In Love
Happy reading ❤️
Sore itu awan mendung menghiasi langit dan udara terasa dingin. Seorang wanita paruh baya menanti dan tunggu sahabatnya waktu ia duduk di bangku SMA dulu. Sudah setengah cangkir teh hangat yang ia habiskan di cafe ternama di kota Bogor itu.
"Kemana sih ?" decaknya kesal.
Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 4 lebih 27 menit. Sudah melewati 27 menit dari waktu yang ditentukan untuk bertemu.
Wanita bernama Dewi itu semakin mengeratkan kain pashmina yang menutupi tubuh bagian atasnya, berharap kain itu dapat memberikan kehangatan lebih padanya.
Seandainya satu Minggu yang lalu tak ada telepon masuk dari temannya yang telah lama tinggal di Belanda itu tentunya ia tak akan berada di cafe ini seorang diri.
"Sorry, aku telat karena jalanan macet banget." Wanita yang ia tunggu itu akhirnya datang juga. 20 tahun tak bertemu tapi sepertinya temannya itu menolak untuk tua karena ia masih terlihat cantik seperti terakhir mereka bertemu.
"Wi, sorry ya." ucapnya lagi penuh sesal seraya memeluk erat wanita yang telah lama menunggunya.
"Gak apa-apa, Vin. Kukira gak jadi datang soalnya aku hubungi gak bisa."
Dengan wajah terkejut, Vina segera membuka resleting tasnya dan merogoh benda pipih berwarna putih yang ternyata dalam keadaan mati daya.
"Sorry lagi... mikirin Alex anakku sampai aku gak sadar kalau ponselku kehabisan dayanya."
Dewi tersenyum penuh maklum dan mempersilahkan temannya itu untuk duduk dikursi yang berada di hadapannya.
Minggu lalu Vina yang merupakan ibu dari seorang Alexander Henry Salim atau yang biasa di panggil Alex menghubungi Dewi sahabatnya. Pada awalnya ia menghubungi hanya untuk sekedar bertukar kabar karena sejatinya mereka telah bersahabat smenjak kelas 1 SMA.
Namun ketika Dewi menceritakan jika anaknya yang bernama Nadia baru saja mengakhiri hubungan cintanya yang telah terjalin selama 7 tahun dengan lelaki yang bernama Bimo membuat Vina meminta sesuatu yang sebenarnya sulit untuk Dewi lakukan.
"Kumohon wi, pertemukan saja dulu. Jika memang keduanya tak mau ya gak apa-apa. Kamu tahu kan jika Alex anakku satu-satunya dan aku sangat mencintainya. Aku tak mau Alex tersesat dalam hidupnya, dan kamu pun tentu menyayanginya seperti aku yang menyayangi anak-anakmu."
Itulah yang diucapkan Vina Minggu lalu melalui telepon. Wanita itu mengungkapkan kata-kata itu berulang kali dengan penuh mohon. Tapi memang benar adanya, Vina sangat menyayangi anak-anaknya Dewi yang berjumlah 3 orang itu. Hampir setiap ulang tahun, Vina akan mengirimkan hadiah padahal selama ini ia tinggal di luar negeri.
Alexander atau yang biasa di panggil Alex sebenarnya sudah lama tinggal di Indonesia dan membuka usaha sendiri yang cukup sukses. Sedangkan ibunya tinggal dengan suaminya di Belanda dan seperti pemikiran orang luar pada umumnya. Jika anaknya telah menginjak dewasa maka ia boleh menentukan jalan hidupnya sendiri asal bisa mandiri. Tapi sebagai seorang ibu, Vina tak bisa seperti itu.
Alex dicampakkan oleh seorang gadis ketika mereka sama-sama menuntut ilmu di sebuah universitas ternama di negara Belanda.
Gadis itu berasal dari Indonesia dan merupakan siswi yang mendapatkan beasiswa secara penuh. Sedangkan Alex bisa memasuki universitas itu dengan sokongan dana dari keluarganya yang bisa dikatakan berada.
Hubungan itu berlangsung selama 4 tahun. Perempuan itu merupakan cinta pertama Alex, bahkan mereka pernah hidup bersama dalam satu atap di apartemen mewah yang Alex miliki. Namun pada akhirnya gadis yang bernama Lola itu mencampakkan Alex dengan alasan ingin fokus pada pendidikannya dan meraih kesuksesan. Ia merasa jika Alex tak akan memiliki masa depan yang cerah meskipun kedua orangtuanya kaya raya karena lelaki itu hanya senang bermain-main saja.
Hidup Alex sangat terpuruk sejak ia ditinggalkan. Ia melampiaskannya dengan menjadi seorang petualang wanita tanpa melibatkan perasaan karena hatinya telah mati rasa. Obsesinya saat ini adalah hidup sukses dengan usahanya sendiri dan akan merebut hati Lola kembali tapi ibunya tahu jika perempuan bernama Lola itu tak sebaik yang Alex kira hingga ia memutuskan untuk meminta tolong pada Dewi agar mempertemukan anak mereka dengan harapan keduanya bisa saling tertarik.
Sedangkan Nadia, ia dan Bimo sudah menjalin hubungan 7 tahun lamanya sejak duduk di bangku SMA. Alasan keduanya putus karena pada akhirnya Ia dan Bimo sadar jika mereka hanya bisa berteman saja. Sebenarnya Nadia dan Bimo berada dalam satu lingkaran pertemanan dengan 4 temannya yang lain.
Nadia yang waktu itu masih duduk di bangku SMA pernah dicampakkan oleh seorang lelaki yang lebih memilih gadis lain yang lebih populer. Untuk membalas lelaki itu Bimo yang memang memiliki wajah tampan khas indo belasteran maju untuk memanas-manasi. Ia mengaku sebagai kekasih Nadia padahal sebenarnya mereka hanya bersahabat saja.
Larut dalam sandiwara, akhirnya mereka sepakat untuk berpacaran. Namun setelah 7 tahun bersama, keduanya sadar jika dalam hubungan mereka tak ada percikan api gair*h seperti halnya pasangan dewasa. Karena selama berpacaran pun mereka selalu pergi berenam dengan temannya yang lain. Jarang sekali menghabiskan waktu berdua saja. Dengan kata lain Nadia dan Bimo berpisah secara baik-baik.
Dan kini kedua orangtua mereka berencana untuk mempertemukan Nadia dan Alex dengan harapan keduanya bisa saling tertarik. Vina berharap jika Nadia bisa menjadi 'obat' bagi seorang Alex. Walaupun sebenarnya sebagai ibu, Dewi masih setengah hati memperkenalkan anaknya pada seorang playboy seperti Alex.
Nadia adalah gadis polos yang mempunyai karir cukup gemilang. Dengan berbekal ijazah strata satu teknik sipil dari universitas negeri ternama di Jakarta, kini ia bekerja menjadi seorang konsultan kontruksi di sebuah perusahaan besar.
Sedangkan Alex, ia sukses membuka usaha di bidang properti. Dengan uang yang berlimpah ruah ia bisa mendapatkan wanita seperti apapun yang ia mau. Tapi obsesinya pada Lola tak pernah surut. Alex yakin suatu hari nanti mantan kekasihnya itu akan bertekuk lutut di hadapannya.
"Sepertinya anak kita saling bertolak belakang. Nadia bukan gadis yang pandai berdandan seperti yang Alex sukai." ucap Dewi masih berusaha menolak usulan sahabatnya itu.
"Gak ada salahnya kan kita coba dulu. Tak usah terlalu terlihat seperti perjodohan, bagaimana jika kita pertemukan mereka dalam jamuan makan malam keluarga saja. Seolah-olah kamu mengundangku makan malam karena telah lama tak bertemu." Vina mengucapkannya penuh mohon dan akhirnya Dewi menyetujuinya walaupun dengan berat hati.
"Tapi jika kedua anak kita tak mau, tak apa-apa ya ?" tanya Dewi lagi dan Vina mengangguk setuju.
***
"Nad, jangan lupa nanti malam bantu ibu siapkan makan malam. Tante Vina mau datang, sudah puluhan tahun ibu gak ketemu sama dia. Terakhir ketemu waktu kamu masih berusia 3 tahun. Dia memberikanmu boneka beruang sebelum pergi ke Belanda. Ahhh... kamu pasti tak ingat."
"Iya Bu, Nadia tak ingat." jawan Nadia sembari tertawa.
"Gak apa-apa, nanti juga ketemu. Pokoknya nanti malam bantu ibu ya. Kamu jangan pulang terlalu sore. Lagian hari Sabtu gini kok masuk kerja ?"
"Iya bu, aku harus bikin proposal pengajuan kerja sama untuk diajukan pada klien." Nadia beralasan.
"Ya baiklah, semoga semuanya lancar. Tapi jangan lupa pesan ibu ya."
"Iya bu... aku pergi ya." Nadia meraih punggung tangan ibunya itu dan kemudian menciumnya sebelum ia pergi.
***
Suara ketukan di pintu apartemen membuat Alex harus berdiri dan membukanya. Tepat seperti dugaannya, sang Mama berdiri di hadapannya ketika pintu itu terbuka.
"Apa-apaan ini, Alex ? kita mau menghadiri makan malam bukan acara pemakaman." protes mamanya ketika melihat Alex mengenakan kemeja berwarna hitam yang bagian tangannya ia gulung sebatas lengan dan dipadukan dengan celana chino berwarna senada.
Alex tak menanggapi apa yang ibunya ucapkan, ia sengaja tak mau terlihat menarik karena sebenarnya Alex tahu jika ini adalah sebuah usaha mamanya untuk mengenalkan dia pada seorang perempuan.
Alex juga tahu siapa perempuan yang akan dikenalkan mamanya. Bukannya under estimate tapi perempuan dari jurusan teknik bukanlah tipenya. Jadi ia tak usah susah-susah mencari perhatian perempuan yang akan ditemuinya nanti.
"Tak ada waktu lagi untuk ganti baju, kita bisa terlambat sampai Bogor. Akhir pekan seperti ini pasti macet dan ayahmu juga sudah menunggu di bawah." ucap mamanya masih dengan nada suaranya yang terdengar kesal.
Alex hanya tertawa ringan tanpa menyahuti omelan sang Mama.
***
Pukul setengah 8 malam Alex dan kedua orangtuanya tiba di rumah Nadia yang terlihat sederhana. Seorang gadis belia membukakan pintu dan Alex tercengang melihatnya.
"Tenang saja, bukan dia." ucap mamanya seolah bisa menebak apa yang Alex pikirkan.
"Ya ampun kenapa repot bawa oleh-oleh segala," ucap ibunya Nadia ketika ia menerima banyak sekali buah tangan yang dibawa keluarga Alex.
Setelah berbasa-basi mereka pun duduk bersama di ruang keluarga sebelum menikmati makan malam yang telah ibu Nadia sediakan.
Cukup lama mereka saling berbicara namun kehadiran Nadia tak terdeteksi juga, Alex tertawa bahagia dalam hati karena ia yakin Nadia tak mau dengan perjodohan ini seperti halnya dirinya.
Tapi sepertinya kali ini pemikiran Alex salah karena sebuah ketukan di pintu memunculkan perempuan yang selama ini dinanti kehadirannya.
"Maaf aku baru datang karena jalanan sangat macet." ucap Nadia yang baru saja memasuki ruang tamu.
Dari sekian orang yang hadir disana mata Nadia langsung tertuju pada Alex yang kini tengah menatapnya dengan pandangan mata yang sulit untuk diartikan.
Cukup lama pandangan mata mereka saling bertemu dan terkunci hingga Alex memalingkan wajahnya untuk lebih dulu mengakhirinya.
To be continued ❤️
makasih yang udah baca....
Sebenarnya ide novel ini ada di kepala aku lebih awal dari novel yang Terikat Dusta. Tapi malah menjadi novel ke 4 yang aku tulis.
Mohon maaf jika awalannya kurang greget 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-11-11
0
Erna Yunita
Yuhuuuuu.....AQ datang lagi 🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2024-08-04
0
EndRu
aah
kangen Nadia Alex
bacake berapa yaaa
2024-05-21
1