Keesokan harinya aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah, awalnya ayah menyuruhku untuk tetap di rumah dan beristirahat, namun aku tetap memaksa, entahlah aku merindukan suasana di sekolah bahkan aku merindukan saat-saat aku mengganggu si bola berjalan.
Baru saja aku melangkahkan kaki ke kelas, ku lihat semua orang langsung menengok ke arahku, mereka semua terlihat kaget dengan kedatanganku. Termasuk si duo sadis, Sandi dan Rexa, mereka melihatku seperti melihat hantu saja. Kalau Sandi si ketua kelas yang berperilaku seperti itu sudah biasa, tapi Rexa si wakil ketua kelas berwajah datar yang kalem saja juga bereaksi seperti itu melihatku. Dengan canggung aku mulai melangkahkan kakiku ke dalam kelas menuju mejaku, clingukan kesana kemari mengamati sekitar dan kemudian duduk di kursiku.
Aku menyadari sesuatu, aku tidak melihat Stella dimanapun, biasanya ia duduk di sebelahku, tapi sekarang ku dapati kursi ini kosong. Apakah dia tidak masuk hari ini karena kejadian tadi malam?
Saat aku sedang asik dengan pikiranku, dari arah belakang tiba-tiba Rexa mengatakan sesuatu padaku.
"Jika kau mencari Stella, dia tidak masuk hari ini"
Aku yang mendengar Rexa membuka mulutnya dan berbicara padaku, langsung menoleh ke belakang tempat ia berdiri.
"Hah? kenapa?" tanyaku penasaran.
"Dia sakit. Ngomong-ngomong warna rambut yang bagus, selamat datang kembali ke sekolah!" ucap Rexa dengan wajah datarnya sambil menepuk pundakku dan berjalan menuju mejanya.
Sebelum menuju mejanya, ia tiba-tiba berhenti di depanku dan menoleh ke arahku dengan memasang senyum horor ke arahku, ia berkata,
"Aku tidak sabar melihat rambut keren mu di habisi oleh petugas razia rambut"
"Dasar anak aneh!" gumamku.
BRAK...!!!
Tiba-tiba setumpuk kertas di lemparkan ke atas mejaku. Ku pandangi tumpukan kertas itu dan ku dengar seseorang berbicara padaku,
"Kau pelajari semua materi pelajaran yang kau lewatkan selama kau sakit" kata seseorang yang tiba-tiba memerintahku.
Penasaran dengan suara cempreng itu, akupun langsung menengok ke arah sumber suara itu.
"Hah? siapa kau?" tanyaku yang asing dengan sosok manis, tinggi semampai, bermata coklat cerah, dan rambut blonde yang diikat kuncir kuda, serta berpakaian rapi yang sekarang ada di hadapanku.
"Aku? ck, aku adalah orang yang diperintahkan oleh pak bot-, eh pak Bagus untuk membimbing mu belajar, karena beliau sangat prihatin dengan nilai jelek mu itu" jawab orang itu.
"Oh, jadi kau itu guru?" tanyaku.
PLAK...!
Sebuah tamparan mendarat di pipiku.
"Mana sopan santun mu pada orang yang membimbingmu hah?!" kata orang itu.
"Mulai hari ini, setiap pulang sekolah kau harus menemui ku untuk pelajaran tambahan. Jika satu hari saja kau bolos aku pastikan kau akan menyesal!" ucap orang bersuara cempreng misterius yang tiba-tiba menyerangku itu.
"Apa-apaan warna rambutmu itu? dasar siswa bandel" ucapnya setelah menyadari sesuatu yang aneh dari rambutku.
Ia memelototi ku sebelum ia beranjak pergi ke luar kelas.
"Baiklah aku akan memanggilnya si cempreng galak" gumamku sambil mengelus-elus pipiku yang ditampar si cempreng galak.
"Heh, itu tadi siapa?" tanyaku pada Wina teman sekelasku yang duduk di depanku.
"Oh iya kau tidak tahu ya, dia itu guru kelas khusus. Kau tahu kan kelas khusus itu apa?" kata Wina.
Aku hanya bengong mendengar penjelasannya.
"Ekhm...sepertinya kau juga tidak tahu kelas khusus itu apa. Baiklah akan ku jelaskan, kelas khusus itu adalah kelas yang dibuat bagi siswa yang bermasalah baik dalam hal akademik maupun dalam hal lainnya. Siswa yang terdaftar dalam kelas khusus akan mendapatkan seorang pembimbing yang akan membimbingnya selama ia masih bermasalah dan yang tadi datang itu adalah pembimbingmu" jelas Wina.
"Eeehhh~ sejak kapan? kok aku tidak tahu, lagi pula aku kan siswa yang baik, kenapa aku bisa terdaftar di kelas khusus itu?" tanyaku yang baru mengetahui hal itu.
"Nah, itu dia contohnya, kelas khusus itu merupakan ciri khas dari sekolah kita, duh hal mendasar di sekolah kita saja kau tidak tahu, siswa baik apanya yang kau maksud hah" ucap Wina yang kemudian berbalik ke posisi awalnya.
"Oi Win, jadi siapa nama si cempreng galak itu?" tanyaku dari belakang.
Wina langsung berbalik ke arahku dan menjawab pertanyaanku,
"Dia ibu Rini, sudah ya jangan tanya lagi, aku mau belajar sebentar lagi pak jodi masuk, hari ini kan kita ujian ekonomi" jawab Wina.
"HAH UJIAN !!!" Teriakku.
Dan sudah bisa ditebak, selama ujian aku hanya bisa menatap soal ujian dengan tatapan kosong.
"Aku benar-benar ogeb ya" gumamku sambil meratapi kertas soal ujian ekonomi di tanganku.
***
Bel pulang sekolah berbunyi, sudah saatnya siswa-siswi yang kelelahan ini pulang menuju rumahnya masih-masing. Ya semua orang pulang ke rumahnya, kecuali aku.
"Aku tahu aku terdaftar di kelas khusus, tapi kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau aku satu-satunya siswa yang bermasalah di sekolah ini !" teriakku di dalam kelas seorang diri.
BRAKKK..!!!
Tiba-tiba seseorang membuka pintu kelas dengan keras.
"BERHENTI BERTERIAK, KAU KIRA INI DIMANA HAH?!" Teriak si cempreng galak yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
"Tapi ibu juga berteriak padaku, ibu kira ini dimana?" jawabku dengan santai.
"Berani menjawab ya, ya ampun kau ini benar-benar anak bandel ya" ucap si cempreng galak dengan wajah yang memerah, hmm...kurasa dia malu sendiri.
"Sudahlah lupakan, kau tahu mengapa kau satu satunya siswa sekolah ini yang masuk kelas khusus hah?" tanyanya padaku akhirnya.
"Hmmm...oh, karena aku anak spesial ! " jawabku dengan yakin.
BRAKKK!!!
Sebuah tangan menggebrak mejaku dengan keras.
Aku merasa kaget mendengarnya. mataku terbuka lebar dibuatnya.
Dengan tangan yang masih bertumpu di mejaku, bu Rini mendekatkan wajahnya padaku, dan berkata
"Kau tahu siapa aku?"
"Pebimbing ku?"
"Namaku ?" tanyanya lebih lanjut
"I...bu Rini?" jawabku yang agak ragu.
Ia tersenyum mendengar jawabanku. Wah ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum dari pertama ia menyerangku tadi pagi. Ia kemudian mundur dari mejaku dengan wajah yang masih tersenyum.
"Ya itu namaku disini, apa kau tidak asing dengan nama Sandra, Sandra Patricia Parham?" tanyanya.
"Hah? siapa?" jawabku yang asing dengan nama itu.
"Hah? apa, kau tidak tahu siapa itu? aku yakin Stella pernah menyinggung nama itu" ucapnya yang heran dengan jawabanku.
"Tidak, aku yakin baru mendengarnya hari ini" jawabku dengan yakin.
"Jangan bercanda! semua orang tahu siapa itu Sandra Patricia Parham !" teriaknya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Melihat hal itu aku langsung berdiri, berjalan mendekatinya dan ku pegangi pergelangan tangannya yang terkepal itu, kemudian berkata di telinganya,
"Aku benar-benar tidak tahu! Stella hanya menyinggung tentang seorang wanita cantik, lemah lembut keturunan pemimpin ras manusia di Mesovania, dan dia bernama Nona SPP"
Ku lihat telinganya merah sekali saat aku selesai mengatakan itu. Ia langsung melepaskan peganganku secara paksa dan berteriak padaku,
"ITU AKU, YANG KAU CERITAKAN ITU AKU, NONA SPP ITU SINGKATAN BUKAN NAMA SEBENARNYA ?! DUH KAU INI BENAR-BENAR MENYEBALKAN YA ?!"
"He~ benarkah? wah maaf aku tidak ingat hehe, namamu kepanjangan, jadi yang ku ingat hanya singkatannya haha" ucapku yang hanya cengengesan di depannya.
"Sudahlah sesukamu saja, yang jelas selama di sekolah kau memanggilku Ibu Rini, jika di luar sekolah kau cukup memanggilku Rini, jika kita sedang bersama ras yang lainnya kau panggil aku Nona Sandra" Ucap Sandra.
"Ah~ tapi aku lebih suka memanggilmu si cempreng galak !" kataku dengan nada menggoda.
"HAH, SI CEMPRENG GALAK?! KAU MENGHINAKU?!" teriaknya LAGI.
"Huf~ kau ini, sejak pertama kita bertemu tadi pagi, kau hanya berteriak-teriak padaku, apakah harimu sedang buruk? atau kau sedang PM-" belum selesai aku berbicara Sandra menyela.
"Berisik kamu, kita sudahi saja topik tidak jelas ini. Kita lanjutkan ke topik selanjutnya" katanya dengan wajah yang masih merah padam.
"Aku sudah tahu semuanya dari Stella, mengenai surat dan cincin itu, apa kau yakin itu dari ibu kandung mu?" tanyanya yang sekarang sudah duduk di kursi menghadap ku.
"Ya aku yakin, ayahku yang memberikannya padaku saat aku ulang tahun kemarin" jawabku.
"Tunggu dulu, sebelum itu aku penasaran, apakah kau disini juga untuk mengawasiku?" tanyaku yang dari tadi penasaran dengan kehadirannya.
"Mengawasimu? hmmm...untuk apa aku mengawasi mu, aku itu orang berpengaruh, jika hanya mengawasimu aku tinggal menyuruh orang saja" jawabnya.
"Waw kau sombong sekali, terus untuk apa orang penting sepertimu sekarang berada disini hm?" tanyaku sambil meledeknya.
"Sebenarnya tidak penting sih, tapi aku cuma ingin tahu seperti apa kandidat dari putra Tuan Valter Blau Haar von Diedrich" jawabnya dengan sinis.
"Kenapa kau tidak datangi saja kandidat yang satunya? kenapa kau malah mendatangiku?" tanyaku lagi.
"Kau...itu menarik, aku tertarik padamu jadi ku pustuskan untuk mendatangimu terlebih dahulu. Tapi tenang saja aku juga akan mendatangi kandidat satunya setelah aku selesai denganmu" jawabnya.
Aku hanya terdiam dan berpikir setelah mendengar jawaban Sandra. Kenapa hidupku jadi runyam seperti ini sih? aku hanya ingin hidup bahagia bersama ayahku. Ahh, aku jadi berpikir lebih baik tidak usah tahu siapa orang tua kandungku saja kalau begini jadinya.
"Hei, kenapa kau menanyakan itu? oh, apa kau takut tersakiti lagi seperti saat kau tahu kalau Stella datang ke hidupmu hanya untuk mengawasimu?" ucap Sandra yang dari tadi melihatku terdiam.
Mendengarnya menyinggung tentang hubunganku dengan Stella membuat hatiku terasa sakit. Aku berusaha untuk tenang dan memandangnya sambil tersenyum,
"Sebenarnya aku itu orangnya mudah terbawa perasaan, jadi aku takut jika kau terus mendatangiku, suatu saat aku akan jatuh cinta padamu" kataku dengan nada menggoda.
Perkataanku cukup untuk membuat wajah Sandra yang tadinya merah padam menjadi merah merona. Wah apa jangan-jangan dia termakan dengan perkataanku?
"Ha, kau menjebak ku dengan perkataanmu? ingat ini baik-baik, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu! bagaimanapun keadaanya! camkan itu..!!!" jawabnya dengan yakin.
"Ekhm...Sandra, aku tidak bilang kau akan jatuh cinta padaku, tapi aku bilang aku bisa saja jatuh cinta padamu. Tapi sudahlah, apa untungnya bagiku jika kamu memang mencintaiku?" ucapku.
Mendengar ucapanku itu, Sandra seketika berdiri dan berlari hendak ke luar kelas dengan wajah yang masih merah merona. Namun, sebelum ia meraih gagang pintu, aku memanggilnya,
"Bu Rini ! bagaimana dengan kelasnya, ini baru jam 3 loh!"
"Ka...kau" gumam Sandra yang masih membelakangiku.
"Baiklah siswa bermasalah ku tercinta, karena ibu ada urusan mendadak, jadi kelasnya sampai disini dulu ya, jangan lupa besok temui ibu lagi ya" jawabnya dengan nada mengejek.
"Ayolah bu~ temani aku mengobrol sampai jam 4 saja, ibu tidak mau kan kalau sampai diomeli sama si bola berjalan itu karena tidak mengajariku sampai akhir?" ucapku dengan santai.
"Si...sialan...!!!" gumam Sandra yang menatapku dengan tatapan marahnya.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 348 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hajar debat aja
2023-09-10
1
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Balas tuh balas 😁
2023-03-11
2
🥑⃟Serina
semangat
2023-02-25
1