"Masuk! Jangan membantah ku. Aku tahu semua tentang mu Zero Alanda!" titah seseorang dengan tegas meskipun jelas suara itu adalah suara seorang wanita.
Tanpa berfikir lagi akhirnya zero mengikuti pria kekar itu dan meninggal kan mobilnya di jalan. Tidak penting lagi baginya soal mobil tapi sosok di seberang telfon yang mengucapkan nama lengkapnya membuat Zero menahan gemuruh di dalam dadanya.
Sudah sepuluh tahun nama itu terlupakan olehnya, setelah kepindahannya ke tempat baru ini. Hingga semua kenangan masa lalunya sudah terkubur bersama terbakarnya seluruh kehidupan masa lalunya. Kenangan terburuk di dalam hidupnya.
Semua orang mengenalnya dengan nama Zero Permana Putra dari seorang pengusaha kain yang terkenal di kota x, dimana kehidupannya berubah setelah bundanya menikah dengan pria duda tanpa anak itu.
Tidak seorang pun yang mengetahui identitas aslinya kecuali bunda, papa Permana dan orang-orang masa lalu yang tertinggal di tempat lamanya. Namun tiba-tiba seseorang menyebut nama masa lalunya yang cukup menjadikan petir di malam berbintang.
"Masuk! Queen menunggu mu di dalam." ucap pria kekar itu membuka satu pintu bernuansa elegan.
Dengan langkah ragu Zero memasuki kamar yang langsung ditutup, setelah langkahnya sudah memasuki kamar sepenuhnya, terlihat seseorang tengah menghadap ke jendela. Dengan gulungan rambut ke atas, pakaian kulit berwarna hitam yang menunjukkan orang itu memiliki ketegasan, dengan hati-hati Zero melangkah mendekati orang itu hingga kurang sepuluh langkah.
"Berhenti Zero Alanda! Pertama dan terakhir peringatan dari ku. Jauhi duniaku! Tidak peduli takdir menyatukan jalan nanti. Menjauh dari jalan ku!" peringatan orang itu tanpa menoleh.
Glek..
Suara itu mampu menggetarkan hatinya, bukan rasa takut. Tapi rasanya namanya menjadi berbeda ketika orang di depannya menyebutkan dengan ketegasan.
"Pergilah! Orang tua mu menunggu mu." titah orang itu lagi dengan melambaikan tangannya.
"Apakah kamu orang yang balapan dengan kami? " tanya Zero dengan sedikit keberaniannya.
Tanpa menjawab pertanyaan Zero, pria kekar itu kembali memasuki kamar dan menarik pemuda yang masih tidak memiliki kekuatan apapun. Meskipun mencoba memberontak tapi usaha Zero sia-sia, hasilnya hanya rasa sakit akibat cengkraman tangan pria kekar yang berhasil membawa pemuda itu kembali ke dalam mobilnya.
Asfa yang sudah memastikan pemuda itu keluar dari kediamannya, kini memulai pekerjaan yang seharusnya dengan sosok yang sudah menunggunya di ruang bawah tanah. Sedangkan pemuda bernama Zero langsung memasuki kamarnya dan mencari sesuatu yang ada di kamarnya, sesuatu yang sudah terlupakan.
...Berita utama : Telah terjadi kebakaran di sebuah rumah mewah gang anggrek no 5, ditemukan seorang pria dan seorang wanita muda tanpa busana dengan kondisi luka bakar serius dinyatakan meninggal dunia sebelum sampai kerumah sakit. Tidak ada saksi atau pun bukti, hingga kasus dinyatakan kecelakaan murni meski pria itu adalah seorang pengusaha yang tengah berselingkuh dengan sekretaris nya, keluarga besar menutup kasus itu tanpa ragu....
Andai pria itu tidak mengkhianati Bunda! Pasti semua itu tidak terjadi!~ batin Zero meremas koran lama itu dengan tatapan benci.
Krieet..
Ceklek.. (lampu utama di nyalakan)
"Nak! Apa yang terjadi? Ini." tegur wanita paruh baya itu dengan terkejut melihat sekilas berita yang diremas putranya.
"Zero dengarkan bunda, buang semua masa lalu itu! Sekarang hidup kita sudah lebih baik, bukankah Zero sayang bunda. Ku mohon nak, lepaskan amarah di hati mu!" pinta wanita paruh baya itu memeluk Zero.
"Hiks.. hiks.. hiks.." suara isakan kini terdengar lirih dari putranya, membuat wanita paruh baya itu bersyukur dengan ketenangan yang akan di dapat kan zero.
Andai saja bukan karena amarah yang membara pastinya tangan Zero tidak akan ternoda, tapi nasi sudah menjadi bubur. Sebagai seorang ibu, dirinya tidak rela membiarkan Zero menanggung beban hidup atas perbuatannya. Hingga keputusan besar membuatnya meninggalkan seluruh kehidupannya saat itu dan pergi sejauh mungkin bersama pusat dunianya yaitu putra tunggalnya Zero Alanda.
Bersyukur setelah beberapa bulan melakukan adaptasi. Seorang duda tanpa anak melamarnya dan mau menerima semua kekurangannya dan menjadi kan Zero sebagai anaknya sendiri. Kehidupannya berubah menjadi baik setelah terlunta-lunta tanpa sebuah kejelasan hidup.
Seorang pria dengan kacamata bulat kini memasuki kamar yang setengah terbuka itu, terlihat wanita paruh baya berjilbab itu memeluk seorang pemuda yang meneteskan air matanya. Sudah bertahun-tahun tidak ada kesedihan dari dua orang yang kini menjadi keluarganya itu, namun malam ini kedua makhluk itu kembali larut dalam kesedihan, ntah kenapa hatinya ikut tersakiti.
"Ada apa bund? Nak apa ada masalah?" tanya pria berkacamata yang kini duduk di samping tempat tidur putranya.
"Tidak apa-apa Pa. Tiba-tiba saja kenangan itu datang, mungkin sudah waktunya Ze membakar semua kenangan yang tersisa." jawab Zero sambil melepaskan pelukan bundanya dan mengambil korek yang ada di laci nakasnya dan membakar koran yang sudah tak berbentuk karena remasan tangannya.
"Pa, bund boleh kah Ze tinggal di apartemen setelah kuliah di mulai?" tanya zero dengan antusias seakan tidak terjadi apapun.
"Keputusan ada di bunda Ze, Papa akan selalu melakukan yang terbaik untuk kalian berdua." jawab Tuan Permana melihat wajah sendu istrinya.
"Istirahat Ze, kami akan kembali ke kamar." ucap bundanya dengan mengabaikan permintaan Zero.
Melihat hal itu tuan Permana hanya menepuk bahu Zero dan memberikan isyarat untuk bersabar, zero hanya mengangguk dan menutup pintu kamarnya sebelum membaringkan tubuh lelah nya di dalam kasur king size nya. Tanpa menunggu waktu lama, pemuda itu mulai bermimpi, mimpi yang menjadi sebuah suara asing dengan berbagai suara tembakan dari segala arah.
Dilihatnya seorang wanita dengan rambut yang terhubung memakai topeng mawar hitam di wajahnya, dan kedua tangannya memegang senjata. Ntah sadar atau tidak wanita itu ketika dari belakang sana ada sebuah peluru yang meluncur ke arahnya, melihat hal itu hati zero tergerak untuk menolongnya. Ditariknya tubuh wanita itu hingga keduanya terjatuh, pandangan mata bertemu dimana mata biru laut wanita itu mampu menghipnotis nya tanpa bisa berkedip untuk memalingkan dari kedalaman mata itu.
Doorr...
Seakan suara tembakan itu menjadi lagu merdu meskipun wajah dengan topeng di depannya kini mulai terlihat buram, namun suara lembut wanita itu masih sedikit terdengar memasuki telinganya membuat senyuman terbit hingga semua nya gelap.
"Bangunlah! Aku akan menyelamatkan mu sebagai balas budi ku!" ucap wanita bertopeng itu dan mulai memapah pemuda yang seumuran dengannya menuju ke tempat aman.
Tanpa di sadari Zero, jika mimpi itu termasuk masa lalunya yang sudah terhapus dalam ingatannya dan semua itu karena wanita bermata biru yang tidak pernah meninggalkan jejak di setiap langkahnya.
.................
"Queen? Bagaimana dengan pemuda itu?" tanya justin yang tahu Identitas zero.
"Awasi bocah itu! Jangan sampai bocah itu masuk lagi dalam langkahku, sekali sudah cukup. Kita tunda dulu File E No 1. Aku harus pulang sekarang." jawab Asfa melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 3 pagi.
"Ayo aku antar, Dominic harus pergi menemui Tuan besar pagi ini." ajak justin dengan membukakan pintu ruang interogasi musuh.
"Hmm. Kapan kerja sama dengan Perusahaan Abhi di mulai?" tanya Asfa sambil berjalan meninggalkan ruangan bawah tanah.
"Dua hari lagi, Tuan besar akan mengajukan kerja sama." jawab justin dengan santai.
"Tidak! Besok kamu sendiri yang akan mengajukan kerja sama itu dan atas nama ku dan ya pastikan berita ini tersimpan untuk sementara. Paham? " perintah Asfa dan memasuki mobilnya kembali.
"Bagaimana dengan Tuan besar?" tanya justin.
"Bukankah assistant Tuan besar bisa mengatasi hal sepele? Kerjakan seperti biasa!" tukas Asfa memejamkan matanya.
Ayah dan anak sama saja, beruntung nya tuan besar memiliki putri tunggal yang selalu cekatan meskipun keras kepalanya di luar batas.~ batin justin menyalakan mobilnya meninggalkan perumahan markas terbaru queennya.
Hingga keesokan paginya. Asfa sibuk di dalam dapur untuk menyamarkan kepergiaannya maka gadis itu berpura-pura bangun pagi dan membuat sarapan. Sesuai dugaannya, Abhi hanya mengira gadis mungil itu menghilang di salah satu ruangan.
"Apa kamu tidak tidur Asfa?" tanya Abhi yang menyesap kopi hitam dan melihat mata coklat itu memerah.
"He maaf. Keasikan membaca buku tebal di kamar, em apa buku itu bisa ku pinjam, Tuan?" tanya Asfa dengan mata polosnya.
"Jadi buku bisnis itu kamu baca? Ada banyak buku novel dan lainnya di ruang baca, jadi cari saja buku di ruangan itu. Jangan buku bisnis nanti pusing kepala mu, makasih sarapannya, ini lezat dan sesuai dengan lidahku." ucap Abhi sembari menunjukkan satu ruangan melalui telunjuknya.
Melihat hal itu, Asfa hanya mengangguk dengan senang dan memakan masakannya kembali. Setelah Abhi berpamitan untuk bekerja, Asfa kembali ke kamar dan membaringkan tubuhnya yang membutuhkan istirahat setelah mengirim sebuah pesan.
Ditempat lain seorang pria yang baru saja menyegarkan diri mendengar sebuah notif pesan masuk, pesan yang tidak bisa di abaikan.
[Lakukan semuanya hari ini! File E No 1 harus jatuh dan berita itu aku inginkan dalam waktu 5 jam ke depan] isi pesan itu.
"Baiklah, Ayo bangun malaikat maut, waktumu hanya 5 jam tanpa potongan." gumamnya dan membalas pesan itu dengan satu kata.
[Selesai]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hmmm brilian sekali otakmu asfa, habis bergadang suami berangkat waktunya rehat sejenak asfa
2022-10-29
2
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
pinter sekali asf akting didepan abhi,masih penasaran dengan zero
2022-10-29
0
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
yaa pasti sama lah justine... namanya aja ayah dan anak🤦♀️
2022-10-29
2