Happy reading ❤️
Cukup lama pandangan mata mereka saling bertemu dan terkunci hingga Alex memalingkan wajahnya untuk lebih dulu mengakhirinya.
"Daamn, kenapa sih harus datang segala ?" Alex memaki dalam hati. Meskipun ia harus mengakui jika Nadia tak seburuk yang ia pikirkan.
Penampilannya sederhana, dengan skinny jeans dan kemeja slim fit yang sempurna membungkus tubuhnya yang ramping. Kulitnya bersih walaupun tak putih dan wajahnya pun tanpa polesan berlebih.
"Not bad, not bad at all," gumam Alex sembari mencebikkan bibir dan terdengar mamanya.
"Kenapa ?" tanya sang Mama ketika ia mendengar gumaman anaknya.
"No, Ma. gak pa-pa." jawab Alex sembari menggelengkan kepala dan tanpa sadar perempuan yang sempat masuk dalam pikirannya kini berdiri di hadapannya untuk bersalaman.
Alex mendongakkan kepala dan menatap wajah Nadia yang sedang mengulurkan tangannya, mau tak mau ia pun menyambut uluran tangan itu dengan senyum canggung di bibirnya.
"Nadia," ucapnya pelan.
"Alex," jawab Alex dan segera menjabat tangan Nadia
'Lembut' itulah yang ada dalam pikiran Alex ketika ia menyentuh tangan Nadia meskipun hanya secepat kilat. Nadia segera menarik kembali tangannya setelah ia bersalaman.
Setelah menyalami para tamu, Nadia undur diri. Ia berpamitan untuk segera berganti baju. Bisa Alex lihat dengan jelas jika perempuan yang baru saja berkenalan dengannya mencuri pandang pada dirinya meski hanya sekilas.
Alex mencebikkan bibir dan berpikir dalam benaknya, "Tentu ia akan tertarik padamu." kata Alex dalam hatinya. Ia sadar dengan paras wajahnya yang tampan, perempuan mana yang bisa menolak pesonanya.
***
Nadia melangkah gontai menuju kamarnya yang berada tak jauh dari area dapur. Dalam hatinya ia merasakan sesuatu yang tak beres. Kedatangan teman ibunya membawa anak lelaki mereka cukup mencurigakan. Tapi tak mungkin ibunya berniat menjodohkannya bukan ?
Ia dan Bimo baru saja berpisah. Walaupun ia berpisah karena merasa tak mencintai Bimo secara emosional. Tapi diperkenalkan dengan lelaki lain dalam waktu secepat ini, rasanya ia tak siap. Nadia terus memikirkan itu sembari membersihkan diri dan berganti baju.
"Bu, apa yang bisa aku bantu ? Maaf terlambat karena pekerjaannya lebih banyak dari yang aku kira." ucap Nadia. Saat ini ia dan ibunya tengah membereskan meja makan dan menata berbagai macam hidangan yang telah di masak oleh ibunya.
"Gak pa-pa, ayo bantu ibu siapkan ini saja." ibunya memberikan beberapa piring berisi makanan dan Nadia menatanya di atas meja.
"Mmm... Bu, tak ada maksud apa-apa kan di balik makan malam bersama ini ?" Tanya Nadia sedikit curiga.
"Maksud apa ?" ibunya balik bertanya.
"Bu, Aku....,"
"Kenalan saja dulu, Alex baik kok. Ganteng juga kan?" potong sang ibu.
"Cckkk kalau sekedar baik dan ganteng Bimo juga begitu. Tak hanya Alex, Bimo juga blasteran tapi aku biasa aja tuh." Nadia berdecak kesal ketika ia tahu maksud dari pertemuan ini.
Setelah selesai menata meja, Alex dan kedua orangtuanya pun memasuki ruang makan sederhana milik keluarga Nadia.
"Woow, dari dulu kamu emang jago masak." puji Mama Alex pada temannya itu.
Nadia yang tahu maksud dari pertemuan ini menjadi sedikit menjaga jarak tapi sayangnya semua tak berjalan sesuai keinginannya. Entah siapa yang mengatur tapi kini ia duduk berhadapan dengan Alex.
Nadia menekuk wajahnya karena kesal dan Alex tersenyum miring melihatnya.
"Nad, Sendokin Alex lauknya." Mau tak mau Nadia pun melakukannya meskipun wajahnya tak menunjukkan rasa senang.
"Nad, coba kasih Alex kerupuk." Lagi-lagi Nadia melakukannya.
"Nad...."
"Nad..."
"Nad...,"
Banyak lagi perintah dari ibunya sendiri ataupun mamanya Alex yang meminta Nadia untuk melayani Alex. Semakin Nadia terlihat kesal semakin Alex mengulum senyum, mentertawakan kekesalan Nadia dalam hatinya.
Bagi Nadia makan malam itu terasa begitu lama dan menyiksa. Ia melirik ibunya dan bertanya-tanya dalam hati kenapa sang ibu begitu tega melakukan itu padanya.
Apa ibunya tak mengerti jika ia baru saja berpisah dari sebuah hubungan cinta dan saat ini sedang menata hatinya sendiri. Nadia tak mau seperti waktu lalu menghabiskan 7 tahun dengan lelaki yang sebenarnya tak ia cintai. Ia menyayangi Bimo hanya sebagai teman atau mungkin bagai kakak sendiri.
"Sabar, Kak." bisik adiknya Nayla yang masih duduk di bangku SMA.
Rupanya adiknya pun sadar dengan perjodohan ini. Alex memang tampan tapi dari cara berpakaian dan juga raut wajahnya bisa Nadia pastikan jika lelaki itu adalah seorang lelaki metroseksual.
Lelaki dengan pendapatan berlebih dan tinggal di pusat kota, selalu mengikuti fashion dan memiliki lingkaran pergaulan kelas atas. Jelas sekali Alex bukan tipe lelaki idamannya. Kehidupan Alex sangat terbalik dengan Nadia yang sederhana dan bekerja keras untuk bisa membantu keuangan keluarganya.
Nadia berasal dari keluarga tingkat menengah. Ayahnya pensiunan pegawai negeri sipil dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Adik lelakinya duduk di bangku kuliah dan adiknya yang paling kecil masih duduk di bangku SMA. Sebisa mungkin Nadia selalu membantu kebutuhan ekonomi keluarganya.
Ayahnya terpaksa pensiun lebih awal karena penyakit jantung yang di deritanya. Bahkan 2 tahun lalu sang ayah telah melakukan operasi pemasangan cincin di jantungnya dengan biaya yang cukup besar.
Makan malam telah usai, Nadia di bantu adiknya membereskan meja makan sedangkan para tamu kembali ke ruang tamu di depan sana.
Nadia berdecak kesal ketika ia ingat bagaimana Alex terus tersenyum mengejek padanya. "Hiiihhhh sebel," maki Nadia.
"Udah sih jangan dipikirin, kalau Kakak gak mau tinggal bilang sama Ibu." Ucap Nayla yang kini menemaninya mencuci piring.
"Ya, kakak mau bilang. tunggu ya." Nadia mengelap tangannya agar kering dan segera bergegas menuju ibunya yang tadi ia lihat pergi keluar rumah tak tahu untuk apa.
Nadia menghentikan langkahnya ketika ia mendengar ibunya tengah berbicara dengan seseorang yang Nadia yakini sebagai mamanya Alex.
"Syukurlah suami kamu sehat kembali, Wi."
"Ya, aku sangat bersyukur. Jika dia tak melakukan operasi itu mungkin saat ini ayah anak-anak sudah tak bisa bersama kami lagi. Tak terbayangkan hidup kami tanpanya. Terimakasih ya Vin, tanpa bantuanmu mungkin suamiku tak terselamatkan." jawab ibunya Nadia dan itu membuat Nadia yang sedang mencuri dengar terkesiap.
"Maaf aku belum bisa ganti uangmu, 300 juta bukan uang yang sedikit bagi kami." lanjutnya lagi dan kali ini Nadia menutup mulutnya dengan kedua tangan karena tak percaya.
"Aku datang bukan untuk menagih, dan mengenai itu seorangpun tak ada yang tahu karena aku menggunakan uang pribadiku. Kamu jangan khawatir. Aku senang suamimu sehat kembali, itu saja."
Nadia yang mendengar itu menundukkan kepalanya dan tak terasa air matanya mengalir membasahi pipi. Ia tak menyangka jika mamanya Alex yang telah membantu untuk menyelamatkan ayahnya waktu itu.
Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya untuk berbicara pada sang ibu, masih dengan mengusap pipinya yang basah Nadia berjalan kembali ke arah dapur dan duduk di sana sendiri dengan kepala tertunduk memikirkan apa yang baru saja ia dengar.
Tak ia sangka Alex memasuki dapur dengan sebuah gelas kosong di tangannya.
"Nadia kan ? gue boleh minta air putih tambah es batu gak ?"
Pertanyaan Alex membuat Nadia mengangkat wajahnya dan menatap lelaki itu. Dapat Alex lihat dengan jelas wajah sendu perempuan di hadapannya hingga ia merasa tertarik untuk mengerjainya.
Tanpa banyak bicara Nadia mengambil gelas yang Alex sodorkan dan segera mengisinya sesuai dengan yang Alex inginkan.
"batu es nya kurang," ucap Alex seraya menyodorkan kembali gelas itu.
Nadia kembali menuruti apa yang Alex inginkan, dan itu terjadi beberapa kali. Alex terheran melihat Nadia yang begitu penurut.
Tak cukup sampai di situ, Alex semakin penasaran se-penurut apa sebenarnya perempuan bernama Nadia itu.
Alex pun mendudukkan tubuhnya tepat si hadapan Nadia dan menatap dalam matanya.
"Lo pasti tahu kan tujuan pertemuan keluarga kita ?" tanya Alex dan Nadia menganggukan kepala.
"Mereka pengen jodohin gue sama lo, tepatnya nyokap ( mama ) gue yang pengen banget jodohin gue sama lo." lanjut Alex lagi dan Nadia masih diam mendengarkan.
"Menurut lo gimana ?" Tanya Alex seraya menenggak minumannya.
Cukup lama Nadia berdiam diri dan hanya memandang wajah Alex dengan tatapan mata kosong.
"Jika itu yang ayah ibuku inginkan maka akan aku turuti," jawab Nadia pasrah. Mengingat bagaimana berjasanya mama Alex dalam menolong nyawa ayahnya.
"Lo gak kenal gue, Lo gak takut kalau ternyata gue punya banyak cewek ? Apa lo gak curiga kenapa nyokap gue mau jodohin gue sama lo ? Padahal gue gampang banget buat dapatin cewek yang modelnya kaya gimana juga." tanya Alex beruntun dengan nada suara yang begitu arogan.
"Asal kamu gak punya penyakit menular gak pa-pa,"
'Ppffftttt,' Alex menyemburkan air yang ia minum. Dirinya tak menyangka dengan jawaban yang Nadia berikan.
"Kalau gue juga setuju dengan perjodohan ini dan pengen nikahin lo secepatnya gimana ?" Tanya Alex dengan senyumanya yang penuh ledekan. Ia masih berusaha menggoda Nadia.
Nadia menghela nafasnya yang terasa berat, dan Alex tersenyum puas karena akhirnya bisa mengalahkan Nadia. Perempuan itu pasti akan menolaknya, karena tak mungkin Nadia menerima pinangan dari lelaki yang baru ia kenal.
"Ayo kita nikah, Alex." jawab Nadia pasrah.
to be continued ❤️
thanks for reading 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
She Imoed
langsung keselek pasti😅😅😅😅
2023-05-27
1
shea...
ntar jg bucin..
2023-05-24
0
shea...
ntar jg bucin..
2023-05-24
0