Happy reading ❤️
"Tapi bener kan gue bisa bikin lo basah ?" Tanya Alex dengan wajahnya yang menyebalkan.
Nadia mendelikkan matanya ketika mendengar pertanyaan yang Alex lontarkan.
"Apa yang salah ? gue ngomong yang sebenarnya." Tanya Alex tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Nadia mendengus kesal seraya menyambar tasnya yang berada di atas meja dan melangkahkan kakinya meninggalkan lelaki itu sendirian. Air terus menetes dari rambut juga bajunya yang basah kuyup. Ia mengatur nafasnya untuk menenangkan diri dan menahan air bening yang siap mengalir.
"Jangan nangis di depan bajingan itu,Nadia." Ucap Nadia dalam hati berulang kali.
"Nad, tunggu." Alex berlari kecil berusaha menyusul langkah kaki Nadia yang tergesa.
Nadia terus berjalan tanpa menolehkan kepala, hingga Alex melemparkan handuk putih yang ia bawa dan Nadia menepisnya.
"Lo basah kuyup, mendingan ganti baju dulu." ucap Alex seraya menyamakan langkahnya.
"Aku mau pulang." jawab Nadia tanpa memandang wajah lelaki yang berjalan di sampingnya. Sungguh ia tak sudi untuk hanya sekedar melihatnya saja. Nadia yakin marahnya akan meledak jika ia melakukan itu.
"Lo mau balik kemana ? nanti malam Mama nunggu kita di rumah. Kita harus berangkat 2 jam lagi agar tak kena macet."
"Kamu bisa pergi sendiri karena aku tak mau datang."
Ucap Nadia sembari menekan tombol lift berulang kali dengan penuh emosi. Saat ini keduanya telah sampai di hadapan pintu lift dengan kondisi Nadia yang basah kuyup dan Alex yang bertelanjang dada.
"Lo gak bisa batalin gitu aja, Mama pasti marah sama kita," ucap Alex mengingatkan.
"Aku gak peduli," timpal Nadia seraya memasuki pintu lift yang terbuka lebar.
Alex menahan pintu lift dengan tangannya agar tetap terbuka, ia menatap mata Nadia dengan tajam.
"Asal lo tahu, gue udah bilang sama mama kalau kita setuju buat dijodohin. Kalau emang emang lo gak mau bilang sendiri sana." ucap Alex seraya membalikkan tubuhnya untuk pergi. Ia yakin jika Nadia akan mengikuti.
Nadia kembali mengingat alasan kenapa ia mau menikahi lelaki yang menyebalkan itu. Wajah ayahnya terbayang lagi dalam benaknya. Dirinya telah berhutang nyawa pada mamanya Alex.
"Sialll !" Gumam Nadia kesal, dan dengan terpaksa ia pun melangkahkan kakinya keluar dari lift itu dan berjalan mengikuti Alex.
Alex tersenyum miring meremehkan. Ia tahu jika Nadia pasti mengikutinya. Nadia menerobos masuk ketika Alex membuka pintu apartemennya. Tubuhnya nyang basah mengenai badan Alex yang setengah telanjang.
" Lo ganti baju dulu, ntar sakit. Dan jangan duduk si sofa dengan baju yang basah."
"Ganti baju apanya ?" tanya Nadia seraya memelototkan matanya karena kesal.
"Lo gak bawa baju ? bukannya mama nyuruh lo nginep?" Tanya Alex terheran.
"Aku cuma setuju datang untuk makan malam, bukan buat menginap." jawab Nadia ketus.
"Jadi lo gak bawa baju ganti dalam tas ?"
"Ya nggak lah !"
"Ah, shiitttt. Cepat buka bajumu kita keringkan sebelum pergi," ucap Alex. Tapi sayangnya Nadia menggelengkan kepala menolak permintaan lelaki itu.
"lu mau datang pakai baju basah? " tanya Alex. Ia tak habis pikir.
"jika itu perlu yang penting aku tak melepaskan bajuku di sini,"
"lu bisa sakit karena kedinginan. Pakai baju gue untuk sementara, sambil menunggu bajumu yang kita keringkan."
"Gak mau !" jawab Nadia seraya memelototkan matanya.
"Lepas !! atau gue yang lepasin baju lo satu persatu. Dan asal lo tahu, gue sangat ahli dalam melakukannya." Ucap Alex seraya memandang Nadia dengan lapar dari ujung kepala hingga ujung kakinya.
***
'Ddrrrttt... ddrrrtt' Nadia berdiri di depan mesin pengering pakaian sembari memakai kemeja Alex yang berwarna hitam tanpa apapun di baliknya.
Untuk kesekian kali ia kalah dari lelaki yang kini tengah menonton TV sembari bersilang kaki. Pada akhirnya Nadia menuruti Alex untuk mengeringkan pakaiannya dan mengenakan kemeja Alex untuk sementara.
Kemeja yang hanya menutupi tubuhnya setengah paha, meskipun begitu Alex tak berbuat macam-macam seperti ancaman yang ia katakan tadi.
Untuk menghilangkan dingin Nadia menyeduh kopi sachet yang tersedia di dapur Alex. Tak ada makanan apapun di sana, padahal cacing dalam perutnya telah berdemo meminta untuk diisi.
"Lagi bikin apa ?" Tanya Alex yang kini memasuki dapur.
Nadia tak menjawab, yang ia lakukan hanya mengaduk kopi yang berada di dalam cangkir.
"Gue seneng, kayanya lo betah di sini." Ucap Alex seraya mendudukkan tubuhnya tepat di hadapan Nadia.
Nadia tak bicara, bibirnya terkatup rapat. Sumpah demi apapun saat ini dirinya ingin sekali melayangkan teko air yang masih panas itu ke wajah Alex yang tampan.
"Tampan ?" Gumam Nadia kesal. Bagaimana bisa dia menilai lelaki menyebalkan itu dengan kata tampan.
"Sorry, gue gak tahu lo gak bisa berenang. Udah dong marahnya. Yaa ?" Bujuk Alex dengan puppy eyes nya.
"Lagian umur udah tua gak bisa berenang, ada-ada aja." ucap Alex seraya tertawa.
"Tua ???" Tanya Nadia yang emosinya kini meninggi lagi. Baru sedetik lalu ia merasa iba dan ingin memaafkan tapi kini lelaki yang duduk dihadapannya telah berulah lagi.
"Hei !! aku belum tua !! mau bisa berenang atau tidak itu bukan urusan kamu !!" Hardik Nadia dengan suara meninggi membuat Alex melonjak dari kursinya.
"Ya Tuhan, galak banget." gumam Alex lirih namun Nadia masih bisa mendengarnya.
"Nonton TV lagi sana ! Biarin aku di sini sendiri." ucap Nadia masih dengan wajah kesalnya.
Alex pun berdiri dan berjalan mendekati wanita yang masih dalam gelombang emosinya. Dengan secepat kilat, Alex menyambar secangkir kopi yang baru saja Nadia buat.
"Oke, thanks for the coffee." Bisik Alex tepat di telinga Nadia.
Nadia mengepalkan tangannya bersiap untuk memaki tapi lelaki itu telah melesat pergi tanpa rasa bersalah.
***
"Nanti kalau mama nanya kenapa kita telat, bilang aja macet. Oke ?"
Kini Nadia dan Alex berada dalam mobil yang terparkir di halaman rumah orangtuanya Alex yang terletak di daerah Jakarta Pusat.
Tanpa menjawab pernyataan yang Alex ucapkan, Nadia keluar dari mobil lelaki yang menurutnya sangat menyebalkan. Bagaimana tidak ? Alex sudah membuatnya basah kuyup juga merebut kopi hangat yang ia buat. Dan ketika Nadia hendak membuat lagi secangkir kopi yang ia inginkan ternyata itu stok terakhir yang Alex punya. Ia menahan rasa lapar hanya dengan segelas air putih.
Saat ini Alex adalah lelaki yang ingin Nadia musnahkan dari atas bumi.
"Nad, tunggu." Alex berlari kecil menyusul langkah Nadia yang kini sudah berada di depan pintu rumah orang tua Alex.
Baru sekali ia menekan bel namun pintu langsung terbuka, bisa Nadia tebak jika Mama Alex telah menunggu kedatangan mereka.
"Maaf telat, Ma. Tadi jalanan macet banget." ucap Alex seraya mencium kedua pipi mamanya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah mereka menunggu pakaian Nadia yang basah hingga kering. Sedangkan Nadia langsung meraih tangan Mamanya Alex untuk bersalaman dan membenarkan apa yang Alex katakan.
"Kita juga asik jalan-jalan sampai lupa waktu. Iya kan Sayang ? eh Nadia." ucap Alex dengan senyumnya yang menyebalkan.
Nadia memicingkan matanya, mendengar apa yang Alex ucapkan. Lelaki itu pandai sekali bersandiwara, membuat Nadia menatapnya dengan rasa kesal yang luar biasa. Alex yang sadar akan kekesalan Nadia hanya bisa tersenyum meledek padanya.
"Ah syukurlah jika kalian bersenang-senang." ucap Mama Alex dengan wajahnya yang sumringah bahagia.
"Ayo langsung makan malam. Mama sudah siapkan semuanya."
Mama Alex langsung menggandeng tangan Nadia dan mengajaknya memasuki ruang makan yang sangat mewah.
Di atas meja makan telah tersedia sup iga, rendang, sambal goreng kentang dan beberapa jenis kerupuk. Nadia yang tengah merasa sangat lapar hampir saja meneteskan air liurnya.
Nadia duduk tepat di sebelah Alex, dan mamanya segera memanggil ayah Alex yang berada di lantai 2.
Tak lama ayah Alex yang merupakan pria asing itu duduk bersama sang istri tepat di hadapan Nadia juga Alex.
Sambil berbasa-basi, Mama Alex pun mulai menyendokkan berbagai macam jenis makanan ke atas piring suaminya.
"Ayo Nadia ambil sendiri makanannya, Mama yang masak sendiri loh ini. Ini semua makanan kesukaan Alex. Dia suka banget makan daging-dagingan terutama steak. Tapi malam ini mama sengaja masak makanan khas indo saja karena papanya Alex kangen banget masakan Indonesia." jelas mama Alex dengan ramahnya.
Alex pun mulai mengambil makanan ke atas piringnya begitupun Nadia yang sudah merasa lapar. Mereka saling berbicara tentang kegiatan yang dilakukan hari ini tapi tidak dengan Nadia. Ia begitu fokus pada piring yang berisikan banyak makanan di hadapannya.
Semuanya terasa hening seketika. 'Krauk krauk krauk' yang terdengar hanya suara Nadia yang kini sedang memakan kerupuk dengan lahapnya.
Ketiganya menolehkan kepala menatap Nadia yang saat ini sedang makan dengan lahap. Sadar ditatapi, Nadia pun membalas pandangan mata mereka dengan tersenyum canggung menahan malu.
"ck..ck..ck..." decak Alex tak percaya.
To be continued ❤️
Thanks for reading 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
🌈Yulianti🌈
nih s Alex kayak doang bikin anak orang kelaperan sama kedinginan.... biasanya klo GK ada baju d pesenin d butik apartemen trus pesen makanan d restoran apartemen ini MH bikin anak orang GK makan seharian
2023-03-05
0
EndRu
Alex bikin sebel3.. hahaha 😍😍😍
2023-03-05
0
susi 2020
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-02-06
0