"Apakah kau benar-benar ingin tahu?" tanya Stella dengan nada menggoda.
"Oh ya tentu saja !" jawabku dengan tegas
"Apakah kau yakin bisa menanganinya?" tanyanya lagi
"Tunggu dulu, sebenarnya apa maksudmu? aku benar-benar tidak mengerti, langsung saja pada intinya!" jawabku tidak sabar.
"Baiklah, sepertinya kau akan menerimanya," jawabnya dengan wajah yang merah merona.
Mendengar jawaban dan ekspresi wajahnya itu, membuatku menjadi tambah tidak mengerti mengenai apa yang sebenarnya wanita ini inginkan. Aku terdiam beberapa saat untuk membalas perkataannya. Namun, ketika aku hendak memulai pembicaraan, tiba-tiba dengan kepala tertunduk, Stella menarik lengan bajuku. Melihat tingkahnya itu membuatku semakin bertanya-tanya dengan apa yang ingin Stella katakan dan mengapa dia bersikap aneh hari ini?
Stella yang ku kenal merupakan sosok yang blak-blakan dan suka seenaknya. Jadi rasanya tidak mungkin dia segan untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Melihatnya seperti ini menjadikanku yakin bahwa apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang sulit untuk diterima olehku ataupun dia.
Kemudian ku dekatkan wajahku dengan wajahnya supaya aku bisa melihat dengan baik tampang dari orang yang saat ini bertingkah aneh di depanku. Seketika ketika ku lihat wajahnya dari dekat mataku terbuka lebar melihat ekspresi yang dia buat.
Wajahnya makin memerah bahkan sekarang keringat bercucuran dari keningnya.
"Lucunya..." gumamku.
PLAK !!! sebuah tamparan mendarat di pipiku dengan kerasnya.
"Bo...bodoh !!! apanya yang lucu hah?" katanya dengan tergagap gagap setelah dia melayangkan tamparannya ke wajahku yang sudah bonyok sejak awal.
"Ow, Ow, Ow, SAKIT TAHU, KAU BISA LIHAT KAN BETAPA BONYOKNYA WAJAH GANTENGKU INI ?!" Seketika ku berteriak padanya.
"IYA, IYA KALAU BEGITU DUDUK DISINI AGAR AKU BISA MENGOBATI LUKA-LUKAMU DAN KEMUDIAN KITA BICARA?!" katanya membalas teriakan ku tadi.
"OOKE KALAU BEGITU" kataku sambil duduk di hadapannya.
Setelah aku duduk, Stella langsung merawat luka-lukaku dan bahkan ia juga memperbaiki lengan kananku yang terkilir. Aku sudah merasa baikan sekarang, harus ku akui dia emang hebat dalam merawat luka.
Setelah selesai dengan luka ku, kami berdua hanya saling menatap tanpa berbicara sepatah katapun. Kelihatannya Stella sedang menyiapkan keberaniannya untuk berbicara denganku. Aarrggh....keheningan ini membunuhku, yang bisa ku dengar hanya suara angin, gesekan dedaunan dan cuitan burung. Demi menghilangkan kecanggungan ini, pada akhirnya aku mencoba untuk basa-basi dengan anak ini.
"Ekhm... hari ini cucanya cerah ya, banyak awan hitamnya," kataku memulai pembicaraan random.
Mendengar perkataan ku Stella mengerutkan dahinya "hah? awan hitam dimana?" jawabnya.
"Ya, awan hitamnya ada di hatiku, karena ia merasa bingung dengan kelakuan orang yang ada di depannya, jadi untuk menghilangkan awan hitam itu, maka kau harus segera mengatakan apa yang sebenarnya ingin kau katakan kepadaku!" Kataku dengan diwarnai kata-kata absurt yang terbesit dipikiranku.
"Jadi aku sarankan kau untuk-" seketika perkataanku dipotong oleh Stella yang tiba-tiba mulai berbicara.
"Arrgghh....aku tidak tahan lagi, baiklah akan ku katakan," katanya sambil mendekatkan wajahnya pada wajahku.
"Aku - ingin - sesuatu - darimu !" lanjutnya
Perkataannya itu membuatku membatu untuk beberapa saat. Ya Tuhan... mengapa jantungku berdebar sangat cepat melihat wajahnya dari jarak sedekat ini. Pada jarak sedekat ini aku bahkan bisa melihat refleksi wajahku di matanya.
Selain itu dia mengatakan bahwa dia menginginkan sesuatu dariku, itu membuatku menjadi makin gugup. Dengan penasaran ku bertanya padanya tentang apa yang dia inginkan dariku.
"Ka...kau, apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku sambil mengalihkan pandangan darinya.
"Aku ingin...." katanya.
Saat ia mengatakan itu sesaat kemudian tanganku terasa sangat dingin sekali, seperti aku menyentuh es. Kulihat ke arah tanganku dan kudapati tangan Stella memegang erat tanganku. "Stella memegang tanganku?!" kataku dalam hati, jelas aku sangat terkejut akan hal itu. Yang lebih mengejutkan, aku tidak pernah tahu kalau tangannya sedingin ini, karena ini pertama kalinya aku menyentuhnya selama 5 tahun aku mengenalnya.
Beberapa saat kemudian suatu pemikiran terbesit dipikiranku,
"Tunggu dulu?! suasana ini, sikap aneh Stella dari tadi, kecanggungan diantara kita, apakah mungkin ini moment yang 'itu'? "
"Apakah selama ini sebenarnya Stella menyukaiku? jadi karena itu, saat ini dia bertingkah aneh karena dia mau menyatakannya padaku?"
"Kalau begitu aku tidak boleh membiarkannya melakukan itu?! karena sebagai pria sejati harusnya aku yang menyatakannya terlebih dahulu !"
"Ya, karena sebenarnya aku juga menyukai Stella,"
"Ah iya, ternyata benar selama ini aku menyukai Stella,"
pikiran-pikiran itu terus memenuhi otak ku saat ini. Hingga saatnya aku memutuskan untuk memberanikan diri menyatakan perasaanku pada Stella sebelum dia melakukannya.
"Chandra sebenarnya aku ingin-," belum selesai Stella menyelesaikan kalimatnya, aku dengan cepat menyelanya. Ya, inilah saatnya,
"Stella, aku menyukaimu sejak lama, maukah kau menjadikanku orang yang paling bahagia di dunia dengan menjadikanmu kekasihku?" kataku dengan suara lantang dan sekali napas.
Setelah mengatakan itu, ku tatap matanya tanpa berkedip, mengharapkan jawaban yang ingin ku dengar. Mendengar perkataanku, Stella langsung terdiam, matanya terbuka lebar seakan terkejut dengan pernyataan cintaku. Sepertinya dia sedang mencari kata yang tepat untuk menjawab perkataanku.
Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Stella membuka mulutnya dan mulai berbicara
"Apakah jika aku berkata iya, kamu menerimaku apa adanya, menerima kekurangan dan kelebihanku? dan apakah jika aku berkata iya, kamu akan melakukan apapun yang aku mau?"
"Ya, aku akan melakukan apapun yang kau katakan, kau bisa pegang perkataanku," jawabku dengan tegas.
"Satu lagi, apakah kau mempercayaiku?" tanya Stella, kali ini ia memasang wajah paling serius daripada sebelumya.
"Tentu saja, kita sudah saling mengenal selama 5 tahun, kau selalu membantuku dan aku selalu membantumu, jadi sudah pasti aku sangat mempercayaimu," jawabku.
Mendengar jawabku itu, Stella tersenyum seakan ia sangat puas dengan jawabanku itu.
"Iya, jawabannya iya," kata Stella dengan yakin.
"Iya apa?" kataku menggodanya.
"Apa-apaan sih kamu?!" katanya dengan wajah yang sekarang semerah apel.
"Coba katakan! aku ingin mendengar calon kekasihku mengatakannya," kataku menggodanya lebih jauh.
Sambil menutup wajahnya yang merah itu dengan kedua tangannya, Stella akhirnya mengatakan "I....iya aku mau menjadi ke...kekasihmu ! puas kau hah!"
"Ya....ya, dengan itu kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Dan kau, Chandra adalah MILIKKU! " lanjutnya dengan malu-malu.
Ah....aku tidak bisa menahannya lagi, pacarku ini sangat manis sekali !!! aku sangat ingin memeluknya saat ini.
Ku simpan keinginan itu dipikiranku, tapi tiba-tiba Stella memelukku sangat erat sekali. Apakah ini yang dinamakan ikatan cinta? aku bahkan tidak mengatakan apa-apa tapi dia tahu apa yang aku inginkan.
Masih dalam posisi memeluk ku, Stella berkata. "Nah sekarang, karena sekarang aku yakin kalau kau mempercayaiku, aku ingin mengakui sesuatu padamu Chandra,"
"Memangnya apa yang ingin kau akui?" tanyaku penasaran
Kemudian ia melepaskan pelukannya dan menatap tajam mata ku dan berkata dengan yakin
"Sebenarnya aku bukan manusia biasa-,"
"Ya, aku tahu itu," jawabku dengan mantap.
"Kau serius? kau mengetahuinya?" jawab Stella dengan ekspresi terkejut tergambar di wajahnya
"Ya, aku serius, kau itu bukan manusia, kau itu bidadari!" entah apa yang merasuki ku sehingga bisa mengatakan hal yang menggelikan seperti itu.
Dengan memasang wajah kesal Stella menjawab perkataan absurt ku "Aku serius Chandra!"
Merasakan aura Stella yang super marah itu membuatku merasa bersalah karena menjadikannya candaan. Kemudian aku memegang kedua tangannya dengan lembut seraya berkata
"Baiklah, maafkan aku. Sekarang katakan, sebenarnya kau ini manusia apa?"
Mendengar perkataanku yang meyakinkan itu, akhirnya Stella pun luluh dan melanjutkan pengakuannya itu,
"Kau berkata padaku kalau kau mempercayaiku, jadi aku berharap kau benar-benar memegang perkataanmu,"
"Baiklah ..." Sambil menghela napas Stella melanjutkan perkataannya
"Sebenarnya aku itu adalah seorang vampir,"
Seketika ku pasang wajah poker face terbaikku.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Pink Blossom
wkwkkk,,,bisa ae
2023-03-05
1
Pink Blossom
cerah tp bnyk awan hitam🤔 mksud'y gmna😳
2023-03-05
1
Sunmei
2like hadir semangat, mampir iya k
2023-02-23
2