Ku jelaskan kembali kepada Stella mengenai apa yang terjadi pada rambutku. Ia terlihat tertarik dengan ceritaku, ia mendengarkan dengan serius kata demi kata yang ku ucapkan. Hingga saat aku ceritakan mengenai malam saat Valter datang ke kamarku, Stella terlihat sangat terkejut mendengarnya. Sambil mengernyitkan alisnya seakan ia tidak mengerti, ia bertanya padaku,
"Hah? apa maksud mu? tu...tuan Valter datang ke sini tadi malam?"
"I-ya, bukannya kamu juga ikut? aku dengar samar-samar ayah berbicara pada Valter kalau ia akan menemani mu di bawah" jawabku yang juga heran dengan reaksi Stella.
"Aku tadi malam tidak pergi kemana-mana, malah tadi malam, aku ditugaskan untuk menjaga tuan Valter di rumahku" ucap Stella.
"Tapi aku sangat yakin yang masuk ke kamarku itu adalah Valter dan yang menyelamatkanku adalah dia, bahkan aku mendengar ayah berbicara dengannya di depan kamarku" jawabku.
Stella terdiam beberapa saat, seakan sedang memikirkan sesuatu. Dengan perasaan ragu, Stella kemudian mulai berbicara lagi,
"Hmm... Chandra, sepertinya aku mengetahui suatu kemungkinan"
"A...apa? Stella?" jawabku yang benar-benar penasaran dengan sesuatu yang akan di katakan Stella.
"Tuan Valter Blau Haar von Diedrich selain seorang pemimpin dari ras vampir, ia adalah seorang ayah. Ia memiliki seorang istri dan seorang putra. Dan kau tahu? putranya itu memiliki mata seperti mu, mata kanannya berwarna hitam seperti istrinya, dan mata kirinya berwarna biru seperti dirinya. Ia kehilangan istri dan anaknya saat ia terbangun, mungkin saat ia terbangun dan melihatmu, dia teringat pada anaknya, jadi dia datang menyelamatkanmu" ucap Stella yang menjelaskan yang ia tahu.
"Oh...begitu, aku turut berduka dengannya" ucapku yang juga bisa merasakan kesedihannya.
"Tapi, bagaimana ia tahu kalau saat itu aku benar-benar sekarat?" tanyaku yang merasa ganjal dengan cerita Stella.
"Kau ingat aku pernah bilang kalau tuan Valter orang sangat peka terhadap siapa saja? mungkin saat kami hendak meninggalkan rumahmu itu, ia mengetahui bahwa saat itu kamu benar-benar sekarat." jawab Stella.
"Ah iya benar. Terus bagaimana caranya dia menyembuhkanku?" tanyaku lebih lanjut.
"Kalau itu aku tidak tahu" jawab Stella.
"Terus kalau kamu tidak datang ke rumahku malam itu, apa maksud perkataan ayah?"
"Itu juga aku tidak tahu" jawab Stella.
Setelah itu kami hanya diam, tidak tahu apa lagi yang harus kami bicarakan.
"Terimakasih" ucap ku tiba-tiba memecah keheningan.
"Tolong sampaikan terimakasih ku pada Valter" lanjutku.
"Tidakkah kamu ingin menyampaikannya secara langsung?" balas Stella.
"Tidak, aku titipkan melalui kamu saja" jawabku.
Stella hanya diam mendengar ucapanku. Raut wajahnya seperti menunjukkan bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu.
Dalam keheningan ini tiba-tiba aku teringat akan kotak kecil dan surat dari ibunda itu. Ah hampir saja aku melupakannya.
"Stella, ada yang ingin aku perlihatkan padamu" ucapku.
"Apa itu?" jawab Stella.
"Tunggu sebentar" kataku yang kemudian bergegas untuk mengambil kotak kecil pemberian ibunda di kamarku.
***
Beberapa saat kemudian aku keluar dari kamar dan menghampiri Stella dengan membawa kotak kecil di tanganku. Ku lihat ia berdiri membelakangiku menghadap jendela dan masih berkutat dengan tehnya, sepertinya ia sangat menyukainya, terlihat ia menutup matanya dan memasang senyum di wajahnya sambil menghirup aroma teh dari gelas.
"Pemandangan yang indah" ucapku tanpa sadar.
Mendengar ucapanku, Stella tersadar dan langsung menoleh ke arahku.
"Eh Chandra" ucap Stella.
"Kotak apa itu?" tanyanya setelah menyadari aku membawa sebuah kotak kecil.
"Ini yang ingin ku tunjukkan padamu, sebuah kotak kecil" jawabku.
"Dan kau tahu? ini dari siapa?" lanjutku yang berusaha untuk membuat Stella kaget.
"Siapa?" tanyanya semakin penasaran.
"Ini dari ibundaku, ibu kandungku" jawabku dengan semangat.
Mendengar ucapanku, Stella kaget, kedua matanya terbuka lebar.
"I..ibu kandungmu?" tanyanya yang tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Iya, benar" jawabku mantap.
"Itu, benar-benar ibumu?" tanyanya memastikan.
"Iya, coba kamu buka isinya" ucapku sambil menyodorkan kotak kecil itu pada Stella.
Stella meraih kotak itu dari tanganku dan kemudian membukanya dengan penasaran.
"Cincin? cincin yang indah" komentar Stella sambil memandangi dan mengelus-elus cincin kristal berwarna biru aqua itu.
"Tidak hanya itu, coba lihat surat yang ada di dalamnya" ucapku.
"Ah iya kau benar" jawabnya seraya mengambil surat yang berada dalam kotak kecil itu.
"Bacalah, aku ingin tahu bagaimana menurutmu, mungkin aku bisa menemukan petunjuk tentang ibunda melalui kamu" ucapku.
"Baiklah" kata Stella yang kemudian membaca surat yang ku tunjukkan padanya itu dengan antusias.
Ku pandangi raut wajah Stella yang mulai membaca surat itu. Awalnya raut wajahnya terlihat sangat penuh dengan kelembutan, seperti ia sedang membaca sesuatu yang menghangatkan hati, namun saat ia tiba pada bagian akhir, raut wajahnya berubah menjadi wajah yang kaget. Seakan tidak percaya akan apa yang ia baca, ia kembali membaca bagian terakhir itu secara perlahan. Namun, itu masih saja membuatnya kaget.
Ia melihat ke arahku dan surat itu bergantian berkali-kali, seperti sedang memastikan sesuatu.
"Hmm...Stella? apa ada yang salah?" tanyaku yang merasa janggal dengan sikap Stella.
"Tunggu dulu Chandra, aku harus memastikan sesuatu" jawab Stella yang masih mempelajari surat itu.
Setelah cukup lama Stella mempelajari surat itu, ia akhirnya menemukan sesuatu,
"Ah, ini dia, pantas saja aku tidak merasa asing dengan kertas ini" setelah mengatakan itu, Stella kemudian membuka jendela yang ada di depannya. Cipratan air hujan membasahi wajahnya sesaat setelah ia membuka jendela.
"Apa yang dia lakukan?" kataku dalam hati.
Stella mendekatkan surat yang ada di tangannya itu pada air hujan yang turun dari langit, melihat hal tersebut, sesaat sebelum ia menyentuhkan surat itu pada air, dengan sigap aku langsung berlari dan memegang tangannya yang memegang surat itu untuk mencegah Stella menghancurkan suratnya.
"Apa yang kamu lakukan? itu satu-satunya benda pemberian ibunda yang aku miliki! benda yang berisi kata-kata ibunda untukku! mengapa kau mau menghancurkannya!" tanyaku dengan nada yang agak tinggi kepada Stella.
Tangan Stella yang satunya kemudian menggenggam pergelangan tanganku dan pandangannya beralih pada wajahku, dengan tersenyum ia berkata,
"Jangan marah, coba lihat ini!"
Stella menjulurkan tangannya ke luar jendela dan membiarkan surat yang ada di tangannya itu dibasahi oleh air hujan sepenuhnya. Aku hanya bisa melihatnya melakukan itu, berusaha percaya padanya. Setelah surat itu benar-benar basah, ia memasukkan kembali tangannya ke dalam rumah dan menunjukkan surat yang basah kuyup itu padaku.
Ku pelajari surat basah itu, ku dapati surat itu tidak hancur karena kebasahan, ya kertas itu hanya basah.
"Aku akan meletakkannya di atas meja, jadi lihat dan perhatikan!" ucap Stella sambil membentangkan kertas itu di atas meja.
Awalnya kertas itu terlihat seperti kertas kosong basah biasa, tulisan ibundapun sudah hilang tidak terlihat, tapi lama-kelamaan, saat kertas itu mulai mengering, tiba-tiba di atasnya mulai muncul huruf-huruf berwarna putih, dan huruf itu kemudian menghasilkan suatu kata, yang sepertinya itu adalah sebuah nama.
"Valter Blau Haar von Diedrich dan Rossaline Reinbacht von Diedrich ?" gumamku mencoba membaca tulisan itu.
"Kenapa ada nama Valter disini?" tanyaku pada Stella.
Stella tidak menghiraukan perkataanku, ia hanya terus menatap kertas itu seakan tidak percaya akan ada yang dilihatnya.
"Ter...ternyata benar" ucap Stella tiba-tiba.
"Hah? apa maksudnya?" tanyaku.
Stella kemudian memelukku dengan erat dan berkata,
"Eeh? Stella kenapa?" tanyaku yang kaget dengan tingkah laku Stella.
"Ternyata benar!" ucap Stella yang masih dengan posisi memelukku.
Stella kemudian melepaskan pelukannya dan beralih memandangi wajahku.
"Chandra, sayang kamu itu adalah putra dari tuan Valter Blau Haar von Diedrich, tuan Valter adalah ayahmu!" ucap Stella antusias dengan air mata haru yang jatuh dari matanya.
Mataku terbuka lebar, aku kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan betapa terkejutnya aku mengetahui hal itu. Ku tatap mata Stella untuk memastikan bahwa yang dia katakan adalah benar.
"A...ayah? dia ayahanda?" gumamku yang merasa tidak percaya.
"Nyonya Rossaline adalah istri dari Tuan Valter, dan kau adalah anak mereka. Tidak bisa dipungkiri lagi tanda fisik yang ada pada dirimu, karakteristik mu yang seperti ayahmu, dan surat ini menjelaskan semuanya!" ucap Stella.
"Mengapa kamu bisa yakin tentang semua itu? bukannya kamu lahir setelah Pulau HOPE menghilang?" tanyaku yang penasaran.
"Aku tahu semua dari ayah dan ibuku, sebenarnya kami semua diperintahkan oleh Nona SPP untuk mencari keturunan dari Tuan Valter Blau Haar von Diedrich. Awalnya ada beberapa kandidat yang kita kira sebagai anak dari Tuan Valter. Setelah melalui berbagai pengamatan dan eliminasi, yang tersisa dari kandidat itu ada 2 orang, yaitu kamu dan seorang pemuda yang sekarang tinggal di suatu kota yang dekat dengan lokasi pulau HOPE sebelum menghilang" jelas Stella yang tentu saja merupakan suatu pengetahuan baru bagiku.
"Tunggu dulu?! kandidat? Aku salah satu kandidat itu?" tanyaku.
"Dan akulah yang menemukanmu 5 tahun lalu" jawab Stella dengan bangga.
"Jadi selama ini kamu terus mendatangiku hanya untuk mengawasiku?" tanyaku dengan serius.
"I..ya awalnya-"
"Apakah menjadikanku sebagai pacarmu adalah salah satu tugasmu untuk mengawasiku?" ucapku yang menyela ucapan Stella dengan nada yang mulai meninggi.
"Percaya atau tidak, aku benar-benar menyukaimu Chandra" jawab Stella yang berusaha untuk tenang meski mendengar nada suaraku yang mulai tinggi.
"Oh kamu menyukaiku? tapi aku mencintaimu Stella apa yang harus ku lakukan dengan itu" kataku dengan nada yang menunjukan rasa kecewa.
"Maafkan aku" jawab Stella.
Kami berdua hanya terdiam setelah itu. Sebenarnya aku benar-benar kecewa pada Stella setelah mengetahui lebih banyak tentangnya, tapi entah mengapa aku tidak bisa marah padanya. Ah, ternyata aku benar-benar tidak tahu apapun tentangnya.
"Baiklah, aku tidak mau menyakitimu, aku tidak ingin hubungan kita berjalan karena keterpaksaan, jadi aku putuskan lebih baik kita putus saja" ucapku dengan tegas.
"Maafkan aku, jika itu keputusanmu aku akan menerimanya" jawab Stella dengan wajah yang terlihat sedih.
"Ekhm...meski kita sudah bukan sepasang kekasih lagi, tapi kita masih berteman kan?" ucapku.
Stella hanya mengangguk sebagai tanggapan dari ucapanku.
"Kembali ke topik sebelumnya, jadi kandidat yang tersisa selain aku adalah pemuda itu ya?" tanyaku yang mencoba mengalihkan topik.
"Ya" jawab Stella dengan singkat.
"Bolehkah aku tahu siapa orangnya?" tanyaku.
"Maaf itu rahasia" jawab Stella.
"Apakah dia mirip sepertiku?" tanyaku lagi.
"Mungkin ada beberapa kemiripan antara kamu dengannya tapi ia sangat berbeda dengan mu" jawab Stella.
"Ekhm...lupakan itu, aku penasaran bagaimana kamu tahu tentang kertas yang digunakan ibunda untuk menulis surat itu?" tanyaku yang sudah menyerah untuk mencari tahu mengenai pemuda yang juga kandidat dari anaknya Valter.
"Kertas seperti itu hanya dimiliki segelintir orang, dan orang yang memiliki kertas seperti itu hanya kalangan atas saja. Kertas tersebut dapat menyembunyikan tulisan, karena memiliki dua lapisan yang jika kedua lapisan tersebut ditulis sesuatu, maka tulisan yang ada di bagian dalam kertas tersebut tidak dapat dilihat, kecuali kertas tersebut dibasahi oleh air hujan dan hanya air hujan, tidak bisa dengan air lain" jelas Stella.
"Hebat sekali, aku belum pernah melihat benda seperti itu" ucapku yang terkagum-kagum dengan kertas yang tergeletak di atas meja itu.
"Oh iya, aku ingin tahu tentang Nona SPP itu, apakah kamu bisa menceritakannya padaku" tanyaku lagi yang tiba-tiba teringat dengan sosok yang disinggung oleh Stella tadi.
"Hmm...tenang saja kamu pasti akan segera bertemu dengannya" jawab Stella yang masih menjawab pertanyaanku ala kadarnya.
"Chandra, mengenai orang tua mu lebih baik kamu tanyakan saja pada beliau. Aku sarankan kamu jangan dulu beri tahu siapa-siapa kecuali nona SPP mengenai surat ini dan nama ibumu, termasuk tuan Valter sendiri" sambung Stella.
Setelah mengatakan itu, dengan kepala yang tertunduk Stella langsung beranjak pergi keluar rumah dan seketika menghilang dari pandanganku tanpa sempat aku mengatakan sesuatu padanya.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
kejutan manis nih
2023-03-11
2
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Yang penting bisa TTM
2023-03-04
1
🥑⃟Racoon
aku terkejut
2023-02-25
1