Acara ulang tahun cucu bu sinta, berjalan sederhana namun meriah. Hanya sedikit yang di undang. Karena memang gilang tidak terlalu suka dengan pesta.
" Bu sinta, kue nya enak banget lo."
" Iya, ibu pesan dimana?"
" Pasti pesanan khusus, mungkin dari kota, ya kan bu."
" Saya suka kuker nya. Kapan kapan kalau ke kota, saya nitip yang seperti ini dong bu sinta, boleh kan?"
" Ngapain jauh jauh ke kota, la wong saya beli nya di sini." Jawap bu sinta ramah.
" Masak sih buk?, Tiara cake gak kayak gini rasa nya."
" Iya, Tiara cake ramai kan, hanya karena itu satu satu nya toko kue di kampung kita."
" Betul, rasa nya juga biasa saja. Masih enak kue ini."
" Kalian tau kue itu buatan siapa?"
" Buatan siapa bu?"
" Iya, aku mau pesan banyak kalau memang beli nya di kampung kita."
" Iya, aku juga pengen beli kuker nya."
Bu sinta menoleh ke arah ayuna, seperti mengatakan bolehkah aku memberi tahu pada mereka, jika ayuna lah yang membuat semua kue yang ada di sini. Ayuna menggeleng.
" Yang membuat semua kue ini. Adalah orang yang sama, yang kalian sebut sebagai pelacvr."
Semua orang yang ada di sana terkejut, sekaligus memandang ke arah ayuna yang terlihat menundukkan kepala.
" Maafkan kami ayuna, kami bersalah."
" Iya, maafkan kami."
" Kami janji akan merubah sikap kami."
" Iya kami berjanji.."
.
Setelah acara selesai.
" Nih, buat kamu."
Galang memberikan seluruh kado yang di bawa teman teman nya.
" Ha?, kenapa kamu memberikan nya pada ku?" Tanya gibran.
" Aku tidak suka kado. Aku lebih suka membeli dengan uang ku sendiri. Ini, ambilah."
" Tapi...."
" Sudah tidak apa apa, gilang memang seperti itu." Ucap lukman, ayah gilang. Yang datang dan bergabung bersama mereka.
" Tapi paman, ini sangat banyak."
" Anggap saja, itu hadiah untuk gibran. Karena selama ini gibran sudah rajin membantu ibu." Lukman tersenyum dan mengelus kepala gibran.
Gilang bangun, dan berjalan menuju kamar nya, lalu kembali dengan membawa sebuah kardus.
" Apa itu?" Tanya lukman.
Gilang membuka kotak kardus. Dan mengeluarkan isi nya.
" Gilang, bukankah ini milikmu?"
" Ya, dan sekarang aku ingin memberikan nya kepada gibran."
" Kenapa?, apa gilang tidak menyukai nya?" Tanya lukman.
" Bukan gilang tidak menyukai nya. Tapi baju dan barang barang gilang sudah banyak. Lebih baik di berikan untuk mereka yang membutuhkan."
Lukman tersentuh dengan apa yang dilakukan gilang.
" Kemarilah.." Perintah lukman.
Cup
Lukman mencium kening gilang.
" Ayah bangga pada mu."
" Terima kasih ayah."
Gilang memeluk ayah nya.
" Senangnya punya ayah."
Mata gibran berkaca kaca. Gilang melepas pelukan nya.
" Jika gibran mau, gibran boleh memanggil paman lukman dengan sebutan ayah."
Lukman menatap gibran dengan senyuman. Sedang gibran menatap balik dengan tatapan tidak percaya.
" Bolehkah?"
Gibran menatap gilang, seperti meminta ijin. Gilang mengangguk.
"Tentu saja boleh. Nenek sinta dan kakek ali kan juga menganggap mu sebagai cucu nya, dan aku menganggap mu sebagai saudara ku. Jadi, ayahku adalah ayah mu juga. Walau kita terlahir dari orang tua yang berbeda."
Gilang menghampiri gibran yang mata nya mulai berair. Dan memegang bahu nya.
" Sudah sana, sebelum aku berubah pikiran." Kekeh gilang.
" Sekarang ayo, panggil paman ayah." Ucap lukman, sambil merentakan ke dua tangan nya.
" Ayah...."
Gibran menangis sambil memeluk lukman.
" Gibran punya ayah, gibran bukan anak haram lagi. Aku bukan anak haram kan ayah." Isak gibran dalam pelukan lukman.
" Ya, gibran bukan anak haram. Tapi anak ayah lukman mulai sekarang."
Gilang ikut memeluk gibran dan lukman.
"Gibran punya ayah, gibran bukan anak haram lagi. Aku bukan anak haram lagi."
Gibran terus mengulangi kata kata nya.
Ayuna melihat itu dengan airmata yang tak henti henti nya mengalir. Bu sinta mendekati ayuna, dan langsung memeluk nya.
" Terima kasih bu, ibu dan bapak sudah sangat baik kepada kami." Ucap ayuna dalam pelukan bu sinta.
" Iya nak, sama sama. Kalau saja putri ku masih hidup. Mungkin dia sudah sebesar diri mu. Jangan sungkan lagi ya nak, anggap aku adalah ibu kandung mu." Ucap bu sinta.
Ayuna semakin terisak dan memeluk bu sinta.
" Ehem.., semua nya berpelukan. Lalu bapak memeluk siapa?" Tanya pak ali yang baru saja datang.
" Meluk saja gak apa apa pak. Saya mau kok." Ucap joko, sopir sekaligus pembantu laki laki di rumah bu sinta dan pak ali.
" Heh! daripada berpelukan dengan mu. Lebih baik aku memeluk tembok saja."
" Hehe..."
Pak joko menggaruk garuk kepala nya lalu pergi ke belakang.
...
" Ayuna, kamu pulang diantar pak joko ya. Biar sekalian di bantu membawakan barang milik gibran."
" Apa tidak merepotkan bu?" Tanya ayuna.
" Memangnya, kamu bisa membawa semua itu?"
" Hehe, enggak sih."
" Ya sudah, diantar pak joko saja"
" Baik bu, kalau begitu saya dan gibran permisi. Sekali lagi terima kasih."
" Iya sama sama. Besok besok main kesini ya, mumpung gilang masih lama di sini."
" Siap nek." Ucap gibran semangat.
" Terima kasih ya gilang."
" Sama sama."
Ayuna dan gibran pulang ke rumah dengan di antar pak joko.
Sesampainya di rumah, mereka langsung membongkar kado dan barang pemberian gilang. Ada baju, tas, buku, alat tulis, sandal, sepatu. Dan masih banyak lagi.
" Sekarang, bereskan kemari gibran. Baju gibran yang sudah tidak muat dan jelek bisa di buang." Ucap ayuna.
" Baik bu."
Gibran membawa satu kardus pakaian dari gilang. Dan menata dalam lemari pakaian nya. Sedang ayuna. Mencari tempatz untuk meletakan buku dan alat tulis, serta tas dan sepatu.
.
Keesokan hari nya, seperti janji ayuna. Dia mengajak gibran jalan jalan ke mall. Perjalanan membutuhkan waktu 30 menit. Mereka menempuh perjalanan dengan menggunakan bus.
Sesampai nya di mall, gibran sangat gembira.
" Wah ibu, lihat. Ternyata mall itu sangat besar ya..."
" Iya sayang. Ayo kita masuk. Kita makan burger dan pizza, seperti yang gibran mau."
" Hore...."
Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall, gibran tidak henti henti nya tersenyum dan kagum melihat banyak sekali barang di dalam mall tersebut.
" Bu, ayo kita ke sana."
Gibran menunjuk tempat bermain.
" Iya, setelah kita makan. Oke."
" Janji.."
" Janji, hari ini adalah hari untuk gibran. Gibran boleh bermain sepuasnya."
" Ye, terima kasih bu."
Gibran menarik lengan ayuna, lalu mencium pipi kanan dan kiri ayuna.
" Ayo kita makan."
Direstoran cepat saji, ayuna memesan burger dan pizzaa ukuran kecil untuk gibran. Dan paket sarapan untuk dua orang.
" Wah bu, ayam nya sangat enak. Seandainya gibran bisa makan ayam seperti ini setiap hari ya..."
" Doakan ibu banyak rejeki. Nanti ibu akan sering mengajak gibran kesini."
" Beneran?"
" Iya, untuk anak ibu yang paling ganteng."
" Terima kasih bu.."
" Sama sama sayang, ayo cepat habiskan. Lalu kita pergi bermain."
...****************...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Jangan lupa tinggalin...
...like...
...komen...
...vote...
...hadiah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Murni Dewita
semangat thor
2023-10-03
0
Susi Diah
kasihan
2022-02-12
1
Kenzo Asfa
sukses terus ya thor
2022-02-02
1