Happy reading ❤️
Alex membelokkan mobilnya memasuki kawasan apartemen mewah miliknya. Nadia yang tersadar segera mengangkat wajahnya dan menatap Alex penuh tanda tanya.
"Lo gak pikir kita mau nonton film beneran kan ?" Tanya Alex seraya tertawa.
"Tempat siapa ini Alex, kamu jangan macam-macam." Nadia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling dengan cemas. Ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas yang berada dalam pangkuannya.
"Macam-macam ? gue kira gak apa-apa jika melakukan sedikit pemanasan dengan calon istri." jawab Alex dengan entengnya, sembari memarkirkan mobilnya di tempat biasa ia parkir. Apa yang Alex katakan membuat Nadia bergidik ngeri seketika.
"Turun !" sentak Alex karena Nadia masih diam di tempat duduknya padahal mobil Alex telah berhenti dengan sempurna dan ia pun telah keluar dari mobilnya.
"Aku gak mau." Nadia menggelengkan kepalanya, ia tak mau menuruti perkataan lelaki yang sedang melihatnya dengan kesal.
"Jangan sampai gue harus nyeret lo, Nadia." Ancam Alex seraya memelototkan matanya.
Nadia masih menggelengkan kepala, menolak ajakan lelaki yang kini terlihat lebih kesal lagi.
"Oke, kita mampir bentar terus pergi ke bioskop." bujuk Alex.
"Gak mau, kamu pasti bohong." jawab Nadia takut-takut.
"Nggak, Nad. Kalau gue bohong, kamu bisa aduin sama Mama."
Nadia masih tak bergeming hingga beberapa saat kemudian keduanya menjadi pusat perhatian karena perselisihan kecil yang tengah terjadi.
"Lihat kita jadi tontonan orang, ayo turun ! Gue janji gak akan apa-apain Lo. Tadi gue cuma bercanda." bujuk Alex sembari melihat sekeliling
"Please, gak akan lama. Soalnya nanti malam mama nunggu kita. Gue cuma mau ganti baju." kini Alex berbicara dengan nada suara yang lebih lembut dari sebelumnya.
Nadia menarik nafas dalam, sebelum ia memutuskan keluar dari mobil dan Alex tersenyum lega melihatnya.
"Good girl, gue suka cewek penurut." kata Alex dan melengkungkan senyumnya karena itu. Ia menunggu Nadia untuk berjalan bersama dengannya.
"Aku bukan cewek kamu," ucap Nadia dingin. Ia sungguh merasa cemas saat ini.
"Ah iya, calon istri. Maafkan aku ,Sayang." Alex mengucapkan itu seraya tertawa penuh ledekan membuat Nadia mendelikkan matanya.
Mereka berjalan beriringan dengan jarak yang memisahkan mereka. Alex berjalan lebih dulu dan Nadia mengekori di belakangnya bagai anak bebek yang mengikuti induknya.
"Selamat siang, Pak Alex." ucap salah satu petugas keamanan disana dan ia pun membungkukkan sebagai tanda penghormatan.
"Siang." jawab Alex singkat dan bisa dikatakan sedikit arogan.
Nadia yang melihat itu memutar bola matanya malas, sungguh seseorang tak bisa di lihat dari luarnya saja. Ketika pertama kali melihat Alex, Nadia sangka dia hanya lelaki metroseksual yang flamboyan dan suka tebar pesona. Bukan lelaki kasar dan menyebalkan seperti sekarang ini.
Nadia dan Alex berdiri berjauhan di dalam lift, keduanya berdiri di sudut lift dan saling berseberangan. Saat ini mereka akan menuju unit apartemen Alex yang berada di lantai 5. Nadia dengan pikirannya sendiri, ia sedang membayangkan tindakan yang akan dilakukannya jika Alex berbuat macam-macam. Sedangkan Alex terlihat santai seolah tak ada beban pikiran apapun.
'Ting,' pintu lift terbuka dan Alex berjalan keluar tanpa mengajak Nadia yang masih sibuk dengan pikirannya.
Nadia yang terkejut melihat lelaki itu keluar dari lift dan dengan ?tergesa mengikuti Alex berjalan keluar. "Bilang kek, Kalau kita keluar disini." decak Nadia dengan kesalnya.
Alex sudah berdiri di depan pintu unit apartemennya dan ia pun akhirnya menolehkan kepala melihat ke arah Nadia yang tertinggal jauh di belakangnya. "Lama banget," keluh Alex kesal.
Nadia tak menjawab, yang ia lakukan hanya segera berjalan mendekati lelaki itu. Alex membuka pintu apartemennya dengan memasukkan nomor kombinasi pada gagang pintunya.
Dalam hitungan detik terbukalah pintu itu dan menampilkan ruangan apartemen yang luas dengan. desain minimalis modern. Nuansa warna hitam begitu kental menghiasi apartemen itu, seperti menggambarkan sifat pemiliknya.
Mini bar dengan berbagai jenis minuman yang berjejer rapi terlihat begitu Nadia memasuki ruangan itu. Alex benar-benar berbeda dari para lelaki yang Nadia kenal.
"Lo mau sampai kapan diam disitu ?" Tanya Alex pada Nadia yang masih berdiri di depan pintu.
Meski enggan, akhirnya Nadia melangkahkan kakinya masuk. Sedangkan Alex langsung menuju mini bar dan menuangkan sebotol air minuman berwarna coklat pekat dan berbuih. Tak lupa ia memasukkan beberapa bongkahan batu es yang ia ambil dari freezer yang terletak di mini bar itu.
Masih siang hari, namun Nadia yakin minuman yang sedang Alex sesap adalah sesuatu yang memabukkan.
"Minum ?" tawar Alex tapi nadia menolaknya dengan menggelengkan kepala.
Apartemen Alex begitu memukau dengan kemewahan di dalamnya, namun alih-alih terpesona dengan apa yang Alex miliki di sana, Nadia lebih memilih waspada pada pemilik apartemen itu.
"Gue bawa lo kesini buat ngomong. Duduk !" ucap Alex seraya menunjuk dengan jemarinya yang memegang gelas sloki ke arah sebuah kursi sofa kulit berwarna hitam dan Nadia pun menurutinya.
"Kita berdua sama-sama tahu jika orang tua kita berharap lo dan gue bisa menikah. Mereka menaruh harapan besar terhadap pernikahan ini, terutama nyokap gue." Ungkap Alex membuka pembicaraan.
"lalu ?"
"And im ok with that, gue rasa nikah sama lo bukan sesuatu yang buruk." jawab Alex. Kali ini dia terlihat lebih serius dari biasanya.
Alex terdiam mengingat bagaimana Mamanya memohon dan mengiba padanya agar dia mau menerima perjodohan ini. Mamanya yang paling tahu bagaimana menderitanya Alex ketika Lola, perempuan yang sangat dirinya cintai mencampakkannya begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Dan dari sanalah Alex mulai bermain wanita tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Bagi Alex semua wanita sama saja hanya melihat kesuksesan laki-laki dalam hal materi saja sedangkan perasaan cinta yang tulus mereka abaikan. Alex telah mati rasa, cintanya telah mati bersama kepergian Lola.
Tak ada yang peduli pada perubahan seorang Alex kecuali sang mama. Semua silau akan keberhasilan Alex dalam bidang bisnis tapi tak seorang pun yang tahu jika jiwanya hancur dan hanya mamanya yang tahu juga peduli padanya. Dibandingkan dengan keberhasilan sang anak, mamanya lebih peduli tentang kebahagiaannya.
Setiap orang hanya bertanya "Bisnis apa yang kamu kembangkan sekarang ?" Tak ada yang bertanya "Bagaimana keadaanmu sekarang?" Alex tersenyum kecut mengingat itu semua.
Telah lama Alex hidup dalam hampa, hanya bersenang-senang tanpa tujuan. Namun hari itu mamanya datang menemuinya, ia mengatakan telah menemukan perempuan baik-baik yang bisa menjadi obat bagi hidupnya. Nadia pun sama-sama mengalami perpisahan dari hubungan asmaranya. Perjodohan ini diharapkan bisa menjadi wadah untuk saling mengobati luka hingga menumbuhkan rasa cinta.
Alex tahu jika mamanya telah merasa lelah.
Lelah mempedulikan kehidupan anaknya yang kacau, padahal orang lain berkata "Biarkan saja." Tapi sang mama takkan pernah bisa membiarkan anaknya hidup tak tentu arah.
"Hiduplah dengan benar Alex, mumpung mama masih ada." ucap Mamanya seraya meneteskan air mata dan Alex pun tak bisa menolaknya.
Alex menuruti kata mamanya agar beliau bahagia. Ya... Alex setuju menikah hanya untuk melihat ibunya bahagia.
"Seperti yang lo bilang, ayo kita nikah." ucap Alex seraya mengangkat gelasnya untuk bersulang dan ia menghabiskan minuman itu dengan satu tenggakan.
"Lo takut ?" tanya Alex karena Nadia hanya diam yak berkata apapun padanya.
"Tidak," jawab Nadia tanpa ragu. Meskipun yang ia ucapkan berbanding terbalik dengan yang ia rasakan.
"Kenapa Lo mau nikah ma gue ?" tanya Alex.
Seketika wajah ayahnya yang tersenyum dengan penuh kasih sayang terbayang dalam wajah Nadia. Lelaki yang Nadia cintai sepenuh hati, lelaki yang tak pernah membuatnya patah hati. Tentu saja Nadia akan lakukan apapun untuk ayahnya.
"Hanya mau saja." jawab Nadia bohong.
Alex tersenyum samar mendengarnya.
"Kita gak akan pernah tahu berapa lama kita akan bertahan, tapi Lo harus tahu kalau gue gak bercanda."
"Aku juga, aku tak bercanda soal ini." timpal Nadia.
Alex terdiam dan kemudian berdiri membalikkan badannya membelakangi Nadia.
"Sepertinya kita harus mulai untuk saling mengenal. Yang pertama, gue gak suka hal-hal yang berbau romantis kaya nonton film, makan malam, coklat, bunga. Bagi gue itu semua bulsh*t. Jadi jangan harap lo dapetin itu semua dari gue." ucap Alex masih dengan membelakangi.
"Aku tak akan berharap itu darimu," timpal Nadia.
Alex sedikit menolehkan kepala dan tersenyum mendengar jawaban yang tak ia sangka.
"Gue lebih suka kegiatan fisik." ucap Alex lagi seraya melepaskan kaos hitam yang ia kenakan dengan sekali tarikan tangan hingga memperlihatkan punggung berotot nya yang terlihat liat dan dihiasi tato sayap malaikat. Nadia pun menelan salivanya sendiri yang terasa kelat.
to be continued ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰
itulah cewek slalu ada rhasia padhl kalau bilng demi ayah juga gaj akn turun tuh harga diri
2024-01-12
1
She Imoed
jangan bikin otak anak perawan (Nadia) travelling Alex😅😅😅
2023-05-27
1
EndRu
mau renang Alex tuh..kirain apa yak 😍
2023-03-05
0