Hari sudah mulai sore, Stella akhirnya pamit untuk pulang setelah seharian mengobrol dengan aku dan ayah. Karena tidak tega melihat seorang wanita pulang sendirian saat matahari mulai terbenam begini, ayah menyuruhku untuk mengantar Stella pulang ke rumahnya untuk memastikan kalau ia pulang ke rumah dengan selamat.
"Stella, kamu pulangnya diantar Chandra ya! tidak baik loh seorang gadis berjalan sendirian diwaktu-waktu seperti ini, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan" kata ayahku kepada Stella yang hendak melangkahkan kakinya untuk segera pulang ke rumah.
"Tidak usah yah, aku bisa pulang sendiri kok, tenang saja aku sangat kuat sehingga aku bisa menjaga diriku sendiri" jawab Stella dengan percaya diri.
"Tidak bisa begitu dong, Chandra kamu pokoknya harus mengantar Stella pulang-" kata ayah sambil melihat ke arahku.
"Tapi bagaimana dengan hukumanku?" kataku dengan memasang wajah sok polos pada ayahku.
"Untuk sekarang lupakan dulu itu, kamu tidak ingin kan pacarmu yang cantik ini diganggu oleh lelaki lain di luar sana?" Kata ayah dengan nada memaksa.
"Tentu saja tidak, meskipun ayah melarang ku, aku akan tetap mengantar Stella pulang!" jawabku dengan sangat yakin.
"Baiklah jika kalian memaksa, mohon maaf merepotkan kalian" Kata Stella yang dari tadi mendengar percakapan aku dan ayah.
Sambil menyodorkan tanganku pada Stella, aku mengajaknya untuk segera bergegas pulang,
"Ayo, kita pulang Stella." kataku yang berusaha untuk bertingkah keren.
Stella menerima tanganku dan menggenggamnya dengan erat, dengan memasang senyum terbaiknya dia pamitan kepada ayahku,
"Ayah aku pinjam Chandra sebentar ya. aku pulang dulu, sampai jumpa lagi"
"Iyaa, hati-hati dijalan ya kalian berdua" kata ayahku sambil melambaikan tangannya ke arah kami.
"Chandra, jangan sampai terjadi apa-apa sama Stella yaaa" Teriak ayahku dari kejauhan.
***
Jujur sebenarnya aku tidak tahu dimana sebenarnya rumah Stella. Meskipun sudah 5 tahun kami saling kenal, tapi kami tidak terlalu membahas kehidupan pribadi kami, bahkan kami hanya bertemu beberapa kali dalam sebulan, itu pun selalu dia duluan yang memintaku untuk bertemu di bawah pohon tempat kita pertama kali bertemu. Ditambah, kami juga sangat jarang sekali bertukar pesan, jadi tidak ada waktu bagi kami untuk membahas kehidupan pribadi masing-masing.
"Yes, inilah kesempatanku untuk mengetahui dimana dia tinggal..!!!" pikirku.
Setelah beberapa lama kita berjalan, tiba-tiba Stella berhenti dan melepaskan gandengannya dan berkata,
"Chandra, sampai disini saja ya kamu mengantarku."
"Eehhh? tapi kita belum sampai ke rumahmu" tanyaku heran.
"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja. Kamu langsung pulang dan langsung istirahat. Kamu kan sedang sakit" jawab Stella yang mengkhawatirkan kesehatanku.
"Tapi- "
Stella menyela perkataan yang bahkan aku belum selesai mengatakannya,
"Kau tahu? rumahku itu sangat sulit untuk dijangkau, kamu pasti akan kesulitan untuk sampai kesana"
"Sudah ya, aku pergi dulu" kata Stella yang beberapa detik kemudian menghilang dari pandangan.
Aku hanya bisa mematung, disaat ku sadari pacarku itu sudah hilang entah kemana dari pandanganku.
"Yah, gagal deh. Aku memang tidak bisa menang melawan seorang vampir" gumamku sambil berjalan menuju ke rumah.
***
Sesampainya di rumah, aku langsung membersihkan diri dan karena sangat kelelahan, aku memutuskan untuk tidur lebih awal. Dan benar saja baru saja berbaring beberapa menit berbalut selimut di atas kasurku yang nyaman aku sudah tertidur dengan pulas.
.
.
.
.
.
.
Beberapa jam kemudian aku terbangun. Entah berapa lama aku tertidur, tapi rasanya badanku terasa segar sekali setelah terbangun dari tidur nyenyakku. Namun saat ku membuka mataku, betapa kagetnya aku, ternyata aku tidak terbangun di atas kasur di kamarku, melainkan terbangun bersebelahan dengan peti mati di sebuah ruangan yang disinari oleh sebuah batu yang mengeluarkan cahaya ungu.
Aku langsung berdiri dan mengamati sekitar, kemudian aku menyadari bahwa ternyata ini adalah ruangan yang waktu itu. Keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuhku karena saking takutnya. Ku ingat-ingat lagi bagaimana bisa aku sampai ke gua ini dan tertidur di ruangan ini, tapi tetap saja aku tidak ingat apa-apa, yang ku ingat hanya aku yang tertidur di atas tempat tidur di kamarku.
Ku perhatikan seluruh ruangan itu kembali, dan ku dapati peti mati yang dulu ku buka tutupnya waktu itu, sekarang sudah tertutup kembali dengan rapi, bahkan bunga-bunganya juga sudah ditata kembali di atas peti mati itu. Aku sangat penasaran apakah seseorang telah merapikannya kembali atau malah vampir yang berada dalam peti mati itu sendiri yang melakukannya?
"Eh ngomong-ngomong soal vampir, apakah sekarang ia masih berada dalam peti mati itu?" kataku dalam hati sambil memandangi peti mati yang ada di hadapanku itu.
Sebenarnya aku sangat penasaran sekali dan ingin membuka lagi peti mati itu, tapi belajar dari pengalaman kemarin, aku memutuskan untuk langsung pergi saja. Tapi sialnya aku benar-benar tidak bisa mengendalikan kakiku alih-alih melangkah untuk meninggalkan ruangan, kaki ku malah mengantarku mendekati peti mati itu.
Disini aku semakin merasa takut sekali, sepertinya saat ini aku dikendalikan oleh pria yang ada di dalam peti mati itu. Saat aku sudah benar-benar di hadapan peti mati, ku lihat tutupnya sama seperti dulu, tidak tertutup rapat. Kemudian tanganku tiba-tiba bergerak sendiri mendorong tutup peti mati yang tidak rapat itu dengan mudahnya.
PRANG.....!!!
PRANG....!!!
BRAK..!!!!
KLUTAK...!!!
PRANG...!!!
Suara vas-vas bunga yang berjatuhan dari atas tutup peti mati yang ku dorong dengan kuat memecah kesunyian di ruangan itu.
Ku lihat isi dari peti mati itu masih sama seperti sebelumnya, yaitu seorang pria tinggi dan tegap, berambut biru aqua dan berwajah cantik yang tertidur dengan anggunnya. Pria ini sepertinya benar-benar belum bangun dari tidurnya, karena kulihat semuanya sama seperti saat sebelum aku lari keluar dari gua ini.
Tangan kananku bergerak mengambil pecahan vas bunga yang berada di lantai. Setelah itu, giliran tangan kiri ku bergerak mendekati mulut pria dalam peti mati. Saat tangan kiri ku sudah berada tepat di atas mulutnya, tangan kanan ku yang memegang pecahan vas bunga itu langsung menyabet telapak tangan kiri ku hingga menimbulkan luka yang dalam, dan dari luka itu darahku mengalir deras dan langsung mengalir ke mulut pria dalam peti mati.
Setelah cukup banyak darahku masuk ke dalam mulutnya, tiba-tiba seluruh badanku sudah bisa ku kendalikan lagi dan dengan cepat aku langsung menarik tangan kiri ku yang terluka itu menjauhi mulut pria itu.
Dalam sekejap setelah ku jauhkan tanganku, mata dari pria dalam peti mati pun mulai terbuka. Saat matanya terbuka ia mengeluarkan aura ingin membunuh sangat kuat sekali, sepertinya ia sangat haus darah (iya, haus darah secara harfiah). Merasakan aura yang sangat kuat itu, aku langsung melompat ke belakang dan langsung berlari berusaha keluar dari gua.
Saat aku sudah hampir sampai mulut gua, ku lihat seseorang berdiri di tengah-tengahnya dan saat mendekatinya aku baru sadar kalau dia adalah orang dalam peti mati itu.
Aku berhenti berlari dan ku pandangi pria itu, di bawah sinar rembulan aku bisa melihat sosok pria dalam peti mati itu begitu indah dengan mata biru aqua dan rambut biru aquanya yang panjang terurai tertiup angin menambah kesan anggun pada dirinya. Namun, disamping keindahannya itu, dari mata indahnya yang menatap tajam ku itu, aku bisa merasakan teror yang mengancam diriku jika aku berurusan dengannya.
Setelah cukup lama aku tertegun dengan sosok pria ini. Akhirnya ia membuka mulutnya untuk mulai berbicara yang mana ini merupakan pertama kalinya setelah tidur panjangnya itu,
"Kau, tidak akan ku biarkan makananku pergi !"
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Bangu Thry Wulandari
tolong candra dong....candra mau di jadiin makanan sama vampirnya...
2023-03-05
0
Lelah Besty
Waduh bisa bangkit dong 🙈
2023-02-27
1
Lelah Besty
Ih serem
2023-02-27
1