"Tuan, Kami sudah membawa Nona Angel pulang. Beliau ada di dalam kamarnya." lapor assistantnya di ruangan kerja bossnya.
Lambaian tangan dari pria di depan jendela, membuat assisten itu mengundurkan diri dan kembali ke tempatnya. Membiarkan Tuannya sendiri.
....................
Suara isak tangis memenuhi kamar luas bernuansa hitam kelabu. Ruangan yang kedap suara itu, kini mendengarkan isakan tangis penghuni kamar. Tirai yang masih setia tertutup rapat menambahkan kesan gelap. Seseorang membuka pintu kamar dan berjalan menuju ke arah jendela.
Sraaak.. (Tirai di sibakkan)
"Lihatlah karang dilautan itu, ombak masih setia menerjang karang tanpa henti. Apakah air mata mu tidak terbuang sia-sia?" tanya pria di depan jendela.
Hiks... Hiks... Hiks....
Suara tangisan itu menyayat hatinya. Sebagai seorang ayah tentu dirinya tidak senang melihat air mata yang mengalir dari putrinya.
Dengan kehidupan yang selalu keras membuatnya tetap bersikap tenang, namun suara isakan itu semakin terdengar lebih memilukan hatinya. Dengan langkahnya yang besar menghampiri putrinya yang terduduk di lantai.
Tangannya mencekram bahu putrinya dan mengajaknya untuk berdiri tegak, namun tubuh putrinya seakan tidak bertulang seakan kehidupan tidak ada di dalamnya.
Dengan merengkuh putrinya ke dalam pelukannya. Membawanya ke dalam ruangan kerja, dimana banyak hal yang di lakukan bersama di tempat itu. Setelah memasuki ruangan kerja, pria itu menurunkan putrinya meski isakan tangis masih terdengar.
Plaak.. Brug.. ( Satu tamparan keras darinya membuat putrinya jatuh tersungkur di lantai)
Rasa sakit di hatinya, tak menghentikan niatnya untuk menyadarkan sang putri. Satu tamparan yang di berikan berharap putrinya sadar dan berhenti menangis. Karena rasa sesak, pria itu duduk di kursi kebesaraanya dan mencoba mengendalikan emosinya, namun isakan masih enggan meninggalkan putrinya.
"Ingat lah Siapa Dirimu! Aku Tidak memiliki Putri selemah ini!" seru seorang Pria di atas kursi kebesaraanya.
"Bangkitlah! Tempat mu Di atas Bukan Di bawah! Queen Asfa Luxifer!" seru pria itu lagi dan mendekati gadis remaja yang masih menangis karena harus menikah dengan seorang pria yang tidak dikenalnya.
Ditatapnya mata sang putri, melihat kehancuran yang membakar hati anaknya. Dengan tangan yang sama pria itu mengelus pipi anaknya yang memerah, kembali memeluknya dengan erat mencoba memberikan kekuatan sebagai seorang ayah.
"Apakah harus Papa lenyapkan mereka semua? Yang menjadi alasan mutiara ku menangis bak gadis bodoh!" bisik pria itu di telinga Asfa.
Seketika tangis Asfa berhenti mendengarkan bisikan papanya, membuatnya memejamkan mata dan menenangkan hatinya yang terluka. Kini tangannya terulur untuk membalas pelukan sang Papa dan memberikan jawaban atas bisikan Papanya.
"Papa benar. Putri Bintang akan selalu di atas Langit bersama Sang Dewa Langit. Papa tidak perlu khawatir, aku sudah kembali." ucap Asfa melepaskan pelukannya.
"Maafkan Papa karena menampar mu." gumam pria itu.
"Papa adalah Pusat Dunia Putri Bintang. Apa pun yang Papa lakukan pasti untuk kebaikan ku, cukup sekali aku menjadi gadis naif dan meninggalkan identitasku. Sekarang aku kembali pada Dunia Putri Bintang." ucap Asfa dan menatap papanya dengan senyuman.
"Bagaimana dengan tawaran Papa?" tanya pria itu.
"Jangan masuk ke urusan sepele seperti itu Pa! Gak lucu kan, seorang Dewa Langit harus turun tangan hanya karena manusia pinggir jalan. Hehehe." canda Asfa.
"Bisa aja kamu nak. Tapi lihat lah gaun mu jadi kotor, iuh bau lagi hahaha." goda pria itu.
"Hehehe benar Pa. Awas aja itu Justin, masa lagi enak-enaknya di rias main culik aja! Hampir saja patah tuh lehernya." sahut Asfa.
"Sudah lah, bagaimana pun dia juga yang menjadi kepercayaan Papa. Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Apa pun keputusan mu pasti Papa dukung." ucap pria itu mengusap kepala Asfa.
"Belikan aku gaun baru Pa dan panggilkan aku perias terbaik. Bagaimana pun keadaannya, aku sudah menjadi istrinya emm ya meskipun pernikahan itu di anggap tidak sah jika pria itu tahu nama ku yang sebenarnya." rengek Asfa dengan mata berembun bangkit dari duduk di lantai.
"Apakah kamu serius nak? Bukankah Dunia mu berbeda dengan pria itu?" tanya pria itu.
"Hanya kita yang tahu seperti apa Dunia kita Pa. Cepat atau lambat pasti akan mengetahui jika kita menginginkan hal itu terjadi, tapi satu kesempatan tidak ada salahnya pa. Dimana berkas yang Justin berikan?" tukas Asfa meneliti setiap berkas di atas meja.
"Di kamar mu, di tempat favorite mu. Papa akan dukung keputusan mu nak, kamu bisa melakukan apa pun karena Papa percaya siapa dirimu." jawab pria itu.
"Tolong minta beberapa orang untuk mengawasi keluarga Narendra terutama Tuan muda itu! Buatlah pria itu memasuki lingkungan yang tidak seharusnya." pinta Asfa sebelum meninggalkan ruangan kerja Papanya.
Langkahnya yang kini berat karena gaunnya yang berlapis, membuat tubuh Asfa yang tidak semampai harus menyeimbangkan langkahnya. Aroma mawar yang menjadi favorit, menyambut kedatangannya saat membuka pintu kamar dan Asfa kembali memejamkan mata.
Hampir satu bulan lebih dirinya tidak menempati kamar mewahnya itu, semua barang masih di tempat yang sama. Setelah melepaskan gaun dan menggantinya dengan gaun santai selutut, Asfa mendekati meja yang mengarah ke luar jendela.
Di ambilnya berkas di laci pertama, berdiri di depan jendela membiarkan angin laut menerpa wajahnya. Lembar demi lembar di bacanya dengan teliti, tak ada sedikit garis senyuman di wajahnya. Wajahnya datar dan dingin melihat setiap foto yang ada di dalam berkas pertama, hingga berganti ke berkas ke dua dengan foto dimana keluarga barunya ada di dalamnya.
"INTERESTING! WELCOME TO MY LIFE.(MENARIK! SELAMAT DATANG DALAM HIDUP KU.)" gumam Asfa meletakkan berkasnya ke tempat semula.
Pantulan bayangan dirinya terlihat jelas di cermin besar itu, perlahan Asfa mendekati cermin itu dengan langkah penuh irama. Di amatinya seluruh tubuhnya, warna kulitnya yang tidak begitu putih menutupi kulit aslinya, mata coklat nya yang terlihat sendu dengan rambutnya yang tergelung ke atas.
"Aku harus mandi!" tukas Asfa dan menghilang di pintu bercak merah.
Setelah hampir 2 jam baru lah sesosok gadis dengan warna kulitnya yang putih bersinar, bibir mungilnya yang merah merona, warna mata biru laut dengan alisnya yang tipis melengkung sempurna, hidungnya yang mancung.
Sekali lagi gadis itu berdiri di atas cermin dimana kini semuanya terlihat jauh berbeda dari sebelumnya, senyuman yang tercetak itu sangatlah menggoda. Tangannya terulur menyentuh permukaan cermin dan menatap lekat ke mata biru laut nan tajam.
"Queen Asfa Luxifer Telah Kembali." ucapnya dengan smirksnya.
Tok.. Tok.. Tok...
"Nona Angel, perias dan gaun anda sudah datang!" seru seseorang melalui interkom.
Ceklek...
"Siapkan mobil terbaik dan hukuman mu akan ku katakan nanti!" perintah Asfa setelah membukakan pintu.
"Bawa mereka ke kamar tamu! Aku akan segera datang." ucap Asfa dan langsung menutup pintu kamarnya.
Justin hanya bisa menunduk dan menelan ludahnya jika Putri Bintang sudah mengucapkan perintah atau peringatan dengan sikap yang selalu tidak mudah dipahami.
Putri Bintang akan menjadi siapa pun dan melakukan apa pun seperti keinginannya seperti keputusannya menjadi seorang pelayan di keluarga Narendra. Tuan Besar pun hanya bisa memberikan izin tanpa melarang, yah terkadang dirinya harus terjebak antara ayah dan anaknya itu.
.....................
"Nak acara sudah mau dimulai, dimana istri mu." tanya Bunda Aliya cemas.
"Duduk lah Bunda, Pa ikutlah dengan ku sebentar. Abhi ingin membicarakan sesuatu." pinta Abhi.
Setelah memasuki kamar yang sudah di pesan, Abhi menjelaskan apa yang sudah menjadi keputusannya dimana dirinya memberikan Asfa kebebasan untuk memutuskan atau melanjutkan pernikahannya.
Dan dengan tegas semua keputusan di buat olehnya, tentu saja Abhi menyembunyikan fakta jika Asfa menjadi seorang pelayan hanya demi cintanya. Setelah menenangkan orang tuanya dan membuat keduanya setuju, Abhi beserta kedua orang tuanya kembali turun ke aula hotel tempat resepsi di adakan.
Dari luar lorong depan lift terlihat para tamu seperti berkumpul karena sesuatu, semakin mendekati para tamu Abhi mendengar bisikan-bisikan para tamu seakan kagum dan memuji seseorang.
Orang tua Abhi yang sudah melewati kerumunan terkejut melihat sosok gadis yang seperti turun dari khayangan. Kulitnya yang bersinar semakin terlihat indah terkena sorot lampu gantung di atasnya, wajahnya yang manis dengan mata coklatnya seakan menghipnotis para tamu undangan termasuk orang tua Abhi.
"Asfa!" seru Abhi yang membuat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke Abhi.
"Nak? Mana Asfa?" tanya Bunda Aliya yang mendengar jelas ucapan Abhi.
Belum sempat menjawab, gadis ber mata coklat dengan gaun berwarna peach di taburi hiasan mutiara di lengannya itu berjalan mendekati Abhi. Semua mata mengikuti langkah gadis yang mempesona itu, hingga jarak satu meter barulah berhenti tepat di depan Abhi.
"Maaf sudah terlambat." ucap Asfa memandang wajah Abhi untuk pertama kali.
Deg...
Sungguh rasanya tidak percaya, wajah yang selalu menunduk selama beberapa hari itu kini menatapnya dengan berani seakan penderitaan dan rasa takut gadis itu sudah mati. Senggolan tangan Bunda Aliya membuat Abhi melepaskan kunci an pandangan matanya dan kembali mengambil kesadaran dalam dirinya.
"Tidak masalah. Ayo ke tempat pelaminan." ajak Abhi dan mengulurkan tangan yang di sambut dengan baik oleh Asfa.
Papa Mahendra segera mengandeng Bunda Aliya untuk menyambut para tamu dan mempersilahkan tamu undangan memberikan ucapan selamat pada pasangan baru. Sedangkan di sudut meja belakang terlihat sepasang mata masih setia menatap lekat ke arah mempelai wanita yang terlihat begitu berbeda dari biasanya.
Seakan tidak percaya dengan penglihatannya sepasang mata itu enggan mengedipkan matanya.
Suur.. Pyaar (seorang pelayan tidak sengaja menabrak meja itu dan minuman tumpah mengenai celana seorang pria muda sebelum akhirnya pecah terjatuh)
"Heh. Apa-apaan Kau ini! Tidak Becus bekerja!" bentak Tuan A Narendra.
"Maafkan sayaa pak. Akan saya bersihkan." ucap pelayan itu dan bersiap mengelap meja namun tangannya di tahan.
Bug.. Bug..
"Beraninya Kau men jawab ku hah! Dasar pelayan rendahan!" seru Tuan A Narendra yang mengalihkan perhatian para tamu termasuk pasangan di pelaminan.
"Pergilah kau!" teriak Tuan Narendra mendorong pelayan itu.
"Sudah lah nak, pulang lah biarkan kami yang mewakili keluarga kita dan tetap disini. Jangan buat keributan!" bisik Tuan Narendra.
Dengan kesal Tuan Muda A Narendra meninggalkan mejanya , sejenak berhenti melihat mempelai wanitanya dan kembali berbalik meninggalkan Hotel Imperial, setelah memasuki mobilnya sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
[WELCOME To Angel's World] unknown number.
[SELAMAT DATANG di Dunia Malaikat] nomer tak dikenal.
Tanpa peduli siapa yang mengirim pesan, pria muda itu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata meninggalkan gedung ber lantai 10 itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Viona Alleandra Valencia
Udah biarin aja si Narendra pasti suatu saat dia akan menyesal karena udah nyerahin kamu sama Abhi
2022-10-29
0
Viona Alleandra Valencia
Buat apa kamu menangisi cowok kaya Narendra gitu bikin besar kepala dia aja
2022-10-29
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
tuan A narendra. hati2 di dunia malaikat
2022-10-29
0