Ting... ting.. (suara notifikasi pesan masuk)
[Gift best for Narendra Family]
[Enjoy]
Dua pesan yang mampu membuat semua pasang mata anggota keluarga itu menatap satu sama lain, seakan pesan itu menyatakan badai di dalam rumah besar itu dia lah dalangnya 'sang pengirim pesan'. Sedangkan pembatalan kerjasama mulai terjadi membuat keluarga itu semakin terpuruk, hingga akhirnya keluarga itu mulai memutar otak mencari jalan keluar dari musibah dadakan itu.
"Aku ada ide pa, ma. Bagaimana jika..." ucap Nona Aqsa Narendra yang seketika memikirkan rencana gila.
Setelah semua anggota setuju, kini sesuai dengan rencana Aqsa. Dialah yang berperan penting untuk menjalankan misi pengembalian nama baik keluarga nya.
Di depan sebuah gerbang yang cukup tinggi kini sebuah mobil terparkir dengan sombongnya. Terdengar perdebatan antara satpam dengan pemilik mobil tersebut, membuat tuan rumah yang ingin memulai makan malam menjadi kehilangan selera.
"Hey ada apa ini?" seru seorang pria dengan suara khas orang kesal.
"Maaf Tuan Muda, nona ini memaksa memasuki rumah. Kami sudah melarang tapi nona ini memaksa." jelas pak satpam yang menunjuk ke arah seorang gadis dengan pakaian sexy.
"Malam Tuan Muda, maaf saya mengganggu tapi ada hal yang harus saya katakan. Penting. Tuan, ini soal pelayan itu!'' cetus Aqsa dengan tatapan yang menjijikkan.
"Tunggu 1 jam disini! Aku tidak ingin ada yang merusak makan malam ku!" sindir Abhi meninggalkan pos penjagaan.
"Tuan.. Tuan muda." seru Aqsa yang tidak di pedulikan Abhi.
Dengan menghentakkan kaki. Aqsa terpaksa memasuki mobilnya, kembali untuk menunggu daripada bersama satpam yang baginya hanya pelayan rendahan. Tanpa di sadari siapapun, seseorang di dalam sana melihat semua itu melalui ponsel canggihnya. Sebuah senyuman sinis terbit di wajahnya.
"Welcome Mrs. Aqsa, you are my second mission.(Selamat datang Nona Aqsa, kamu adalah target kedua ku.)" gumamnya kembali menyimpan ponselnya di tempat yang aman.
Dengan langkah yang santai Asfa menuruni tangga dan menuju ruang makan, dimana seorang pria sudah duduk di tempatnya dengan aura dingin yang memancar. Ruangan yang begitu besar tak menyurutkan aura itu menyebar, membuat Asfa kembali mengubah wajahnya dengan kepolosan disaat mendekati kursi meja makan.
"Maaf saya ketiduran, saya..." ucap Asfa setelah berdiri di samping Abhi.
"Duduklah, kita makan. Jangan minta maaf, ini rumah mu." sela Abhi memotong ucapan Asfa.
"Terimakasih.'' balas Asfa duduk di samping Abhi dan memulai makan malam setelah mengambilkan makanan untuk Abhi.
Makan malam berlangsung singkat dan tenang, Asfa mulai membawa sisa makan keduanya ke dapur di bantu oleh pelayan. Abhi hanya memperhatikan tanpa mengatakan apapun, di liriknya jam di tangannya.
"Sepertinya akan ada drama. Sebaiknya aku ajak dia atau tidak? Aku tanya bunda aja." batin Abhi mengambil ponsel di saku dan mengirim pesan singkat.
Setelah pesan dibaca dan terjadi pertukaran pesan beberapa kali, akhirnya Abhi memasukkan kembali ponselnya setelah mengirim pesan pada kepala satpam di luar sana. Melihat Asfa yang telah selesai membantu pelayan, Abhi mendekati istri kecilnya itu.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Asfa yang melihat Abhi memandangnya tanpa berkedip.
"Ikutlah dengan ku, apapun yang terjadi percaya lah padaku. Dan semua permintaan mu adalah janji mati untukku, seperti aku percaya pada mu. Ayo kita hadapi semua badai ini bersama." tutur Abhi dengan lembut sembari menggenggam tangan Asfa yang terasa dingin.
"Tuan? Apa semua baik-baik saja? " tanya Asfa dengan wajah khawatir.
"Jangan cemas ok, all is fine." jawab Abhi mengelus pipi Asfa yang perlahan berubah memerah.
"Maaf apa artinya tuan?" tanya Asfa malu.
"Lupakan itu. Ayo ikut denganku ke ruang kerja." ajak Abhi menggenggam tangan Asfa yang dingin menuju ke ruang kerjanya.
Dengan menggunakan sidik jarinya. Sebuah pintu berkaca gelap kini perlahan terbuka, hingga menampilkan ruangan rapi nan berkelas. Dengan santai Abhi nendudukkan Asfa yang terlihat seperti kucing penurut, belum mulai mengatakan apa maksudnya. Suara ketukan pintu sudah terdengar.
"Masuk!" seru Abhi membuka pintu dengan menekan remote di atas meja kerjanya.
"Pak tunggulah di depan, nona ini hanya akan berkunjung 5 menit." perintah Abhi dengan melambaikan tangannya untuk mempersilahkan pak satpam keluar ruangan.
"Tuan. Saya ingin membicarakan sesuatu yang Penting! Tapi tidak dengan pelayan itu." tukas Aqsa dengan nada yang dibuat lembut.
"Pelayan? Siapa yang anda maksud? Katakan apa niatmu! waktu mu hanya 5 menit dan ini sudah berkurang!" cecar Abhi dengan serius menatap tajam Aqsa.
"Hiks... hiks.. Tuan tolong percayalah padaku. Pelayan itu yang memaksa ku untuk melarikan diri, gadis licik itu mengancamku tuan. Aku tidak berniat membatalkan pernikahan kita, sungguh aku mencintai mu tuan muda." ucap Aqsa dengan air mata buayanya.
"Benarkah? Apa kau punya bukti?" tanya Abhi dengan mengerutkan alisnya, seakan mempertimbangkan pernyataan gadis mantan calon istrinya itu.
"Ada tuan, ini buktinya. Hiks.. hiks.. tolong percayalah pada ku tuan. Pelayan itu hanya ingin menjadi kaya mendadak dengan menikahi tuan. Awalnya pelayan itu hanya mendekati kakak ku, tapi melihat tuan yang lebih kaya membuatnya gelap mata dan hiks dia mengancam ku akan mengatakan pelecehan yang di lakukan kakakku, dia menjebak kakak ku tuan. " jawab Aqsa dengan memberikan sebuah amplop coklat yang berisi beberapa foto.
Dengan wajah was-was Abhi melihat satu persatu foto yang ada di dalam amplop, foto yang terlihat begitu dekat bagi lawan jenis. Sekilas memang terlihat Asfa seperti menggoda pria itu namun wajah sedih dengan embun di mata gadis itu membuat hati Abhi panas mendidih, seakan semua penghinaan yang diberikan nona muda keluarga Narendra tidak lagi termaafkan. Tangannya mengepal meremas foto-foto yang ada di tangannya.
Melihat hal itu Aqsa seakan menjadi lebih berani dan mendekati mantan pelayannya yang masih bersikap polos dan hanya mendengarkan tanpa satu kata pun, hingga sebuah suara tamparan menyadarkan pria yang tengah sibuk dengan rasa tidak karuan di dalam hatinya.
Plaak... (satu tamparan mendarat di pipi Asfa membuat pipi gadis itu memerah seketika)
"Keluar!" teriak Abhi setelah sadar, telah terjadi penganiayaan terhadap istrinya.
"Tuan, saya..." cicit Aqsa terkejut dengan teriakan Abhi.
"Bawa dia keluar! Sekarang!" perintah Abhi setelah membuka pintu dengan remote dan satpam masuk ke ruangannya, dengan menarik paksa tamu tak di undang itu keluar dari rumah tuannya.
Tanpa mempedulikan suara iba dari Aqsa, Abhi langsung mengecek keadaan Asfa. Dimana satu tamparan membuat pipi kanan Asfa memerah, dengan sigap Abhi mengambil es batu untuk mengompres pipi istrinya. Meskipun ekspresi diam tanpa keluhan gadis mungil itu semakin membuat Abhi tidak paham apa yang dirasakan istrinya.
"Maaf aku tidak bisa menjaga mu, apa ini sakit? " tanya Abhi dengan pelan mengompres sembari sesekali meniup pipi Asfa.
"Aku baik, maaf boleh saya istirahat?" cicit Asfa dengan lirih.
"Ayo ku antar, aku takut terjadi sesuatu.." ucap Abhi ingin menggandeng tangan Asfa.
"Saya bisa sendiri, pasti tuan masih banyak kerjaan." ucap Asfa melirik meja kerja Abhi yang memiliki 2 tumpukan berkas.
"Baiklah, istirahat dan jika membutuhkan sesuatu hubungi aku melalui interkom ok. Good night for you my princess." ucap Abhi mengantarkan Asfa keluar dari ruang kerjanya, hingga jejak istrinya menghilang di atas tangga sana.
Setelah kepergian Asfa, dengan cepat Abhi menghubungi assistant sekaligus tangan kanan pertamanya, untuk menyelidiki semua yang terjadi selama ini di keluarga Narendra termasuk kedekatan Asfa dengan Tuan muda A Narendra. Setelah selesai memberikan perintah, di amatinya kembali setiap foto yang terjatuh berserakan di lantai akibat terkejut dengan suara tamparan beberapa saat lalu.
Dengan tangan mengepal memperlihatkan kuku-kukunya yang mulai memutih, membuat Abhi meredam emosi yang ada di dalam dadanya. Tidak berbeda jauh di atas sana, seorang gadis tengah menenggelamkan seluruh tubuhnya di dalam bath up kamar mandi untuk meredakan jiwa iblisnya yang meronta ingin keluar.
Selama hidupnya tidak seorang pun berani menyentuh kulitnya dengan kekerasan dan hanya diam sebagai balasannya, untuk pertama kalinya sisi terburuknya harus ditahan untuk menutupi kepolosannya.
Sudah hampir tengah malam Abhi memasuki kamarnya, namun pria itu tidak menemukan sosok yang biasa tidur dengan selimut tebal seakan kedinginan. Tidak terlihat ada tanda dari istrinya membuatnya cemas hingga terlihat pintu kamar mandi yang sedikit terbuka, namun tidak ingin terjadi salah paham membuat Abhi mengurungkan niatnya mendekati kamar mandi.
"Kenapa belum keluar juga? Ini hampir satu jam, apa jangan-jangan.." gumam Abhi segera menerobos pintu kamar mandi.
"Hey bangun, apa yang kau lakukan! Ayo bangun. " seru Abhi yang terkejut melihat bath up penuh dengan air menenggelamkan Asfa.
Dengan perasaan campur aduk, Abhi menggendong tubuh mungil istrinya ke atas ranjang dengan melepaskan seluruh pakaian basah Asfa menggantinya dengan pakaian kering, memberikan beberapa selimut tebal. Wajah yang memucat membuat Abhi semakin panik di tambah suhu tubuh Asfa kini semakin dingin, dengan cemas Abhi menelfon dokter keluarganya namun waktu tidak berpihak padanya karena sang dokter tengah melakukan operasi besar di rumah sakit.
"Maaf, aku harus melakukan ini. Demi keselamatan mu Asfa, apapun yang terjadi nanti ku harap kamu mau memaafkan ku." ucap Abhi lirih dengan pejaman mata sesaat untuk menenangkan fikirannya mengambil keputusan terberat di dalam pernikahannya, setelah mendengar saran dari seorang dokter untuk menolong kondisi Asfa yang dingin bagaikan es di Kutub Utara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Nani Yunengsih
so sweeeetttt
2022-12-11
1
HAPUS APK 🙏🙏
berani sekali aqsa menampar asfa belum tau aja siapa asfa
2022-10-29
1
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
aqsa kemarin kau meninggalkan abhi sekarang dengan gampang nya minta balik
2022-10-28
2