Hari sudah malam. Setelah perjalan panjangku untuk sampai ke rumah, pada akhirnya aku sampai di depan pintu rumahku. Kutatap terus gagang pintunya seraya membayangkan skenario apa yang akan terjadi ketika aku masuk nanti. Saat kupegang gagang pintu itu seketika kubayangkan wajah horor ayahku yang sudah siap meninjuku ketika masuk nanti. Itu sudah pasti terjadi, selain karena aku bolos sekolah lagi, aku juga tidak pulang dari kemarin.
Dengan berat hati kubuka pintu rumah dan melangkahkan kaki ku ke dalamnya. Saat memasuki rumah, keadaan di dalam sangat gelap. Mungkin ayahku sudah tidur, karena biasanya jika beliau belum tidur lampu-lampu di setiap ruangan di rumahku masih menyala. Oleh karena itu, untuk memastikannya aku coba untuk membuat suara, kemudian dengan suara lirih ku berkata, "A...aku pulang~"
Namun, tidak ada jawaban. Mungkin ayah tidak mendengarnya. Kucoba lagi memanggilnya, namun kali ini dengan suara yang keras,
"AYAH....AKU PULANG....AYAH? AYAH APA AYAH SUDAH TIDUR? APAKAH AYAH DI RUMAH?"
Aneh, sekeras apapun berteriak memanggil ayahku tapi tidak ada jawaban. Padahal ini sudah jam 10 malam, biasanya jam segini ayahku sudah ada di rumah. Kutelusuri seluruh rumah tapi aku tidak dapat menemukannya. Tinggal satu tempat yang belum kuperiksa, yaitu kamarku. Dengan keringat yang bercucuran karena khawatir terjadi sesuatu pada ayahku, aku melangkahkan kakiku secara perlahan menuju kamarku.
Kubuka pintu kamarku, tapi aku tidak bisa melihat apapun, karena disini sangat gelap sekali. Kumasuki kamarku lebih jauh. Namun, CTAK..! tiba-tiba lampu belajarku menyala dan kulihat sosok ayahku duduk di belakang lampu belajar yang menyala itu mengeluarkan aura horor.
Pria yang kupanggil 'ayahku' itu dengan tatapan tajamnya menatapku seraya berkata, "Masih ingat pulang, hah? tidak sekalian saja jadi gelandangan sana !"
"Se...seram." Itulah ku pikirkan ketika sosok ayahku saat ini. Aku bahkan tidak bisa bicara dan bergerak saking takutnya pada ayahku ini. Ayahku merupakan tipe lovely daddy yang sangat baik, sabar, dan ramah. Namun, ketika beliau marah itu sudah seperti akhir dunia, wajahnya akan berubah dari lovely daddy menjadi scary daddy.
Melihat reaksiku yang hanya terdiam, kemudian ayah berdiri dari kursi belajarku dan menghampiriku.
Baiklah, aku sudah siap menerima ocehan dan tinju yang akan dilayangkan oleh ayahku. Kupejamkan mata agar aku tidak melihat kedatangannya. Namun, setelah ku tunggu malah tidak terjadi apa-apa, yang kudengar hanya suara ayah yang menahan tangisnya. Kubuka mataku dan kulihat ayah berdiri di depanku sambil berusaha menahan tangisnya.
Aku tidak percaya akan apa yang ku lihat ini, seharusnya saat ini aku sudah dihajar oleh ayahku, tapi yang ku lihat malah kebalikannya. Ayahku menjadi sangat sentimen semenjak ibu meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan, saat aku kelas 3 SMP. Beliau sangat ketakutan jika aku juga pergi meninggalkannya, karena sekarang ia hanya punya aku.
Sambil mengusap matanya yang mengeluarkan air mata itu, ayah mulai berbicara, "Darimana saja kau hah? sudah bolos dari sekolah lagi, seharian tidak pulang, ku mau dihukum apa sama ayah hah? terus itu, kemana handphone kamu? di-sms gak dibalas, ditelpon malah di luar jaringan."
"Anu...itu, yah! aduh bagaimana ya menjelaskannya? Handphoneku mati habis baterai jadi aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Terus begini...." Kujelaskan semuanya dari mulai aku kabur dari sekolah, hingga akhirnya aku tersesat di hutan. Namun, aku tidak menjelaskan perihal vampir dan pria dalam peti mati itu, karena aku yakin Stella pasti ingin keberadaan bangsa mereka tidak diketahui oleh siapapun, di samping itu pasti ayahku juga tidak mempercayainya.
"APAA!!! ADA ORANG YANG MENGIKUTI MU?" teriak ayahku kaget mendengar penjelasanku.
"Iya yah benar, Aku dikuti sehingga akhirnya Aku tersesat di hutan," kataku menambahkan.
"Tapi Kau tidak apa-apa kan?" jawab ayahku dengan nada khawatir.
"Tenang saja yah, mereka tidak bisa menemukanku karena mereka kehilangan jejakku. Berterimakasihlah pada kekuatan berlariku, yah!" kataku dengan percaya diri.
"Ah iya Kau benar, kecepatan berlarimu berada di atas rata-rata, jadi ayah percaya mereka pasti kehilangan jejakmu. Tapi, pasti suatu saat nanti mereka akan menemukanmu lagi, jadi Kau harus lebih berhati-hati lagi nak," jawab ayah.
Setelah beberapa saat terdiam seperti memikirkan sesuatu, ayah kemudian berkata lagi dengan begitu tegas, "Baiklah, Aku memaafkanmu karena tidak pulang seharian ini, tapi Kau harus diberi hukuman karena bolos sekolah. Mulai besok, selama satu bulan Kau harus sudah berada di rumah sebelum pukul 3! Jika melanggarnya, Kau akan menerima hukuman yang lebih berat!"
"Eehh.....besok pun Aku harus pergi sekolah?!" tanyaku.
"Ya iya lah, Kau terlihat baik-baik saja, jadi besok harus tetap sekolah. Untung saja gurumu yang melapor ke Ayah memutuskan untuk tidak memperpanjang urusan bolos Kau itu" jawab ayah.
"Ta..tapi jarak sekolah ke rumah lumayan jauh loh, mana Aku tidak punya kendaraan pribadi, terus pakai angkot muter-muter dulu, kalau jam pulang sekolahku jam 2, bagaimana Aku bisa sampai ke rumah sebelum jam 3?" protes ku berharap ayah mau bernegosiasi.
"Heee... bukannya Kau mempercayai kecepatan berlarimu? Gunakan itu untuk sampai ke rumah sebelum jam 3!" kata ayah. Sepertinya keputusannya tidak bisa diganggu gugat.
"Baiklah, sekarang Kau istirahat dulu, ayah mau tidur," kata ayah sambil berjalan menuju pintu kamarku. Saat akan menutup pintu, beliau berbicara lagi dengan suara lirih, "Chandra, berjanjilah pada ayah, kau tidak akan pergi meninggalkan ayah."
Aku hanya mengangguk mendengar perkataan ayah. Kemudian pintu kamarku tertutup. "Ayah benar-benar takut kehilanganku ya!" kataku dalam hati.
Meskipun aku hanya anak angkat ayah Muwarman Felix Suhendra dan ibu Nina Felix Suhendra, tapi mereka sangat menyayangiku seperti anak kandung mereka sendiri. Begitupun denganku, aku juga menyayangi mereka dan menganggap mereka sebagai orang tuaku sendiri. Aku sangat bersyukur ditemukan oleh keluarga ini.
Karena badanku yang sudah sangat lengket ini, aku memutuskan untuk mandi dan kemudian pergi tidur.
****
Keesokan harinya seperti kata ayahku, dengan berat hati aku pergi ke sekolah. Saat sampai di depan gerbang sekolah ku lihat pak Bagus atau yang biasa ku sebut bola berjalan itu sedang berdiri di depan gerbang menyambut siswa-siswi yang datang ke sekolah.
"Wah, sepertinya Aku harus melewati bola berjalan itu tanpa ketahuan," kataku dalam hati.
Kemudian aku mengendap-ngendap melewatinya dengan berjalan bareng bersama dengan kerumunan siswa yang juga akan masuk ke sekolah. Aku merasa taktik ini akan berhasil. Namun, saat aku melewati bola berjalan itu, tiba-tiba ia memanggilku, "Chandra Felix Lance!"
Mendengar namaku dipanggil olehnya, aku langsung berbalik seraya menjawabnya, "Ya! Siap Pak Bagus!"
"Kau memutuskan untuk masuk sekolah ya, berani sekali!!" kata pak Bagus dengan nada menantang.
"Tentu saja pak, Aku kan ingin menuntut ilmu, agar masa depanku cerah. Baiklah pak saya harus segera ke kelas." Setelah mengatakan itu aku berbalik untuk menuju ke kelas.
Ketika hendak berjalan, pak Bagus mencengkram bahuku kemudian berkata dengan tampang iblisnya, "Jangan bilang kau berpikir bahwa Aku tidak akan memberimu pelajaran, siswa kurang ajar!"
Kata-kata dari bola berjalan ini cukup untuk membuatku bercucuran keringat.
"Ehehehe..." Aku hanya tertawa kering untuk menjawab perkataannya.
"Temui Aku saat istirahat nanti di ruang guru, akan kupastikan Kau tidak mendapatkan kesempatan untuk beristirahat!" katanya dengan nada mengancam.
"Baik, Pak!!!" jawabku, sambil berlari menjauhi bola berjalan itu.
***
Saat sudah sampai di kelas, aku duduk di bangku tercintaku di pojok paling belakang dekat jendela. Sesaat setelah aku duduk sekilas kudengar anak-anak kelas membicarakan mengenai murid baru di kelas.
"Eh murid baru kemarin belum datang ya? padahal Aku ingin tanya-tanya sama dia," kata salah seorang teman kelas yang sedang mengobrol dengan temannya.
"Iyaa ya, Aku juga mau mengobrol sama dia," jawab temannya.
"Aku tidak menyangka murid secantik itu bisa jadi teman sekelas kita," jawabnya.
Tunggu dulu?! murid baru? baru saja aku tidak masuk satu hari sudah ada murid baru? Mendengar obrolan mereka membuatku penasaran siapa murid baru itu? apakah dia memang secantik yang dikatakan mereka? Tapi aku sih yakin kalau yang paling cantik itu pacar baruku, Stella. Hanya dengan memikirkannya saja membuatku senyum-senyum sendiri, aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi. Dia tidak mengirimiku pesan dari kemarin, itu juga membuatku semakin ingin bertemu dengannya.
"Eh, eh murid barunya sudah datang tuh?!" kata salah seorang teman kelasku yang membuatku tersadar dari lamunanku.
Wah kebetulan dia sudah datang, aku sangat penasaran dengan murid baru itu. Ku pandangi pintu kelas tempat murid baru itu akan masuk agar aku bisa melihat dia secara langsung.
Beberapa saat kemudian seorang murid perempuan memasuki kelasku. Melihat kedatangannya, seketika aku langsung berdiri dan berteriak, "STELLA?!"
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Nenieedesu
sudah aq like dan Favoritkan
2023-06-15
1
Pink Blossom
pacar'y ya
2023-03-11
1
Pink Blossom
yah,, rs syg mu bbrp mnit lalu hilng kmna?.... wkwkk ayh'y blik lg🤭🤭
2023-03-11
1