lebih cepat lebih baik." Ucap suami sisil.
" Betul. Aku juga sudah tidak sabar ingin mengenalkan kue buatan mu pada teman teman ku. Mereka pasti suka."
" Sil, tapi kue buatan ku biasa saja. Tidak ada yang istimewa.
" Hah, kau selalu saja merendah. Kue buatanmu sungguh enak."
" Kau saja yang suka makan, sampai makanan tidak enak pun, kau bilang enak."
" Haha, sudah sudah. Inti nya kue buatan mu enak. Dan besok kita akan berangkat ke kota."
" Tapi, dimana aku akan tinggal?" Tanya ayuna.
" Dikolong jembatan!!!!, Tentu saja di rumahku" Ketus sisil.
" Aku tidak mau merepotkan mu."
" Hanya sementara, sampai kau punya cukup uang untuk menyewa rumah atau apartemen. Bagaimana?"
" Baiklah. Aku setuju."
" Gitu dong. Ya sudah aku pamit ya, besok aku akab menjemput mu."
" Sil.."
" Ya??"
" Terima kasih banyak ya, atas tawaran mu."
" Sama sama. Tidak usah sungkan. Kita adalah saudara. Sesama saudara harus saling membantu kan."
Ayuna tersenyum dan memeluk sisil.
" Ya sudah. Aku pamit ya." Ucap sisil.
" Hati hati.."
" Oke."
Sepeninggalan sisil dan suami nya. Ayuna mulai membereskan barang barang mereka. Tak banyak yang di bawa, hanya pakaian dan alat tulisan gibran yang di beri oleh gilang. Karena semua yang ada di rumah itu adalah milik bu sinta.
Saat ayuna membersihkan lemari, dia tidak sengaja menemukan foto pernikahan nya dengan anjas. Dia menatap foto itu, lalu merobek nya menjadi potongan potongan kecil.
" Aku harus bangkit. Aku harus jadi ayuna yang kuat. Aku tidak boleh lemah." Lirik ayuna.
" Bu.."
" Ya sayang.."
" Apa kota menyenangkan?"
" Kenapa gibran bicara seperti itu?"
" Gibran takut jika disana gibran di katakan anak haram lagi."
Deg.
Ternyata gibran menyimpan trauma di hati nya.
" Nak, gibran bukan akan haram. Gibran punya ayah."
" Lalu dimana ayah gibran bu.."
" Emm..., ayah gibran..."
Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin mengatakan jika ayah gibran masih hidup, dia pasti akan minta untuk dipertemukan dengan nya. Dan aku juga tidak bisa membohongi gibran, dengan mengatakan ayah nya sudah meninggal. Itu akan membuat nya terluka, saat tahu ternyata ayah nya masih hidup. Aku harus bagaimana, Tuhan???. Batin ayuna.
...----------------...
......................
......................
......................
...Jangan lupa like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
None
bagus ceritanya..
2022-05-19
1
Kenzo Asfa
lanjut
2022-02-02
1
Adila Nisa Ardani
semoga sukses ayuna dgn usahanya
2022-01-31
2