Bel pulang sekolah pun berbunyi, itu merupakan suatu akhir dari perjalanan para pelajar untuk menuntut ilmu di sekolah pada hari ini. Itu artinya aku bisa segera pulang dan benar-benar beristirahat setelah bola berjalan itu memberikan hukuman membersihkan gudang sekolah saat jam istirahat tadi. Ah...dia memang benar-benar serius untuk membuatku tidak beristirahat hari ini.
Ketika aku hendak melangkahkan kakiku untuk segera pulang ke rumah, tiba-tiba Stella sudah berada disampingku sudah berniat untuk pulang bersama. Sepertinya dia mengkhawatirkan ku, setelah apa yang terjadi padaku dari kemarin. Ia kemudian menggenggam tanganku dengan erat seakan ia takut kehilanganku. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya itu.
Setelah beberapa langkah kami berjalan pulang, dengan nada khawatir Stella bertanya padaku,
"Chandra, kamu sakit ya? jangan bohong, karena aku bisa merasakannya dari genggaman tanganmu!"
Aku terkejut mendengar ucapannya itu, padahal ku rasa tampangku tampak biasa-biasa saja. Seperti yang diharapkan dari seorang vampir, sepertinya aku tidak bisa berbohong pada Stella.
"I..iya, sebenarnya aku sudah sakit dari hari pertama kita jadian"
Mendengar jawabanku itu, ekspresi wajah Stella menjadi makin khawatir. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia menarik tanganku dan membawaku ke tempat sepi yang berada di samping gedung sekolah.
Setelah dirasa tidak ada siapa-siapa, dengan penuh tanya aku bertanya padanya,
"Stella, ngapain kita ke tempat i-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba aku sudah berada dalam gendongan Stella (bayangkan saja digendong seperti seorang putri). Selain merasa kaget, aku juga merasa sangat malu sekali dengan posisi seperti ini. Sepertinya ada yang salah? ya, tentu saja seharusnya aku yang menggendong Stella bukan sebaliknya.
"Oi Stella, apa yang kamu lakukan? tu...turunkan aku!" kataku dengan wajah yang merah karena malu.
"Diam Chandra, aku akan mengantarmu pulang. Akan ku pastikan kau pulang dengan aman. Tenang saja, kau tau kan kalau bangsa kami itu kuat dan cepat, berat badanmu itu tidak apa-apanya bagiku!" Jawab Stella sambil menatapku dengan senyuman lembutnya.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah ia menatapku seperti itu.
"Baiklah, pegangan yang erat!" katanya dengan percaya diri.
"Pe...pegangan kemana maksudmu?" kataku dalam hati.
Belum sempat aku berpikir, Stella sudah melaju dengan cepat, dengan refleks ku tutup mataku dan ku lingkarkan tanganku pada leher Stella.
Aku tidak tahu apa yang terjadi selama perjalanan tadi karena aku tidak berani membuka mataku, tapi cuma butuh waktu 5 menit untuk kita sampai di depan rumahku.
Kemudian aku turun dari gendongan Stella. Saat ku menginjakkan kakiku ke tanah, aku merasa tidak stabil karena seluruh badanku sangat lemas sekali, mungkin ini efek dari kecepatan berlari Stella tadi. Ku pandangi rumahku yang beberapa menit lalu tidak ada di hadapanku.
"I...ini benar-benar rumahku!" kataku dalam hati, seakan tidak percaya akan apa yang ku lihat ini.
"Tu...tunggu dulu?! Stella tahu rumahku dari mana? aku bahkan tidak pernah menyinggung tentang tempat tinggal ku sejak pertama kita bertemu 5 tahun yang lalu" Pikirku.
"Aku tahu semua tentang kamu Chandra" Stella tiba-tiba berbicara setelah dari tadi melihatku tertegun melihat rumahku sendiri.
"Ba...bagaimana kamu bisa tahu apa yang aku pikirkan?" kataku dengan mata yang terbuka lebar, karena saking terkejutnya.
"hahaha...sayang wajahmu itu sangat mudah dibaca tahu" jawab Stella sambil tertawa.
"Hah? benarkah?" kataku sambil beraba-raba wajahku sendiri.
"Eh, bukan itu masalahnya?! Jadi, selama ini tanpa sepengetahuanku kamu mencari tahu tentangku?" Tanyaku yang masih terkejut dengan jawaban Stella.
"Eeeemmmm....sebenarnya aku sudah suka sama kamu semenjak pertama kali kita bertemu, jadi aku mencari tahu segala sesuatu tentangmu, maafkan aku ya, hehe" Kata Stella dengan malu-malu sambil memainkan rambut indahnya yang terikat itu.
"Argh....aku tidak bisa marah padanya, dia imut sekali !!!" kataku dalam hati.
"Baiklah, karena kamu imut sekali, aku akan memaafkan mu" jawabku kemudian pada Stella.
"Baiklah kalau begitu, aku pulang du-" belum Stella selesai pamit untuk pulang, tiba-tiba pintu rumahku terbuka.
Tenyata yang membuka pintu adalah ayah yang terlihat masih mengenakan pakaian kerjanya, sepertinya hari ini beliau pulang lebih cepat. Ayahku yang melihat didepan pintu rumahnya ada anaknya bersama temannya pun akhirnya menyambut kedatangan kami.
"Eh siapa wanita cantik ini? temannya Chandra?" Kata ayahku dengan ramah menyapa Stella.
Mendengar pertanyaan ayahku Stella langsung memperkenalkan dirinya pada ayahku,
"Mohon maaf atas ketidaksopanan saya, perkenalkan nama saya Stella Doucan, saya adalah calon menantu ayah"
Mendengar perkenalan yang diucapkan oleh Stella cukup untuk membuat ayah dan aku membuka mata lebar-lebar dengan mulut menganga secara bersama-sama. Kemudian sambil berbisik ayah bertanya padaku,
"Woi Chandra apa yang telah kamu lakukan sehingga dia berpikir bahwa kamu akan menikahinya?"
"Jangan-jangan kamu sudah melakukan-"
Belum selesai ayahku menuduhku, aku langsung menyanggahnya,
"Jangan sembarangan menuduh yah, aku tidak akan berbuat se keji itu!" kataku menyanggah tuduhan ayahku itu.
"Terus itu apa?" Tanya ayah heran.
"Dia itu pacarku yah" jawabku.
"Chandra, ayah, mengapa kalian berbicara sambil berbisik?" Tanya Stella yang dari tadi melihat kami saling berbisik.
"Tunggu dulu?!, ka..kamu memanggil saya ayah?" tanya ayahku yang baru menyadari keanehan dari panggilan Stella.
"Iya yah, tidak aneh kan seorang menantu memanggil mertuanya ayah" jawab Stella dengan polosnya.
"hehe, iya iya kamu bisa panggil saya dengan sebutan apapun" kata ayahku dengan tawa garing nya. Stella memang luar biasa bahkan ayahpun tidak bisa menyangkal perkataannya.
"Ya sudah, ayo, ayo kalian berdua masuk, minum dulu, ayah jago loh bikin minumnya" Undang ayahku pada Stella untuk singgah dulu ke rumah kami.
"Maksud ayah, air bening kan?" kataku dengan nada jahil.
"hehe ayah cuma bisa bikin itu sih..." jawab ayahku sambil tertawa.
"Tapi aku yakin air bening buatan ayah itu lebih menyegarkan dari pada air bening yang berasal dari sumbernya hahaha" Tambah Stella yang melengkapi candaan kami.
Melihat ayah dan Stella tertawa bersama, membuat ku merasa nyaman sekali. Orang-orang yang paling ku sayangi berkumpul dan tertawa bersama, itulah yang namanya hidup yang patut disyukuri.
Setelah kami tertawa riang di luar, akhirnya kami semua masuk ke dalam rumah. Aku dan Stella duduk di ruang tamu, sedangkan ayah pergi ke dapur untuk membuatkan kami minuman air bening seperti yang dijanjikannya.
Saat ayah sedang sibuk di dapur aku dan Stella mengobrol berdua di ruang tamu. Stella mendapati sebuah album foto yang terletak dibawah meja. Karena sangat penasaran ia meminta izin padaku untuk melihat isinya dan yaa tentu saja aku mengizinkannya.
Stella membuka selembar demi selembar album foto itu sambil tersenyum. Sambil memandangi album foto itu Stella bergumam,
"Chandra kamu tumbuh dengan baik ya bersama keluarga ini"
Mendengar kalimat itu, ku tatap lembut album foto itu seraya berkata,
"Aku sangat bersyukur saat aku masih bayi mereka menemukanku disaat orang tua kandungku meninggalkanku sendirian di tengah hutan"
Stella menepuk-nepuk punggungku saat ia melihatku hampir meneteskan air mata.
"Waaah...sedang apa kalian, kelihatannya seru!" kata ayahku yang tiba-tiba datang membawa makanan dan minuman yang sangat banyak menghancurkan moment haru diantara aku dan Stella.
"Ini yah, aku baru saja menemukan aib-aib Chandra dalam album foto ini" kata Stella yang mengikuti arus dari ayahku.
Ku usap air mataku dan kemudian aku ikut dalam arus yang telah mereka buat.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Nenieedesu
jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana
2023-06-15
1
Pink Blossom
aku kira bkl mmprknal kn sbgai pcr🤭🤭
2023-03-11
2
Bangu Thry Wulandari
haha.. cewek gendong cowok... apa nggak berat itu...
2023-03-05
1