Pertanyaan ayah membuatku heran, padahal aku kan baru sembuh dan baru beranjak dari tempat tidurku, sejak kapan aku punya waktu untuk mengecat rambutku.
"Apa maksud ayah? rambutku masih hitam mengkilap seperti ini" kataku sambil mengusap-usap rambut indahku.
"Hee, benarkah, terus itu mengapa rambut depanmu berwarna biru?" jawab ayahku sambil menunjuk-nunjuk rambut depanku.
"Hah? benarkah?" kataku yang agak sedikit tidak mempercayai perkataan ayah.
"Kalau tidak percaya, coba kamu ngaca dulu"
"Baik, akan ku buktikan kalau ayah cuma bercanda saja" kataku sambil beranjak dari duduk untuk menuju cermin yang berada di kamar mandi.
Saat sudah berdiri di depan cermin, mataku langsung terbuka lebar seakan tidak percaya akan apa yang ku lihat ini. Ku lihat sosok diriku yang rambut depannya berwarna biru berdiri di depan cermin yang juga memasang ekspresi terkejut.
"WAAA...APA INI?!" teriakku dari dalam kamar mandi.
"Chandra ada apa?" tanya ayah dari luar kamar mandi.
"Tidak apa-apa yah" jawabku.
Ku tatap lagi cermin yang ada di depanku, ku pelajari lagi bayangan yang ada di depanku, tapi tetap saja itu adalah aku. Sambil mengusap-ngusap bagian rambutku yang berwarna biru itu, aku memikirkan sesuatu, sesuatu seperti deja vu. Aku berpikir keras lagi dan akhirnya aku mengingatnya, kejadian ini seperti mimpi yang ku alami saat aku sakit waktu itu. Cuman bedanya saat itu rambutku sepenuhnya sama seperti rambutnya Valter.
Bicara tentang Valter, aku ingat malam tadi sebelum aku kehilangan kesadaran ia berada di kamarku. Apakah dia yang menyembuhkan ku tadi malam? tapi apa yang dia lakukan sehingga dia bisa memyembuhkanku dengan begitu cepat? yang jelas apapun itu ku rasa berdampak pada warna rambutku ini.
Ku coba mencabut sehelai rambut berwarna biru itu, dan ku pelajari, ternyata itu benar-benar warna rambut alami, bukan karena dicat. Sebenarnya aku merasa panik, tapi aku harus tetap tenang agar aku bisa memikirkan sesuatu. Kemudian langkah selanjutnya aku mencoba mencat rambut yang berwarna biru itu dengan cat rambut warna hitam milik ayah, tapi berapa kali pun ku coba tetap tidak bisa, catnya tidak menempel pada rambut. Akhirnya aku menyerah, aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa pada rambutku ini, ku putuskan untuk membiarkannya saja dan berpura-pura mengakui bahwa aku mengecat rambutku. Sebenarnya aku malu, mengapa rambutku berwarna biru hanya bagian depannya saja itupun tidak semuanya, ahhh...aku terlihat bodoh dengan warna rambut seperti ini.
Aku kemudian keluar dari kamar mandi dan ku lihat ayah sudah berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah khawatirnya.
"Chandra kamu benar-benar tidak apa-apa? apa penyakitmu kambuh lagi?"
"Tenang saja yah aku baik-baik saja, aku cuman kaget saja melihat wajahku yang makin tampan ini di cermin, hahaha" kataku yang asal menjawab.
"Oh, baiklah" kata ayah.
Ayah kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan ternyata itu adalah sebuah gantungan kunci tua berbentuk robot yang sangat keren. Ia menguraikannya di depan wajahku dan berkata,
"Selamat ulang tahun yang ke 17 jagoan ayah, ini kado dari ayah" kata ayah yang kemudian memberikan gantungan kunci itu padaku.
"Sebenarnya ayah tidak tahu harus memberimu apa untuk kado ulang tahunmu, tapi ayah ingat sesuatu yang diberikan kakekmu pada ayah waktu ayah berulang tahun ke 17 yaitu gantungan kunci ini, terlihat kenak-kanakkan tapi kakekmu mendapatkannya dengan susah payah. Ayah sangat menyukainya jadi ayah memutuskan untuk menjadikannya sebagai warisan keluarga kita dan akan mewariskannya pada keturunan ayah pada saat ia berumur 17 tahun. Dan sekarang umurmu 17 tahun, jadi ayah berikan gantungan kunci ini padamu, pastikan kau menjaganya baik-baik" lanjut ayah yang terlihat seperti mengenang masa lalunya bersama kakek.
"Terimakasih ayah, aku juga sangat menyukainya, gantungan kunci ini sangat keren, aku akan menjaganya dengan baik, agar aku bisa memberikan gantungan kunci ini pada anakku kelak" jawabku dengan memasang senyum di wajah ku sambil memandangi gantungan kunci itu .
Ayah tersenyum bahagia mendengar jawabanku itu.
"Oh iya, ayah punya satu lagi untukmu" lanjut ayah yang tiba-tiba teringat dengan hadiah yang satunya.
Ayah kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil kado yang satunya.
"Aku tidak tahu kalau aku dapat 2 hadiah tahun ini, hehe jangan-jangan aku akan dapat sesuatu yang lebih besar" pikirku.
Beberapa saat kemudian ayah keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah kotak kecil di tangannya. ia kemudian duduk di kursi dan menghela napas,
"Hmmm...Chandra sini kamu duduk disini" kata ayah sambil menunjuk pada kursi kosong di depannya.
Aku kemudian menurutinya dan duduk di depannya. Aku hanya diam menunggu ayah untuk mengatakan sesuatu mengenai kotak kecil yang ada di tangannya itu.
"Ini adalah hadiah dari ibu kandung mu" kata ayah sambil menyodorkan kotak kecil itu kepadaku.
Tentu saja mendengar ucapan ayah membuatku kaget bukan main. Maksudku, ini sangat sulit dipercaya kado ini dari ibu kandung yang membuangku itu? terpikir pun tidak pernah kalau orang itu masih peduli pada anaknya. Dengan rasa kagetku ini aku berkata,
"I...ibu kandungku? yang melahirkanku?"
"benar ibu kandung mu" jawab ayah.
"Maaf ayah aku tidak pernah merasa punya ibu selain ibuku Nina Felix Suhendra, jadi aku tidak mau menerima kado ini" kataku dengan mantap.
"Nak dengarkan ayah, kamu jangan membenci ibu kandungmu ia sangat menyayangimu, jadi ayah mohon untuk menghargainya terimalah kado ini" kata ayah sambil menggeserkan kotak kecil itu mendekatiku.
"Chandra saat ayah dan ibu menemukanmu dulu di hutan, ayah menemukan sepucuk surat dan kotak ini disamping bantal yang kamu tiduri. Isi dari surat itu intinya ia memohon kepada siapapun yang menemukan bayi kecilnya untuk merawat dan menyayanginya seperti ia merawat dan menyayangi anaknya sendiri. Kemudian di akhir surat itu ia meminta kepada orang itu untuk memberikan kotak kecil inu kepada bayinya ketika ia berumur 17 tahun. Ayah tidak tahu isinya apa, karena ayah tidak pernah sekalipun membuka kotak itu" lanjut ayah.
"Apakah ia menuliskan alasan ia meninggalkanku?" tanyaku.
"Tidak, tapi ayah yakin ia melakukan itu demi kebaikan kamu" jawab ayah dengan yakin.
Ku tatap kotak kecil itu, perasaanku bercampur aduk saat ini, apakah aku harus senang mengetahui hal ini? jujur saja aku masih kecewa dengan orang tua kandungku, mengapa mereka tidak menjelaskan alasan mereka meninggalkanku. Akhirnya aku mengambil kotak kecil itu dan berkata pada ayah,
"Aku ambil ini karena ayah, bukan karena ibuku"
***
Sementara itu di tempat antah berantah.
Valter sedang duduk termenung di halaman belakang kediaman Alexander Doucan menghadap danau yang terbentang luas di depannya. Ia tidak beranjak dari tempat itu semenjak kembali dari rumah Muwarman untuk menyelamatkan Chandra dari penyakitnya.Ia terlihat seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan oleh salah satu dari pemimpin The Great Four Majesty ini. Alexander Doucan atau dipanggil Alex yang dari tadi sudah berdiri disampingnya pun penasaran terhadap apa yang dipikirkannya, ia telah memanggil tuanya berkali-kali tapi ia tidak menjawab.
"Tuan, Tuan Valter Blau Haar von Deadrich?" panggil Alex yang berusaha untuk menyadarkan tuannya.
Setelah beberapa saat tenggelam dalam lamunannya Valter akhirnya tersadar, dan melihat kehadiran Alex yang berdiri disampingnya.
"Oh Alex, apa yang kau lakukan disini?" tanya Valter.
"Maafkan saya jika saya mengganggu, saya hanya ingin menanyakan apakah ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran anda tuan? karena anda tidak beranjak dari tempat ini dari tadi membuat saya menjadi khawatir terjadi sesuatu pada anda" jawab Alex.
"Sebenarnya tidak terlalu penting, aku hanya sedang mengenang masa lalu, saat kita semua hidup bahagia di Mesovania"
"Istri anda....Oh maaf tuan saya tidak bermaksud untuk-"
"Ya sudahlah, tidak perlu dipikirkan setidaknya aku tahu kalau Rossaline sudah hidup bahagia di alam sana" jawab Valter dengan memasang wajah sedih.
Mendengar jawaban dari tuannya itu, Alex hanya bisa tertunduk diam. Ia bisa merasakan betapa sedihnya tuan Valter ketika terbangun setelah 750 tahun ia mengetahui bahwa rekan serta istri tercintanya sudah tiada.
"Emm...Alex aku baik-baik saja, tapi untuk sekarang tolong tinggalkan aku sendiri disini aku hanya ingin menenangkan pikiranku" perintah Valter kepada Alex.
Alex kemudian meninggalkan tuannya, dan beranjak masuk ke dalam rumah. Tinggallah Valter duduk sendiri di sini, ia memandang ke ujung danau dihadapannya dan ia dapati seseorang sedang memandangnya balik. Ia bisa tahu itu, karena ia memiliki kekuatan penglihatan jauh yang sangat hebat, sehingga ia bisa melihat sesuatu di kejauhan 1 km.
Mengetahui hal itu, Valter langsung berlari menuju orang yang mengawasinya dari kejauhan itu. Namun, saat ia sampai ke tempat orang tadi berdiri ia tidak menemukan siapapun. Ia mencari di sekelilingnya tapi ia tetap tidak bisa menemukannya. Untuk keselamatan dirinya ia akhirnya menyerah dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Saat ia hendak melangkah, tiba-tiba seseorang berbicara padanya dari arah belakang,
"Melihat sosok indah ini, orang ini pastilah Tuan Valter Blau Haar von Deadrich"
Valter langsung berbalik dan dengan gerakannya yang sangat cepat ia langsung memukul orang yang berdiri dibelakangnya. Karena kecepatannya, orang itu tidak sempat untuk menghindar sehingga ia dapat dengan cepat dilumpuhkan dan tidak sadarkan diri.
Valter kemudian berjalan mendekati orang yang tergeletak itu untuk memastikan siapakah orang yang tiba-tiba muncul itu. Saat ia melihat wajah dari orang itu, matanya terbuka lebar karena kaget,
"Ka...kau.."
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Lelah Besty
Apakah istrinya? Atau Chandra?🤔
2023-03-12
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
sosok apa tuhhhh❓
2023-03-04
1
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Kau ? Siapa dia? 🤔
2023-02-25
1