Setelah mengatakan itu, beberapa detik kemudian ia sudah berada tepat didepanku. Sambil memegang daguku dengan jari jempol dan telunjuknya yang kurus, pria dalam peti mati itu mendekatkan wajahnya agar ia bisa mempelajari wajahku dengan jelas. Dengan ekspresinya yang datar itu ia menatap tajam mataku dengan matanya yang dingin itu, kemudian ia berkata,
"Darah mu memiliki rasa yang aneh, tapi itu bagus, aku menyukainya"
Meskipun singkat, kata-katanya itu cukup untuk membuat nyaliku menciut. Aura mengintimidasinya sangat kuat, membuat keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhku, badanku tidak bisa bergerak seakan membatu, bahkan mulutku seakan terbungkam tidak bisa berteriak, aku benar-benar tidak bisa berbuat apapun. Yang bisa ku lakukan hanya menatap matanya yang dingin itu.
Ku perhatikan lagi wajah orang ini, ternyata warna matanya yang tadinya berwarna biru aqua berubah menjadi berwarna merah darah. Kemudian saat aku masih tenggelam dalam rasa penasaran ku, ia berbicara lagi,
"Kau tidak akan menolak saat aku hisap darahmu karena sekarang kau adalah makananku!"
Seketika aku teringat ucapan Stella tentang bangsa vampir yang bisa mengendalikan pikiran itu, membuatku berpikir bahwa sepertinya pria dalam peti mati ini berusaha untuk mengendalikan pikiranku, tapi entah mengapa aku tidak terpengaruh sedikitpun dengan ucapannya. Aku masih bisa mengendalikan pikiranku sendiri, tapi tetap saja aku tidak bisa bergerak karena merasa sangat ketakutan.
Kemudian tangannya mengusap-usap leherku seakan ia sedang mencari tempat yang tepat untuk menusukkan taringnya agar ia bisa menghisap darahku. Mulutnya terbuka sehingga menampakkan gigi taringnya yang panjang dan perlahan mendekati leherku bersiap untuk menggigitku. Ketika taringnya sudah menyentuh kulitku, tiba-tiba ia berhenti dan berkata,
"Tenang saja, setelah ku hisap darahmu, kau tidak akan mati atau menjadi seorang vampir, aku pastikan kau akan tetap menjadi seorang manusia"
Kemudian, ia tersenyum dan melanjutkan perkataannya,
"Tapi kau akan menjadi sumber makananku selama sisa hidupmu!"
Mataku terbuka sangat lebar karena saking terkejutnya mendengar ucapan pria itu. Tak lama kemudian,
"AARRGGGHHHH......." Aku hanya bisa berteriak saat gigi taringnya yang panjang itu menancap di leherku. Rasanya seperti pisau yang kau tancapkan ke lehermu sendiri, SAKIT SEKALI.
Pria dalam peti mati itu kemudian mencabut taringnya dari leherku dan terdiam keheranan.
"Hmmm...cepat sekali, ku kira bakal lama? terus mengapa aku tidak merasakan apapun sekarang? aneh sekali" pikirku sambil memegang leherku yang tadi digigit oleh pria itu.
Aku dan pria dalam peti mati itu terdiam dan saling menatap keheranan satu sama lain. Beberapa saat kemudian ia bertanya padaku,
"Kau ini sebenarnya apa?"
"Tentu saja aku manusia" jawabku mantap.
"Kau benar, kau adalah manusia, aku bisa merasakannya sendiri" katanya meyakinkan diri.
"Lah, terus kenapa bertanya?" kataku, tentu saja dalam hati.
"Mengapa aku tidak bisa menghisap darahmu?" tanyanya keheranan.
"Ya, mana ku tahu, aku cuma orang yang numpang lewat!" kataku, ya tentu saja masih dalam hati.
Sesaat kemudian pria itu tidak mengeluarkan aura haus darah lagi dan warna matanya kembali menjadi biru aqua. Kemudian ia bertanya lagi,
"Kau dari tadi diam saja, jawab pertanyaanku!"
"Ah ya benar sekali, untuk apa aku takut padanya? dia bahkan tidak bisa menghisap darahku dan sepertinya ia juga tidak bisa mengendalikan pikiranku" ya kataku dalam hati.
Ku beranikan diri untuk berbicara
"KAU PIKIR SAJA SENDIRILAH, DADAH..!!!!!!"
Teriakku pada pria itu dan kemudian berlari secepat mungkin menjauhinya.
Aku berlari sangat cepat bahkan lebih cepat dari kecepatan berlariku biasanya. Aku tahu berlari dari seorang vampir itu perbuatan sia-sia, tapi aku tidak ingin mati begitu saja tanpa perlawanan.
Selama pelarian aku berpikir sepertinya aku melupakan sesuatu, tetapi aku tidak tahu apa itu. Karena tenggelam dalam pikiranku, tidak terasa sudah cukup lama aku berlari dan baru menyadari bahwa aku sudah hampir sampai di jalan utama. Tiba-tiba dari kejauhan ku lihat pria dalam peti mati itu sudah berdiri di tepi jalan utama. Namun, saat aku hampir mendekatinya, tiba-tiba pria itu terjatuh. Aku pun berhenti berlari dan ku lihat dari kejauhan sosok pria ini terkapar di atas tanah. Aku perhatikan dia beberapa saat namun ia tetap tidak bergerak. Karena penasaran, perlahan ku dekati dia dan ternyata dia tidak sadarkan diri.
Ini kesempatanku untuk melarikan diri darinya. Tapi, aku tidak tahu perasaanku saat ini, disisi lain aku merasa lega, namun disisi lain aku merasa tidak bisa meninggalkannya disini sendirian karena aku bisa merasakan bagaimana rasanya tidak punya siapa-siapa. Pada akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke rumahku. Aku menggendongnya di punggungku, meskipun awalnya aku sedikit kesusahan menggendongnya karena ia lebih tinggi dariku, tapi aku berhasil membawanya sampai ke rumahku.
Saat aku sampai ke rumah, matahari mulai terbit dari ufuk timur. Seperti biasa aku tidak tahu harus berkata apa lagi kepada ayahku, apalagi kali ini aku membawa seseorang denganku.
"Baiklah hadapi saja" gumamku.
Belum aku mengetuk pintu, tiba-tiba ayah muncul dari dalam rumah. Sambil memasang wajah terkejut saat ia melihatku menggendong seseorang, ayahku buru-buru menyuruhku masuk.
"Kali ini apa yang kamu lakukan hah?" kata ayahku, ketika aku sudah masuk ke rumah.
"Sudah yah, nanti aku jelaskan, yang penting sekarang aku harus merebahkannya dulu di sofa" kataku sambil menahan beban dari pria ini.
Setelah ku menidurkannya di sofa, dengan mengerutkan dahinya, ayah bertanya padaku,
"Chandra anak gadis siapa ini yang kamu bawa, ayah tidak pernah ya mengajari kamu un-"
Belum sempat ayahku menceramahi ku, aku langsung menyangkalnya,
"Yah, dia ini laki-laki"
Terkejut dengan jawabanku, kemudian ia memperhatikan lagi pria dalam peti mati itu dari atas sampai bawahnya.
"Ah iya kau benar. Tapi dia ini siapa?"
Seakan ingat sesuatu kemudian ayah berbicara lagi,
"Tunggu dulu?! bukannya ayah menghukummu untuk tidak keluar rumah setelah jam 3 sore? sejak kapan kamu pergi? bukannya tadi malam kamu sudah tidur dengan nyenyak di kamar?"
Mendengar ocehan ayahku dari a sampai z itu, akhirnya aku menjelaskan pada ayah tentang apa yang terjadi padaku,
"Tenang yah, aku akan jelaskan semuanya, jadi begini setelah aku mengantarkan Stella, aku membersihkan diri kemudian langsung tidur, namun entah mengapa saat aku terbangun aku sudah berada di gua tempat aku bersembunyi waktu itu, saat aku hendak pulang ke rumah aku menemukan pria ini tidak sadarkan diri di tepi jalan utama, karena aku kasihan melihatnya, jadi aku bawa dia kesini, begitu ceritanya yah"
Aku menjelaskan panjang lebar kepada ayahku, meskipun tidak semua aku katakan pada ayahku, tapi sebagian besarnya adalah kebenaran.
Mendengar penjelaskan ku, ayah mengerutkan dahinya seakan sulit untuk mempercayai apa yang aku ceritakan. Ayah berpikir sejenak untuk mencerna apa yang ku katakan, beberapa saat kemudian ia akhirnya berbicara,
"Baik ayah percaya padamu, tapi yang jadi masalah, mengapa kamu bisa tiba-tiba berada di gua itu? ayah sepanjang malam duduk di ruang tamu dan ayah bahkan tidak melihatmu turun tangga"
"Hoam....Justru itu yah, aku juga tidak tahu" jawabku yang sudah mulai mengantuk.
"Hoam......Yah, bangunkan jam setengah 7 ya, aku mau tidur dulu sebentar sebelum berangkat sekolah" kataku dengan mata yang mengantuk beranjak menuju kamarku.
"Ya, nanti ayah bangunkan" jawab ayah.
***
"Dasar anak aneh, di situasi seperti ini ia malah santai begitu" kata ayah melihat anaknya yang menaiki tangga menuju kamarnya.
Ayah kemudian duduk di sofa yang berada disamping sofa yang ditempati oleh pria dalam peti mati. Ia kemudian memperhatikan dan mempelajari pria itu,
"Melihat pria ini seperti tidak asing?" gumam ayah sambil memegang dagunya.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Imamah Nur
Awas nanti kau dihisap darahnya, eh tapi apakah pria ini adalah ayah Chandra yang menyatu dengan ibunya?🤔
2023-02-27
2
Imamah Nur
Waduh dibawa pulang 🥲
2023-02-27
1
Imamah Nur
Chandra hebat👍
2023-02-27
2