Happy reading ❤️
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit ketika Alex keluar dari kamarnya dengan setelan jas hitam yang membelit tubuhnya yang tinggi tegap dengan sempurna.
Ia berjalan melewati dapur dan kembali teringat pada gelas mug milik Nadia yang tadi dengan sengaja dirinya jatuhkan ke dalam tempat sampah. Alex hampir saja keluar dari unit apartemennya namun ingatan tentang mug itu kembali mengganggunya.
"Ah f*ck," maki Alex kesal. Ia kembali ke dapurnya, memandangi gelas mug yang tadi ia jatuhkan dan mengambilnya.
Meski enggan tapi Alex memilih untuk mencucinya, ia yakin Nadia pasti akan mengamuk jika tahu ia sengaja membuangnya. "What the f...," Alex tak habis pikir kenapa pikirannya bisa terganggu hanya karena sebuah gelas tak berarti milik istrinya.
"ah Shiiiit," makinya lagi karena cipratan air yang mengenai pakaiannya. "Sungguh menyusahkan," keluh Alex. Ia makin tak suka saja. Setelah selesai mencucinya Alex pun pergi ke kantornya dengan mood yang tak begitu baik.
***
Menjelang siang seperti biasa Joy sang sekretaris menanyakan dimana Alex akan makan siang dan seperti kemarin Alex pun memilih untuk makan di kantor karena volume pekerjaannya yang banyak. Ada tender besar yang sedang ia kerjakan.
"Ah Joy, pesankan menu yang sama dan kirim ke tujuan yang sama yang kamu kirim kemarin." ucap Alex sebelum sekretarisnya itu pergi.
"Nadia si bawel ?" tanya Joy memastikan.
"Hu'um, dan pastikan sampai disana tepat jam makan siang." titah Alex tak terbantahkan.
Joy mengangguk patuh dan berlalu. Sudah tak aneh baginya jika Alex meminta dirinya mengirimkan beberapa benda untuk wanita tapi yang berbeda kali ini yaitu hanya sebatas makan siang untuk wanita yang sama karena biasanya nama wanita itu berganti setiap Alex memberikan perintah.
Alex terkenal sebagai pemain wanita di luar sana tapi selama Joy menjadi sekretarisnya tak sekalipun atasannya itu berlaku tak senonoh padanya. Di kantor Alex bekerja secara profesional pada semua bawahannya. Malah lelaki muda dan sukses itu terkesan dingin dan sedikit arogan.
Pernikahannya baru berjalan beberapa hari saja, tak ada yang istimewa sedikitpun bagi Alex. Hanya saja kini apartemennya tak se-sepi dahulu. Kini ia ada teman untuk berdebat dan Nadia tak seperti wanita yang biasa ia temui. Istrinya itu penuh kejutan.
"Kejutan yang menyebalkan," gumam Alex seraya memutar kursinya menghadap kaca besar di belakangnya. Ia ingat bagaimana harus makan malam dengan mie instan. Dirinya merasa kesal namun disaat bersamaan ia tertawa mengingat itu semua.
Memang terlalu dini untuk menilai jika Nadia seorang yang kuat menghadapinya tapi sejauh ini istrinya itu bisa mengimbanginya. Sungguh sesuatu yang luar biasa.
***
Sudah beberapa kali Nadia melihat jam yang terpajang di dinding kantornya. Waktu makan siang telah hampir tiba. Ia ingat tadi pagi Alex yang membeli sarapan. Apa siang ini bagian dirinya yang harus mengantarkan makan siang untuk Alex ?
Tapi...
Nadia tak tahu di mana letak kantor Alex dan bagian apa suaminya itu bekerja karena selama ini mereka tak pernah membahas itu. Semalam pun ketika mereka membicarakan proyek yang sedang Alex kerjakan tak ada nama perusahaannya tercantum di sana.
Berbeda dengan Alex yang dulu pernah mengantarkan dirinya pulang ke tempat kost hingga Alex tahu di mana istrinya bekerja.
"Mbak Nadia, ada kiriman dari kurir buat mbak," ucap salah satu anak magang yang masih mengenakan seragam putih hitam itu.
Nadia berkerut alis dan menerima paket yang berisikan makanan dari salah satu restoran cepat saji yang cukup ternama.
"Nadia si bawel," baca Nadia pelan. Langsung terbayang wajah Alex yang menyebalkan di dalam kepalanya.
"Iiisshhh," decak Nadia sebal.
Namun tak lama senyuman terbit di wajah cantiknya. Entah mengapa ada semacam euforia bahagia yang mengisi dadanya saat ini. Ia segera mencari benda pipih di atas meja dan menggulir layar benda tersebut, mencari seseorang yang bernamakan "Bocah Tengik" dan mengiriminya pesan.
Nadia : Thx Alex, tapi bukannya sekarang giliran aku yang siapin makan siang ?
Nadia menunggu juga menanti balasan pesan itu dengan cemas karena si pemilik nomor itu sedang berstatuskan online namun tak jua membalas.
"Come on, Nad. Ngapain kamu nungguin dia ? Ingat, Alex tetaplah Alex... Jangan berharap apapun padanya." gumam Nadia dengan cemas. Ia berusaha memperingatkan dirinya sendiri agar tak terlalu berekspektasi tinggi pada suaminya itu.
Lama menanti namun pesannya tak terbalaskan juga hingga akhirnya Meta datang menghampirinya ke meja dan mendapati Nadia yang sedang duduk melamun dengan kedua tangan menopang dagu.
"Mikirin apaan sih ?" tanya Meta penuh goda.
"Eh, nggak. Lah kamu kapan datang ?" tanya Nadia terkejut.
"Nah kan ? pasti mikirin sesuatu... yuk ah makan, Bimo udah nunggu di bawah." Ajak Meta namun seketika ia tersenyum ketika melihat bingkisan makanan di atas meja temannya dengan nama 'Nadia Si Bawel'.
"So sweet aneut sih penganten baru," lanjut Meta menggoda temannya itu.
Tak ingin meladeni Meta, Nadia memilih untuk membawa bekal makan siangnya dan mengajak temannya itu pergi. Tak lupa ia pun mengambil benda pipih miliknya yang tak juga berbunyi.
***
"Nungguin telepon ?" tanya Bimo yang melihat Nadia terus memperhatikan ponselnya.
"Ng... nggak kok. Aku lagi WA an sama ibu." jawab Nadia bohong padahal yang sebenarnya terjadi adalah ia menanti balasan pesan dari lelaki menyebalkan yang kini tinggal satu atap dengannya.
"Ohhh.. ayah dan ibu gimana kabarnya ? aku gak pernah bertemu mereka lagi semenjak kamu mau menikah," lanjut Bimo.
"Mmm.. mereka baik kok...," jawab Nadia.
"Aku senang pernikahanmu baik, aku juga senang Alex begitu perhatian sama kamu, Nad. Aku ikut bahagia untuk kalian berdua. Semoga kalian menjadi pasangan yang paling berbahagia," ucap Bimo tulus.
Nadia tersenyum lalu menundukkan kepala, seandainya Bimo tahu jika pernikahannya tak semulus itu. Tapi entah mengapa dalam hati kecilnya Nadia mengaminkan apa yang baru saja Bimo ucapkan.
"Kamu juga katanya ada berita buat kita. Apaan Bim ?" tanya Meta seraya menyendokkan bakso ke dalam mulutnya.
"Mmm, di pesawat aku kenalan ma cewek dan berlanjut hingga sekarang." jawab Bimo.
"Benarkah ? selamat yaaa !" ucap Nadia dan Meta bersamaan.
"Kok selamat ? belom juga jadian, elah." Bimo berdecak kesal karena kehebohan kedua temannya.
"Buru aja jadian tar makan-makan." ucap Nadia menaik turunkan alisnya menggoda sang teman
"Iya... Begitu jadi, aku pengen ngenalin dia sama kalian."
"Harus itu !" sahut Meta penuh semangat.
Bimo dan Meta membicarakan perempuan yang sedang Bimo taksir saat ini dengan penuh semangat. sedangkan semangat Nadia sedikit meredup karena sebuah balasan dari Alex yang hanya singkat saja.
Alex : 👍
Nadia segera keluar dari aplikasi pesan singkat miliknya tanpa membalas pesan Alex terlebih dahulu dan menyimpan benda pipih itu di atas meja. Ia kembali pada obrolan dengan Meta dan Bimo tapi entah mengapa hatinya terasa hampa.
Bukan karena Bimo memiliki seseorang yang baru namun karena hal lainnya. Nadia pun tak mengerti kenapa ia begitu kecewa dengan balasan pesan yang Alex berikan.
***
Sudah pukul 8 malam dan Nadia sudah berada di apartemen suaminya. Ia tengah berdiri menatap sebuah kalender. Lusa akan ada acara kantor yang mengharuskannya menginap di daerah kepulauan seribu untuk 2 malam.
Saat ini ia sedang menimang-nimang apakah harus meminta izin dulu pada Alex atau pergi begitu saja. Meskipun lelaki itu suaminya tapi pernikahan mereka tak sama dengan pernikahan yang lain pada umumnya.
Nadia baru saja keluar dari kamarnya begitu juga Alex yang sama-sama baru keluar dari kamarnya dengan setumpuk pekerjaan yang ia bawa ke rumah.
"Mau makan sekarang ?" tanya Nadia ketika mereka bertemu di depan pintu.
"Mie instan lagi ?" tanya Alex curiga.
"Nggaklah.. tadi aku beli soto daging depan kantor. enak kok."
"Boleh, kasih tahu gue kalau makanannya udah siap." jawab Alex dan dia pun berlalu menuju meja yang berada di ruang tamu. Sedangkan Nadia berjalan ke arah dapur dan menyiapkan makan malam.
Setelah makanan tersaji di atas meja, Nadia pun mengajak Alex untuk makan malam dan suaminya itu menuruti dengan datang ke ruang makan.
"Mmm.. Alex, lusa aku mau menginap di kepulauan seribu untuk mengikuti acara kantor." ucap Nadia sedikit ragu.
Alex berhenti sejenak dari kegiatan makannya dan menatap Nadia yang duduk di hadapannya.
"Eh.. apakah hal seperti ini tak usah memberi tahumu ? aku bukan minta izin kok, cuma mau bilang aja. Takutnya nanti mama kamu nanyain aku jadinya kamu bisa jawab." lanjut Nadia berusaha memberikan penjelasan.
Alex terdiam sesaat dan mengangguk paham.
"Mmm... sebaiknya kita emang harus saling memberikan kabar biar kita saling tahu berada di mana. Seperti malam kemarin lo pulang terlambat, sebenarnya gue mau nanya tapi takutnya di sangka ikut campur urusan pribadi lo." ucap Alex sembari menikmati makan malamnya.
Nadia tersenyum samar, ia tak menyangka Alex peduli padanya karena pulang terlambat.
"Lain kali kalau gue atau lo pulang telat harus saling ngabarin aja gimana ?" tanya Alex.
"Apa ini termasuk kesepakatan ?" tanya Nadia.
"Hu'um dan hukumnya wajib untuk kita berdua." jawab Alex tanpa ragu.
"Hmm ya boleh, aku setuju," ucap Nadia seraya tersenyum.
"Tadi makan siangnya di makan gak ?" tanya Alex lagi.
"Dimakan lah... makasih ya.. malah aku makan sama Meta dan Bimo juga."
Mendengar nama Bimo, Alex menghentikan makannya untuk sesaat. Entahlah ada sesuatu yang menggangu pikirannya ketika nama itu Nadia sebutkan.
Alex menatap Nadia yang tengah menyesap teh hangat dari gelasnya. "Gelas lo tadi jatuh ke tempat sampah." ucap Alex tanpa dosa.
To be continued ❤️
Mon maap baru update lagi ya 🙏
Terimakasih banyak untuk segala doanya...
Doa yang sama untuk Reader semua semoga kalian dan keluarga sehat selalu 🤲❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉
lho.. bukannya nadia tau kalau alex pengen beli ktr sndr?? hrsnya tau jg dong alex bagian apa??? 🤔🤦♀️
2023-06-28
1
She Imoed
udah seneng,belakanya nyebelin😆😆
2023-05-28
0
EndRu
tu kan Alex mulai nyebelin lagi
2023-03-05
0